Malam berganti pagi, Ailin sudah siap dengan kemeja putih lengan seperempat, di terlihat cantik dengan rambut yang di kuncir kuda dan rok hitam yang sepanjang lutut membuat dirinya terlihat manis.
Apalagi dengan wajah bak bidadari membuat kaum Adam akan banyak terpesona dengan kecantikan alami yang di miliki Ailin.
"Ailin, kamu harus semangat" ucapan untuk dirinya sendiri yang tengah melihat dirinya di pantulan cermin di kamar mandi.
Ailin mengambil tas dan juga ponselnya, tak lupa iya menggunakan flatshoes agar dirinya terlihat anggun dan dirinya lebih mudah beraktivitas dengan penampilannya.
"aku harus segara pergi sebelum mereka bangun" Ailin bergumam dan segera membuka pintu kamar dengan pelan agar tak ada seorang pun yang melihatnya dia akan pergi bekerja.
Sebenarnya tuan Andres memiliki uang dan biaya untuk Ailin, namun tuan Andres tidak begitu senang jika harus Ailin menghabiskan uangnya, dan Ailin juga meskipun di beri uang oleh nyonya Lin, Ailin tidak pernah memakainya sampai sekarang dia menyimpannya di suatu tempat yang bahkan nyamuk pun tidak akan mengetahui tempat itu.
Ailin sudah sampai di luar kamarnya dan bersiap untuk pergi dan membuka pintu. Namun entah kesialan datang darimana nyonya Lin keluar kamar dan bertemu dengan ailin yang sudah siap akan keluar. Nyonya Lin juga heran melihat Ailin memakai baju rapi sekali, padahal sekarang masih jam 6 pagi, tapi Ailin sudah mau keluar dengan baju rapi.
"mau kemana kamu" tanya nyonya Lin.
Ailin hanya diam tanpa menoleh melihat nyonya Lin.
"jawab Ailin" tegas nyonya Lin.
"aku rasa, aku mau kemana bukan urusanmu dan tidak penting nyonya Lin yang terhormat" dingin Ailin.
"apa kamu bilang, itu tidka penting bagi ku, justru itu sangat penting karna kamu seharusnya jam segini masak, siapkan makanan serta melalukan pekerjaan rumah" ucap nyonya Lin.
"tapi maaf nyonya, saya sudah memiliki pekerjaan penting di luar sana, daripada harus melayani kalian yang tidka penting bagiku" ucap Ailin dengan mata yang menusuk.
Entah mengapa hati nyonya Lin begitu sakit seolah di tusuk sesuatu dalam hatinya mendengar ucapan Ailin.
Namun rasa angkuh dan juga sombong nyonya Lin menghilangkan segalanya. Nyonya Lin menatap Ailin sinis kembali.
"jadi menurut kamu kami tidak penting, lalu kenapa kamu tidak pergi dari rumah ini. Kau tau, kau di sini hanya sebagai benalu di keluarga kami" seru nyonya Lin tentu membuat hati ailin bagai di remas dan remuk. Tangannya mengepal kuat, dan giginya bergesekan menahan geram atas ucapan ibu kandungnya itu.
Ailin berbalik menatap tajam nyonya Lin dan entah membuat nyonya Lin sedikit takut dengan tatapan Ailin padanya.
"k_kenapa kamu menatapku seperti itu?" suara nyonya Lin sedikit gugup.
"aku bahkan tidak tau kenapa kalian membenciku, dan untuk apa hati yang Kalian punya, kalian bahkan tak memiliki hati sedikitpun"
"aku adalah darah daging keluarga mole, lalu dimana letak kesalahan ku berada di dunia ini" suara berat Ailin mendekat ke arah nyonya Lin.
"karna sejak lahir aku tak pernah menginginkan mu, aku mau kamu mati dan tidak ingin melihat kamu hidup, karna kamu membawa petaka untuk seluruh anggota keluarga"
"sepertinya peramal itu benar, kamu akan membawa petaka untuk keluarga kami, sebelum kamu lahir peramal itu sudah mengetahui jika kamu akan menjadi gadis yang berbahaya nanti setelah dewasa. Dan tentu itu aku tidak mau membiarkan keluarga ku berada dalam petaka yang merugikan keluargaku" tegas tuan Andres menghancurkan hati ailin.
Ailin sekarang mengetahui, jika mereka tak menyayanginya karna beranggapan Ailin akan membawa petaka bagi mereka dengan percaya begitu saja pada seorang peramal.
Ailin sekarang mengerti kenapa dirinya selalu di perlakukan tidak adil pada seluruh keluarganya. Lalu bagimana dia bisa hidup sampai sekarang, apa yang dulu iya lewati kini dirinya harus mengubah segalanya demi masa depannya.
Ailin ingat betul saat dirinya dan Alona masih kecil, perlakuan nyonya Lin, tuan Andres dan tuan mole serta istri ya nyonya arabella memang berbeda.
Jika Alona adalah anak manja dan anak kesayangan, dirinya harus menjadi terlantar.
Alona akan meminta apa yang dia inginkan, bahkan dia akan menangis dan mengamuk jika tidak di berikan apapun yang iya mau. Bahkan dulu Ailin sempat di tinggal bersama art di rumah karna keluarga itu membawa Alona berlibur selama seminggu di beberapa tempat wisata atas keinginan Alona.
Namun Ailin hanya bisa pasrah dan selalu banyak diam. Semenjak ailin masih berumur 7 tahun, dirinya baru mengerti jika semua keluarganya tak suka padanya.
****
Kembali ke perdebatan pagi itu
Ailin menatap ayahnya yang baru keluar dari kamar dan menuruni anak tangga.
"cek, jadi ini alasan kalian membenciku dan bahkan mengabaikan ku dan tak peduli padaku. Hahaha,,,,aku terlalu bodoh dengan semua ini. Aku bahkan sangat bodoh terlalu mengharapkan secercah kasih sayang dari kalian"
"baiklah, sekarang aku mengerti, aku tidak punya waktu aku berangkat kerja" jawab Ailin dan berbalik membelakangi kedua orang tuanya dan melangkah menuju pintu keluar.
"Ailin dasar anak kurang ajar, ayah belum selesai bicara tapi dia bahkan sudah pergi, dasar anak tidka tau diri" geram tuan Andres.
"tidak apa yah, ayah kembali ke kamar biar ibu panggil art untuk menyiapkan sarapan" ucap nyonya Lin.
Ailin menghindar bukan karna takut untuk melawan, tapi karna dia takut akan terlambat sampai di restoran dan kehilangan pekerjaan di hari pertamanya bekerja.
Ailin sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tak menangis setelah kemarin menangis di sebuah halte bus yang tak jauh dari rumahnya.
"ingat Ailin, kmu tidak boleh lemah, mentalmu harus kuat dan jangan biarkan air mata sialan itu keluar lagi" gumamnya sembari tersenyum hambar.
Bersambung.....
Yuk di kasih jejak nya biar author semangat kembali 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments