Hari ini Ailin dan Karin kembali berlatih di tempat biasa mereka di latih oleh tuan Zayan, Karin dan Ailin memiliki kekompakan dalam setiap gerakan mulai dari gerakan tangan sampai menendang dengan segi manapun.
Sebelumnya Karin adalah seorang remaja yang masih berumur 18 tahun, namun dirinya sangat tangguh dan pemberani Sama seperti Ailin. Keduanya di latih untuk pertahanan diri dari musuh hingga membidik serta memanah. Ailin menekuni dan menerima setiap tantangan dalam pelatihan.
Ailin dan Karin berlatih bersama setiap kali Ailin datang ke tempat itu.
Sungai kecil yang mengaliri air yang begitu jernih, pemandangan yang menyejukkan mata dan rerumputan hijau tempat kaki berpijak, membuat siapapun akan betah berada di sana. Di situlah tempat Ailin dan Karin melakukan pelatihan khusus untuk mereka berdua. Keduanya adalah wanita tangguh yang menjadi harapan besar bagi tuan Zayan.
"huh, kak apa kau tidak lelah?" tanya Karin pada Ailin.
"aku justru sangat semangat untuk berlatih adik" Ailin tersenyum, baginya Karin adalah sosok penghibur baginya, dan selalu menemaninya di kala iya susah atupun sedih.
"kalau kamu lelah istirahat saja" ucap Ailin.
"yaahh mana mau aku, kalau kakak semangat aku juga harus lebih semangat" seru gadis itu, Ailin tersenyum mendengar ucapan Karin.
"baiklah, bagaimana kalau kita melakukan kembali gerakan yang pernah kita pelajari beberapa Minggu yang lalu?" tanya Ailin.
"oke, ayo" Karin begitu semangat dengan latihannya, karna memang Karin tak akan berhenti berlatih jika Ailin belum selesai
Keduanya sudah tengah melakukan gerakan ke kompakan mereka, tuan Zayan yang melihat mereka hanya tersenyum dan melihat benda di tangannya sebuah kalung yang di berikan pada Ailin tadi, karna selama latihan Ailin menitipkan kaluang itu pada tuan Zayan.
"sudah anak-anak, kita istirahat dulu, kalian pasti lelah" ujar tuan zayan.
Ailin, Karin dan tuan Zayan sekarang berada di bawah pohon besar yang rindang. Mereka tengah menikmati bekal yang di bawa di rumah, Ailin yang membantu nyonya Moza untuk memasak tadi sebelum pergi.
"heemm enak ya masakan kakak" seru Karin dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"kamu ini, kunyah dulu baru bicara" tuan Zayan gemes dengan cucu kesayangannya itu.
Karin hanya nyengir kuda
"ini makanan semuanya nenek yang masak, aku hanya bantu-bantu saja" jawab Ailin.
"iya rasanya memang enak"
"habiskan makanan kalian, kita akan pulang karna hari sudah hampir gelap" seru tuan Zayan.
Mereka pun segera menghabiskan makanan mereka tanpa ada yang berbicara.
****
Semua keluarga mole menunggu kepulangan Ailin, mereka telah menyiapkan kata-kata yang akan mereka lontarkan pada Ailin nanti setelah pulang, bahkan tuan Andres sudah menyiapkan rotan dan juga alat yang lain untuk menghukum Ailin.
"kemana sih anak itu keluyuran, jam segini belum juga pulang, awas saja kalau dia sudah pulang, aku akan beri dia pelajaran" geram nyonya Lin.
"bu, kenapa sih dia selalu saja tidka mendengar perintah ibu sama ayah, kenapa juga Ayah sama ibu nggak usir dia sih, aku itu muak melihat wajahnya tiap hari" ketus Alina adik bungsu Ailin.
"iya bu, dasar anak pembangkang, bisa-bisanya dia keluyuran sampai jam segini, makanan juga tidak ada" omel Alona.
"bisa diam tidak, kalian itu bikin kepala ibu jadi pusing" ucap nyonya Lin.
"kalian itu kalau tidak mau kelaparan, kalian saja yang masak, brisik sedari tadi juga gak ada gunanya" ucap nyonya Lin lagi.
"hello,,,ogah banget masuk dapur, aku itu nggak biasa pegang alat masak dan nggak level juga" jawab Alina.
"apa lagi aku, aku itu nggak Sudi masak, lebih baik aku ke kamar buat perawatan wajah" Alona beranjak dari sofa dan pergi ke kamarnya.
Tuan Andres dan nyonya Lin sangat memanjakn kedua anak gadisnya, dan semua pekerjaan rumah hanya Ailin yang bisa melakukan, Ailin tulus mengerjakan semuanya tanpa lelah, namun semua tiada artinya di pandangan keluarganya.
Ailin juga bingung, apa alasan mereka membencinya, tapi dia selalu bersabar atas perilaku keluarga nya. Ailin bisa saja melawan mereka, tapi dia tak ingin keluarganya tau siapa dirinya selama ini, dan apa kemampuannya.
***
Ailin sudah berada di teras rumah dan membuka pintu, berharap tak menemukan orang tua dan para saudaranya, dengan perlahan Ailin masuk dan ternyata lampu sudah di matikan.
Ailin perlahan berjalan, dan karna gelap, Ailin menyalakan senter hpnya. Ailin kembali berjalan, namun dalam beberapa langkah, lampu menyala.
klik
Tuan Andres dan nyonya Lin, bersedekap dada melihat Ailin yang berjalan ingin memasuki kamarnya.
"tau jalan pulang juga ya, aku kira kamu pergi jual diri sama om-om" ucapan nyonya Lin sangat keterlaluan, namun Ailin mencoba untuk tetap menahan diri.
"darimana kamu Ailin?" tanya tuan Andres dengan sorot mata tajam.
Ailin diam tanpa mau menjawab.
"jawab Ailin" bentak tuan Andres.
"oh aku tau, pasti dia sudah jual diri pada pria hidung belang di sana, aku yakin dia itu kan sering keluar malam" ucap Alona membuat kuping Ailin panas.
"apa benar yang di katakan Alona itu Ailin?" tanya tuan Andres.
"jawab ayah kamu Ailin" sergah nyonya Lin.
"bukan urusanmu" Ailin menjawab dengan singkat tapi justru mengundang amarah tuan Andres.
Plak
"aku bertanya padamu dengan baik anak sialan, Sejak kapan kamu menjadi orang yang melawan" marah tuan Andres dan menampar Ailin.
"semenjak aku mengerti siapa aku di posisi kelaurga mu Tuan Andres" jawab ailin dingin.
"apa maksudmu Ailin, apa kami sudah menyulitkan mu, hingga kamu berkata seperti itu" teriak tuan Andres tanpa sadar.
Ailin menyeringai dan menatap tajam mata ayahnya.
"apa masih kurang jelas, atau kurang sadar atas prilaku kalian setiap hari, apa itu benar" ailin menjawab dan langsung berbalik ingin masuk ke kamarnya, namun sebelum sampai di pintu kamarnya, Alona menarik rambut Ailin hingga ikat rambutnya terlepas dan rambut Ailin menjadi tergerai.
"dasar anak kurang ajar, kamu tidak sopan sekali dengan ayah" ucap Alona memegang kuat rambut Ailin hingga Ailin meringis kesakitan.
"apa ini yang kmu dapatkan bergaul di luar sana" teriak Alona.
Semua yang menyaksikan Ailin dan Alona hanya diam tanpa membela Ailin yang di perlakukan seperti itu pada Alona. Nyonya arabella juga sangat menikmati pemandangan itu. Alina, gadis itu tengah mengecat kukunya. Tuan Andres hanya terdiam.
Krek
Ailin memelintir tangan Alona hingga rambutnya terlepas dari tangan Alona.
"aawwwsshhh, sakit lepas sialan"
"kau bahkan tak tau apa-apa, tapi sudah sangat arogan seperti ini, aku tegaskan sekarang, jika sampai kau melakukan sesuatu untuk menghasut mereka, aku pastikan hidupmu tak akan tenang" Ailin memberikan tatapan membunuh pada Alona membuat Alona sedikit menciut.
Brakkk
Ailin melemparkan Alona ke bawah meja hingga kepala Alona terbentur meja namun tidak terlalu keras dan Ailin masuk ke dalam kamar tanpa memperdulikan Alona.
"ibu, kepalaku sakit" ringisan Alona dengan air mata buayanya.
"sayang, kau tidak apa-apa, Ailin, beraninya kamu" tuan Andres menggedor pintu dengan kuat, tapi Ailin tak ingin mendengar, dia sibuk dengan handset di telinganya, sengaja iya mendengarkan lagu dengan volume yang kencang agar tak mendengar ocehan ayahnya.
Bersambung....
Maaf jika banyak typo, atau kesalahan dalam kalimat, mohon di komen jika banyak sekali kesalahan kata. Author juga masih pemula🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments