Ailin terus saja berjalan tanpa menoleh sedikitpun. Tak peduli teriakan ayahnya yang memanggilnya, Ailin terus saja berjalan.
Sungguh hati ailin marah , benci dan sedih bercampur aduk menjadi satu, dirinya tidak akan bisa tenang sebelum amarah dalam dirinya belum padam.
Ailin mengambil air botol dalam tasnya dan meminum air itu hingga tandas. "jangan sekarang, aku harus bisa menahan, hari ini hari pertama ku bekerja" batinnya.
Ailin menarik nafas panjang dan menghembuskan nya, Ailin kembali sedikit tenang.
"ayo Ailin kamu pasti bisa melawan mereka dengan caramu sendiri" serunya namun di dalam hati kini iya berperang dengan perasaannya.
Ailin kembali berjalan menuju halte bus, dengan langkah gontai, Ailin menaiki bus yang baru saja berhenti di depannya.
Ailin bersandar di kursi penumpang dan melihat ke arah jendela, Ailin memandangi pemandangan di jendela bus itu, namun hatinya menangis menerima kenyataan jika orang tuanya memang tak pernah menyukainya.
"apa tidak ada sedikitpun rasa kasih sayang yang kalian miliki padaku, tidak mungkin kan orang tua mau menyakiti anaknya, tapi jika iya, aku juga tidak akan berada di tempat kalian mulai besok.
Ailin bertekad mencari kos yang berada di dekat tempatnya bekerja, karna kemarin dia banyak melihat kosan di tempat itu.
"baiklah, kita memulai hari yang baru" batinnya.
****
"yah, apa kita tidak keterlaluan sama Ailin, dia kan juga darah daging kita" ucap nyonya Lin.
"tapi ayah serasa benci sama dia, dia memang selalu membawa petaka besar pada kita, apa kamu ingat waktu itu, saat Alona dan Ailin masih sama-sama kecil, mereka kita bawa ke tempat wisata dan disana saat Alona sedang asik bermain, Ailin malah mencelakai alona hingga Alona terjatuh dan lututnya berdarah." jelas tuan Andres.
"iya yah, waktu itu ibu juga marah sama dia, ya karna memang dia selalu membuat kita kesel, ibu juga merasa sangat menyesal telah melahirkannya" sungut nyonya Lin.
"sudahlah, ayah akan membuat perhitungan sama dia nanti" seru tuan Andres yang tak pernah menilai baik anak keduanya.
Entah seperti apa hari-hari Ailin sebelumnya dan menjalani kehidupan keras di tengah keluarganya sendiri, Ailin memang sangat terkenal di kampusnya dengan gadis yang jenius.
Para teman kampusnya sangat banyak yang mengaguminya, banyak juga yang iri terhadapnya, ya memang begitulah dimana-mana orang, pasti ada yang suka dan pasti ada yang tidak.
Namun Ailin meski berkali-kali di sakiti oleh keluarganya sendiri, tetap dirinya adalah gadis yang tangguh dan tak akan pernah menyerah dalam keadaan apapun.
"kenapa kamu tidak menghukum nya saja Andres, kenapa kamu diamkan dia selalu melawan mu" seru nyonya arabella yang baru keluar dari kamar bersama suaminya.
"Andres, lain kali kau jangan beri dia makan, biarkan saja dia kelaparan. Bila perlu kurung dia di dalam gudang Agar tak berani melawan kamu" ujar tuan mole yang memang tak memiliki perasaan sama seperti Andres.
"kalian tenang saja, setelah dia pulang nanti aku akan menghukumnya" geram tuan Andres yang kembali termakan hasutan kedua orang tuanya.
Sedangkan nyonya Lin hanya terdiam dan tak mau merespon, ada rasa kasihan pada anaknya itu yang setiap hari sellau mendapatkan perlakuan tidak adil. Bahkan dia sering memarahi namun belum pernah memukul ataupun menyiksa fisik anaknya. Bukan seperti tuan andres, dia akan menampar dan terus menampar hingga bibir Ailin sering berdarah akibat tamparan yang di berikan ayahnya.
Namun bukan Ailin namanya kalau tidak bisa membalikkan sakit hati dan sakit fisiknya dengan sebuah kata-kata pedas yang akan membuat ayahnya semakin murka.
*****
Hari ini Ailin mulai bekerja di setoran itu dan melakukan sesuai perintah sang manager.
Jam makan siang memang sangat ramai apalagi di restoran itu yang banyak pelanggan petinggi dari kalangan atas yang terbiasa menjadi tempat makan siang mereka di sana.
Namun ada salah seorang yang memakai jas hitam dan berkepala botak sebagai bosnya dan yang lain sebagai anak buahnya datang dan duduk di tengah-tengah dengan kaki di naikkan di atas meja, mungkin ada sekitar 4 orang yang duduk di sana.
Ailin yang melihat orang itu, dia sudah yakin jika ada yang tidak beres terjadi namun Ailin menunggu apa yang akan para pria itu lakukan.
"hey bodoh, cepat berikan kami makanan, jika tidak kalian akan mati" ucap angkuh pria berjas biru muda yang terlihat garang itu.
"cepat apa kalian mau mati hah, awas saja kalau kalian terlambat" ancamnya pada pelayan wanita yang tak lain adalah Talia.
"b_baik tuan, tu_uan mau pesan apa?" Talia memberikan buku menu pada pria botak itu.
"aku tidka perlu itu aku hanya ingin makan saja apa kau tuli" teriaknya membuat Talia ingin menangis mendengar dirinya di teriaki oleh orang asing.
"bos kami lapar dan kalian kenapa lama sekali, dan kami tidka perlu buku menu, kamu berikan saja makanan pada kami cepat" pria yang satu mendorong kuat Talia hingga terbentur meja.
Para pengunjung restoran itu hanya diam tak ada yang mau ikut campur dengan keributan yang di buat para pria arogan itu.
Dan kebetulan sang manager melihat kekacauan itu segera mendekat.
"maaf tuan-tuan apa yang sebenarnya terjadi" ucap vino sopan.
"ini lagi cecunguk, aku ingin makan disini tapi wanita ini memberikan buku menu sialan itu" ucap pria itu.
"memang itu seharusnya tuan, agar kami bisa membuatkan pesanan anda dengan tepat" ucap vino sopan
"kau mau mati juga hah" pria botak itu memegang kerah baju vino dan menghajarnya memukul wajah vino hingga hidungnya berdarah.
Namun saat pria botak itu akan menghajar vino lagi, sebuah tangan mungil mulus dan cantik menghentikan genggaman tangan pria botak itu dengan tinjuannya, membuat pria botak itu kesakitan.
"aarrah, brengsek " pria itu meringis dan menatap Ailin yang berdiri di depannya.
"wah ada pahlawan kesiangan nih" ucap pria satunya lagi.
Ailin hanya diam, dengan wajah datarnya.
Pria botak itu melihat Ailin berdiri dengan wajah datarnya sedikit terpesona oleh kecantikannya.
"wh ada bidadari nih, mukanya jangan datar gitu dong cantik,mending temani kami jalan-jalan keluar oke, dan main sama kami" ucap pria botak itu dan membuat ketiga anak buahnya tertawa.
"hahahaha, mau saja nona, lumayan ada uang tambahan" ejek pria berjas biru kembali mengundang gelak tawa semuanya.
"hahaha,,,benarkah tuan-tuan, kalau aku bermain dengan kalian saya akan mendapatkan uang?" tanya Ailin membuat para pengunjung yang melihat interaksi mereka merasa jijik pada Ailin dan merasa tidka suka dengan ucapan Ailin karna menyetujui para pria yang akan mengajaknya main.
"aku kira dia akan menolak"
"iya ternyata murahan"
Segala cemohan pada Ailin meski belum sebenarnya Ailin benar-benar mu bermain dengan para pria itu.
"tentu nona, kita ini jago Sekali bermain, saya jamin nona akan ketagihan" seru salah satunya.
"menjijikkan" ucap Ailin dalam hati.
"baiklah, kita mulai" seru Ailin dengan senyum menyeringai.
salah satu dari pria itu akan menarik tangan Ailin namun
"kraak,,,aaaarrrhhh " tangan pria itu dengan mudahnya di patahkan oleh Ailin.
"Ailin memasang kuda dan jari telunjuknya meminta untuk para pria itu melawannya"
"kurang ajar, yaaaaaat"
bugh
bugh
bugh
krak
srekk
Ailin menghajar dan membabi buta mereka semua dan mereka dalam hitungan detik, keempat pria itu terkapar di sana.
Ailin masih berdiri dengan wajah datarnya melihat keempat pria itu. Ailin meluapkan segala amarahnya yang sempat tertunda tadi pagi saat berdebat dengan orang tuanya, dan meluapkan amarahnya pada keempat pria itu.
Bersambung....
Yukk kak kasih like buat novel ini, biar lebih semangat lagi😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments