Masih di mansion keluarga crishtian, Ailin dan kedua sahabatnya masih betah berbincang-bincang, lebih tepatnya Talia dan Kansa yang selalu menjadi paling heboh di sana, sedangkan Ailin hanya diam dan sesekali mendengarkan namun tak banyak menanggapi ucapan para sahabatnya.
"sekarang waktunya makan siang, Ailin boleh tidak kamu bantu ibu ke dapur, bantu ibu masak ya" pinta nyonya Jihan.
"Hem" deheman Ailin yang sangat menyebalkan di telinga Talia.
"ya ampun punya sahabat gini amat" ucap Talia.
"bagaimana kalau kami juga ikut bantu nyonya, jadi tidak enak jika nyonya yang akan memasak untuk kami" ujar Kansa.
"tidak apa, saya senang karna ada teman bicara, tidak seperti hari-hari biasa, ibu selalu kesepian" ucap nyonya Jihan lesu.
"pokoknya nyonya tenang saja, kami akan siapa menemani nyonya supaya tidak kesepian lagi" seru Talia.
"benarkan Ailin?" tanya Talia pada Ailin.
"i_iya" jawab Ailin.
"kamu kenapa sayang, apa kamu merasa tidak enak di sini?" tanya nyonya Jihan.
"saya tidak apa-apa, saya hanya kepikiran sesuatu saja" jelas Ailin.
"ooh begitu, ya udah kalau begitu bisa kita pergi memasak?" tanya nyonya Jihan.
"Hem" Ailin mengikuti langkah nyonya Jihan dan membiarkan kedua sahabatnya ikut bersamanya.
"ibu siapkan bahannya ya, Kansa dan Talia milih sayurnya, Ailin sama ibu yang memasak" ucap nyonya Jihan.
"oke siap nyonya"
"mmm, kalau boleh jangan panggil nyonya dong sayang, panggil ibu saja ya atau mama sama seperti bara" nyonya Jihan tak terlalu suka dengan panggilan yang di berikan oleh Kansa dan Talia.
"siap buk" jawab mereka serempak.
**********
Lama mereka berperang dengan peralatan dapur. Dengan penuh canda tawa, nyonya Jihan sudah seperti memiliki anak gadis saja. Melihat Ailin yang sangat pandai dan jago dalam segala hal terlebih lagi dalam hal memasak. Karna memang Ailin sejak masih berada di rumah keluarganya dia sering melakukan pekerjaan rumah setiap hari sebelum berangkat kuliah dan bekerja.
"wah makanan sudah jadi tinggal sekarang kita hidangkan untuk orang rumah ya?" ucap nyonya Jihan.
"maaf Bu, makanan sebanyak ini apa kita bisa menghabiskan semua nya?" tanya Kansa.
"tentu kalian pasti tidak bisa menghabiskan semua makanan ini, karna memang orang di mansion ini banyak maka dari itu, kita makan bersama sama suami dan anak-anak ibu" jelas nyonya Jihan.
"memangnya, di mansion ini ada siapa saja ya?" tanya Talia.
"kalian pasti tau nanti, jadi sekarang kita siapkan dulu ya makanannya di atas meja" ucap nyonya Jihan.
"baik Bu" jawab Talia patuh.
Ailin, gadis itu tanpa banyak bicara, semua sudah ia tata rapi dia atas meja makan. "maaf Bu,, toilet di mana ya?" tanya Ailin.
"disana di sebelah dapur ada, tapi belum di perbaiki, coba kamu naik saja ke atas nak, di sebelah kamar dekat tangga itu" tunjuk nyonya Jihan pada salah satu kamar di atas.
Ailin mengikuti arah yang di berikan nyonya Jihan. Namun setelah iya sampai di atas, iya kebingungan mau masuk ke kamar yang mana. Akhirnya Ailin melihat sebuah pintu besar berwarna hitam. Ailin masuk dan ternyata disana tidak ada siapapun di dalam sana.
Setelah Ailin masuk, iya melihat isi kamar yang sungguh mewah luar biasa dengan bercat putih dan hitam, sepertinya kamar itu memiliki penghuni, namun Ailin tak memikirkan itu, dia serasa ingin sekali menyelesaikan urusannya masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah Ailin masuk ke kamar mandi dan menyelesaikan urusannya barulah iya keluar dan bercermin di kaca besar di dalam kamar mandi itu.
Tanpa sadar, seseorang membuka pintu kamar itu dan Ailin tak menyadari itu. Setelah Ailin selsai, Ailin keluar dan Ailin melihat sosok pria gagah yang membuka jasnya dan pria itu membelakangi Ailin. Ailin tak berbicara, dia hanya diam dan memperhatikan apa yang akan pria itu lakukan.
Saat pria itu akan membuka kemejanya....
"stop" ucapnya sembari memalingkan wajahnya.
Pria itu terkejut dan langsung menoleh ke arah Ailin.
"sejak kapan kamu ada di sini, kenapa kamu masuk ke kamarku" bentak pria itu yang tak lain adalah barra.
"maaf aku salah kamar, karna aku ingin ke kamar mandi, kata ibu Jihan, di bawah kamar mandinya rusak, jadi aku di suruh naik ke sini dan masuk ke kamar mandi tuan, maaf saya sudah lancang" ucap Ailin masih memalingkan wajahnya.
"lihat wajahku" seru barra.
"untuk apa tuan?" tanya Ailin.
"cepat" seru barra lagi.
"dasar pria pemakasa" batin Ailin.
"ayo cepat" ucap barra lagi dan Ailin terpaksa mengikuti pria itu.
Barra mendekati Ailin dengan kemeja yang sudah terbuka kancingnya semua.
Ailin melihat dada bidang kekar dan roti sobek yang di miliki pria itu. Namun wajahnya sungguh Ailin bisa mengubah ekspresi wajahnya dengan sangat baik seolah Ailin tak merasa sangat malu melihat tubuh pria itu.
Ailin menatap pria itu dengan wajah datarnya.
"kenapa wajahnya sangat cantik dan manis, dan jantungku, ya Tuhan jantung ku sudah mau lepas" batin barra.
"pergilah periksa jantung anda tuan, jika anda sakit jantung" seru Ailin membuat barra mengernyit. Apa gadis ini bisa mendengarkan ucapan seseorang dalam hati.
"apa kamu bilang, saya tidak sakit jantung, " ucap barra.
"buktinya, tuan bilang tadi jantung tuan sudah mau lepas" jawab Ailin dengan wajah polosnya.
"apa gadis ini bisa mendengarkan ucapan ku tadi" lagi-lagi barra bicara dalam hati dan di dengarkan oleh Ailin.
"tuan saya permisi mau keluar" Ailin memegang gagang pintu tapi tangannya di cekal oleh barra.
"seenaknya ya kamu pergi, kamu sudah berani masuk ke kamarku, sekarang aku minta kamu pijit kakiku" titah barra.
Ailin mengernyit dahi melihat pria arogan di depannya.
"kalau saya tidak mau, tuan mau apa?" tanya ailin.
"kalau kamu tidak mau, kamu tidak akan bisa keluar dari kamar ini" ucapnya.
"oh ya" tantang Ailin lagi.
"ya tentu,"
"baiklah, saya akan memijat tuan" ucap Ailin.
Bara bersiap akan tengkurap agar Ailin bisa memijat kakinya.
Ailin tersenyum miring dan bersiap akan memijat barra.
jleb
krak
Barra terlihat kesakitan, benar-benar gadis ini memiliki tenaga yang besar dan sangat kuat.
"apa kau bisa memijat, kenapa rasanya sangat aneh" barra tak bisa mengatakan jika pijatan Ailin terasa sakit, karna dia akan malu harus merasa kesakitan di depan gadis ini.
" ada apa tuan, katanya tadi mau di pijat" seru Ailin tersenyum.
"baiklah, berhenti sekarang. sudah cukup, seperti nya kakiku sudah tidak sakit lagi" ucap barra namun sangat terlihat jika dirinya tengah menahan sakit, wajahnya merah sampai ke telinga.
Ailin terkekeh melihat pria di depannya ini. Namun ekspresi nya biasa saja.
"baiklah, saya akan pergi" baru saja Ailin akan bangkit dari ranjang barra menarik tangannya hingga.
Cup
Ailin tak sengaja mengecup bibir barra karna bara menarik tangannya, sungguh seperti adegan romantis sekali. dan keadaan mereka terlihat sangat intim.
Dengan ailin yang berada di posisi atas dan barra di bawah, dan tangan barra memeluk pinggang Ailin.
Ailin segera bangkit dan hampir menghajar wajah barra jika tangannya tak di lepas barra.
"kau sengaja yang menciumiku" ucap barra.
"kau yang menarik tanganku" ucap Ailin.
"wah aku kira kau adalah gadis ramah dan baik tapi kau berusaha mencium ku" ucap barra.
Bugh
Ailin menuju perut barra dan pergi dari ruangan itu, sedangkan bara pura-pura sakit karna tinjuan Ailin yang memang tidak main-main. Barra bisa menilai jika gadis seperti Ailin bukanlah gadis sembarang.
"sungguh pria arogan, siapa juga yang ingin menciumnya dasar tingkat kepedean nya sangat tinggi" gerutunya kesal.
"haiss dia sudah ambil ciuman pertamaku, dasar pria arogan" gerutunya lagi dan keluar dari kamar barra menuju ke dapur dengan wajah kesal.
Sedangkan di dalam kamar, bara seperti mendapatkan penghargaan setelah dapat mencicipi buah ceri kesukaannya itu.
"itu sangat lembut dan manis" ucapnya senang.
Bersambung....
Tetap beri like ya, dan komentar kalian jika di dalam novel ini banyak kata yang salah😘
thank you 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments