Gadis cantik yang masih terlelap dan menyatu dalam mimpi indahnya, seolah burung berkicau di depan kamarnya hanyalah sebuah rayuan untuk kembali menarik selimut tipisnya.
Cuaca yang mendung serta dinginnya suasana pagi seolah menyapa dan membuat para anak Adam tak ingin bangkit dari singgasana kenyamanannya. Begitu juga dengan gadis cantik yang masih terlelap dan bergelut dalam mimpi indahnya.
Terlihat dari senyum lebarnya, menandakan dirinya tengah bermimpi yang sangat indah, sehingga senyumnya tak pernah luntur dan menikmati bahagia di dalam mimpinya.
Namun kini senyumnya harus luntur dan bahagianya harus berakhir karna teriakan dari seseorang yang sangat iya benci. Mimpinya harus hilang dan tidurnya harus terganggu oleh wanita yang selama ini selalu memberikan hukuman serta cacian dan makin yang setiap hari menjadi santapan rohani bagi gadis itu.
Ailin, gadis itu terbangun dari tidur nyenyaknya dan menatap wanita setengah baya itu dengan tajam. Begitu juga sebaliknya, wanita setengah baya itu menatap balik mata Ailin dengan tak kalah tajamnya.
"Anak tidak tau diri, bangun kamu Ailin, cepat dasar anak tidak tau di untung, ku sengaja bangun siang-siang ya, kamu tidak pantas bangun siang" pekik wanita itu yang tak lain adalah nyonya Lin ibu kandung Ailin.
Ailin masih saja mengumpulkan nyawa tak menghiraukan ucapan nyonya Lin.
"cepat bangun, buatkan kami sarapan, apa kamu sengaja mau membuat kami mati kelaparan hah" teriak nyonya Lin lagi.
"brisik" jawab Ailin membuat nyonya Ailin geram. Namun saat baru akan bicara Ailin sudah masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu dengan lebih keras.
Daaarr
Nyonya Lin begitu terkejut dan langsung memegang dadanya, melihat ke arogan anaknya. Iya semakin membenci anak keduanya itu, entah apa alasan nyonya Lin dan semua anggota keluarganya membenci anak gadisnya Ailin.
"dasar anak pembangkang, lihat saja nanti kamu akan aku buat malu di depan saudara dan kakek nenek kamu, ingat kamu hanyalah gadis bodoh dan hanya bisa menghabiskan uangku di rumah ini" teriak nyonya Lin.
Ailin yang mendengar dirinya di hina oleh ibu kandungnya, hanya mengepalkan tangannya sehingga buku-buku jari tangan nya memutih. Ailin memejamkan matanya, dan menetralkan perasaannya yang hancur untuk kesekian kalinya mendengar hinaan dan cacian dari para anggota keluarganya.
Mulai dari ayahnya, ibu, kakek nenek dan ke tiga saudaranya. Tak ada yang menyayanginya. Ailin membuka kembali matanya dan menatap cermin di dalam kamar mandi itu dengan tajam seolah ingin memecahkan cermin di depannya.
Hari ini adalah Ailin akan mencari kerja, Ailin akan melakukan pekerjaan apapun yang terpenting bisa menghasilkan uang. Agar dirinya tidak menggunakan uang yang di berikan oleh ibunya. Ailin memang sering menerima semua uang yang di berikan nyonya Lin, namun iya tak pernah menggunakan nya, iya selalu menyimpannya di lemari untuk menjaga kemungkinan suatu hari nanti mereka memperhitungkan biaya yang Ailin keluarkan, dan antin akan siap untuk memberikan uang yang selama ini iya simpan.
Ailin menggunakan baju kaos dan celana jeans serta switer yang menutupi tubuh rampingnya. Tingginya semampai dan body yang aduhai serta berparas cantik, dengan wajah alami membuatnya terlihat manis. Ailin sudah siap dengan penampilannya dengan rambut kuncir kuda menjadi ciri khasnya membuat dirinya terkesan sangat cantik dan manis.
Ailin keluar dari kamarnya dan melihat tatapan para anggota keluarganya yang terlihat sangat tidak suka padanya seolah dirinya di tatap dengan jijik oleh semuanya.
"ngapain aja di dalam, kamu sengaja ya mau buat kami kelaparan, kamu itu seharusnya bangun dari pagi dan setelah kami duduk di sini tinggal makan" ucap Alona kakak tertua Ailin.
Ailin hanya diam tanpa niat menanggapi ucapan saudaranya.
"kamu itu tuli ya, kalau orang bicara itu di lihat bukan di cuekin, biar kmu paham" ucap nenek arabella sinis.
"Ailin, kmu tidak sopan banget sih, nenek kamu sedang bicara kenapa kamu malah tidak mendengarnya" tunjuk tuan mole.
"bisa tidak sehari saja tidak menggangguku, dan mengintimidasi ku, tinggal duduk saja tunggu makanan Kalian apa susahnya sih" ucap Ailin yang sudah jengah dengan perdebatan tak faedah dari keluarganya.
"Ailin" pekik nyonya Lin.
"ibu sudah, nanti kita bisa mati kelaparan kalau terus saja begini, apa kalian mau masakan nya tak jadi-jadi karna kalian terus saja ribut" sela tuan Andres ayah kandung Ailin.
Nyonya Lin ingin sekali menjawab ucapan Ailin namun iya juga tak ingin membuat anggota keluarganya mati kelaparan karna terus saja berdebat.
Setelah beberapa menit, masakan antin sudah siap dengan nasi goreng telur serta beberapa beberapa menu sarapan lainnya yang di buat Ailin.
"kamu mau kemana?" tanya tuan Andres pada Ailin yang sudah terlihat rapi dengan penampilannya.
"keluar" begitulah jawaban singkat Ailin membuat tuan Andres marah.
"ayah tanya kamu mau kemana Ailin, kenapa kamu semakin dewasa kamu tak pernah mendengarkan ucapan ayah" ucap tuan Andres.
" apa belum cukup jawabanku" tanya Ailin dingin.
"bre****k, sejak kapan kamu bisa menjawab seperti itu" tuan Andres bangkit dan mencekik leher Ailin.
Dan semua anggota keluarga, hanya bisa menonton dan seolah menikmati drama pagi di depannya sembari menyantap hidangan yang di sediakan Ailin.
Ailin kesusahan bicara dan nafasnya tercekat tapi tak ada seorangpun yang peduli padanya. Ailin sudah berharap hari ini iya mati, dan bisa bebas dari keluarga terkutuk itu. Namun dirinya harus hidup karna banyak keinginan yang belum iya raih.
"lep_pas" suara Ailin tercekat Namun tuan Andres semakin kuat membuat Ailin tak bisa bernafas.
bruk plak
Ailin sudah geram dengan perlakuan ayahnya yang hanya bisa mengancam dan main fisik itu. Ailin menghempaskan tangan ayahnya dengan sekali tepukan pada lengan tuan Andres membuat tuan Andres meringis kesakitan.
"maaf, aku harus pergi. bersihkan bekas makan kalian, karna aku tidak akan pulang cepat" Ailin berkata dingin dan berlalu pergi membawa tasnya setelah melakukan aksinya di depan orang tua dan seluruh keluarganya.
"Ailin sialan, berani kamu melakukan itu awas kau tidak akan ku beri makan kamu selama seminggu" teriakan nyonya Lin sembari membantu suaminya berdiri karna dorongan antin yang kuat membuat tuan Andres terpental dan mencium lantai dengan bokongnya.
Bersambung....
Gimana ceritanya, bagus apa tidak, di komen ya. Maaf jika kata-katanya masih belum sempurna, biar nanti author perbaiki.
Salam sayang dariku muaacchh😘😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments