Reiva tengah asik membaca sebuah novel di ruang tamu. Sesekali tangannya menyambar sebuah keripik yang terletak tak jauh darinya
Gadis itu tak menyadari sebuah tangan kekar diam-diam menyomot keripik nya secara bertahap.
Reiva baru menyadari keripik nya mulai tandas. dengan cepat. Ia mengernyit heran, 'Ini keripik kok cepat sekali habisnya? Perasaan tadi keripik nya masih banyak.' Batin Reiva penasaran.
Ia mendapati sebuah tangan laki-laki menyomot keripik kesayangannya, lalu ia menoleh kesamping. Terlihat Miana tengah asyik membaca sebuah novel sambil memakan keripik kesayangannya.
"Aaahhh... Sayang sekali tokoh utamanya berakhir tragis." Desah Miana kecewa. Ia tak menyadari tatapan maut milik Reiva.
Reihan dan Andra yang kebetulan berada tak jauh darinya hanya menatap Miana dengan kasihan. Mereka tau jika siapapun menyentuh keripik kesayangan Reiva, maka selamat tinggal dunia. Dengan cepat mereka segera meninggalkan ruang tamu.
"Mianaa..." Lirih Reiva dengan nada dingin, tidak lupa dengan aura hitam yang menguar dari tubuhnya membuat pemuda kucing itu menoleh patah-patah.
Miana melihat Reiva tengah melemaskan kesepuluh jarinya hingga terdengar bunyi 'kretek' yang nyaring. Tanpa aba-aba gadis itu langsung melayangkan bogeman manis kepada Miana.
"Gyaaaaa!!!"
Terdengar suara pukulan diiringi teriakan menggema di unit 448 memecah heningnya malam.
.
.
.
.
.
Malam hari yang gelap, Nayra berjalan sambil menenteng sebuah belanjaan ditangannya. Namun langkahnya terhenti saat gadis itu mendengar suara rintihan kucing di balik semak-semak jalanan.
"Miaww... miaww..."
Nayra mencari asal suara itu dan terlihat seekor kucing anggora yang dipenuhi luka tergeletak tak berdaya.
Merasa ada yang mendekat, kucing itu mendesis waspada. Namun gadis itu segera menenangkannya.
"Sepertinya kau terluka. Ikutlah kerumahku, aku akan merawatmu sampai kau sembuh. Jangan khawatir, aku tidak akan menyakitimu."
Mendengar ucapan Nayra, kucing itu menjadi sedikit tenang. Gadis itu segera membawa sang kucing menuju rumahnya.
.
.
.
.
.
"Aku pulang."
Nayra segera melepas sepatunya dan terdengar suara sahutan seorang laki-laki dari ruang tamu.
"Selamat datang." Sahut seorang pemuda tampan dengan rambut hitam dan mata hijau cerah. Dia adalah Evan Aditya, adik kandung Nayra.
Melihat sang kakak membawa seekor kucing anggora yang penuh dengan luka, Evan segera menghampirinya.
"Darimana kau mendapatkan kucing ini?" Tanya Evan sambil memandang kucing itu dengan antusias.
"Kakak menemukannya di jalan tadi. Badannya penuh dengan luka jadi kakak memutuskan untuk membawanya pulang." Sahut Nayra sambil menyerahkan belanjaannya pada sang adik.
Evan menerima belanjaan sang kakak lalu segera menuju dapur.
Sepeninggalan Evan, Nayra segera menuju kamarnya yang terletak di lantai 2 sambil menggendong si kucing anggora.
Nayra mengambil sebuah kotak P3K yang terletak di bawah tempat tidurnya dan mulai mengobati luka sang kucing dengan hati-hati.
Dibawah cahaya lampu yang terang, terlihat seekor kucing anggora hitam yang cantik, dengan sejumput rambut putih di kepalanya serta memiliki mata yang unik. Mata kiri kucing itu bewarna hitam dan mata kanannya bewarna merah.
Nayra terpaku sejenak melihat kucing hitam itu. Gadis itu merasa debaran aneh saat menatap sang kucing. Nayra melihat kearah leher kucing dan menemukan sebuah kalung merah yang tertulis nama 'Rean.'
"Jadi namamu Rean?" Tanya Nayra sambil menyentuh kalung milik kucing anggora hitam itu yang hanya dijawab 'miaw' oleh sang kucing.
"Kak, makan malam sudah siap!" Seru Evan dari lantai bawah. Nayra segera menggendong Rean yang tampak pasrah menuju dapur di lantai bawah.
.
.
.
.
"Bagaimana ini Kak, kita tidak memiliki makanan kucing." Ucap Evan kebingungan. Pasalnya mereka selama ini tidak pernah memelihara seekor kucing di rumahnya.
Melihat mereka berdua kebingungan, Rean segera melompat ke atas meja dan memakan makanan milik Nayra dengan lahap membuat sepasang kakak adik itu melongo heran.
"Dia menyukai makanan manusia." Guman Evan bingung. Nayra segera mengambil piring lain dan mengambil makanan baru.
"Mungkin pemiliknya melatih dia memakan makanan manusia." Celetuk Nayra. Mereka berdua segera makan malam dengan tenang ditemani kucing hitam yang tengah asik melahap makanan.
Rean diam-diam mengamati sepasang saudara dihadapannya sambil memakan makanan miliknya.
Setelah selesai sepasang saudara membereskan peralatan makan dan segera menuju ruang keluarga dengan Rean yang berada di pelukan Evan.
"Kau sudah memilih nama untuk kucing cantik ini? " Tanya Evan sambil mendudukkan dirinya di sofa.
"Namanya Rean. Nama itu ada di kalungnya." Sahut Nayra.
Evan segera memeriksa kalung kucing itu dan terdapat nama 'Rean' terukir disana. Pemuda itu mencari no handphone pemilik kucing itu, namun tidak mendapat apapun selain nama sang kucing.
"Nama yang bagus. Kau bisa memanggilku Evan dan dia Nayra." Evan memperkenalkan dirinya kepada sang kucing yang hanya ditatap dengan tatapan polos milik sang kucing.
"Sebaiknya kita tidur. Besok kita harus ke sekolah bukan?" Ucap Nayra sambil menggendong Rean menuju lantai atas disusul oleh Evan.
"Kalau begitu selamat malam Kak."
"Selamat malam."
Nayra segera memasuki kamarnya dan meletakkan Rean di ranjangnya. Nayra mematikan lampu kamarnya dan menyalakan lampu tidur remang-remang. Kemudian gadis itu merebahkan dirinya diranjang dan meregangkan tubuhnya. Perlahan dirinya terlelap menuju alam mimpi.
Tanpa disadari oleh Nayra, kucing anggora hitam itu perlahan berubah menjadi sesosok pemuda tampan dengan rambut hitam dengan beberapa helai bewarna putih, alis tampak tegas membingkai mata dua warna yang tajam, rahang terlihat kokoh dan tegas, serta hidung yang sedikit mancung.
Rean menyunggingkan senyum tipis kearah Nayra yang tertidur lelap lalu segera menuju kearah jendela kamar gadis itu. Pemuda itu membuka jendela kamar Nayra dengan perlahan tanpa menimbulkan suara.
Rean melihat keadaan sekitar, setelah memastikannya aman, pemuda itu melompat keluar dan menghilang di gelapnya malam.
.
.
.
.
Disebuah jalanan gelap, terlihat sekumpulan pemuda tengah nongkrong bersama teman-teman nya. Dilihat dari motor yang mereka bawa, tampaknya mereka akan melakukan balapan liar.
Seorang diantara mereka melihat sesosok wanita bergaun merah melintas didepannya. Dia berseru kepada teman-teman nya, "Bro, sepertinya ada cewek cantik malam-malam begini." Ucapnya sambil menunjuk kearah wanita yang mengenakan gaun merah.
Mereka yang mendengar seruan nya segera menoleh kearah yang ditunjuk temannya. "Wah, bener bro. Yuk kita samperin." Ucap nya dengan seringai mesum yang tercetak diwajahnya.
Salah satu diantara mereka menolak ikut. Ia merasa firasat buruk saat melihat sosok itu. "Sebaiknya jangan, deh. Firasat ku ga enak. Kita cabut aja yuk."
"Pengecut banget lo. Mendingan lo pulang aja sana. Nyusu sama ibu lo." Ejek salah satu diantara mereka disusul dengan tawa yang lainnya.
Pemuda itu segera pergi dari sana diiringi tawa ejekan dari teman-teman nya. Firasatnya benar-benar tidak enak saat ikut melihat sosok tadi.
Mereka mengabaikan peringatan temannya dan segera mendekati sosok itu, namun apa yang mereka lihat akan menjadi mimpi buruk seumur hidup mereka.
Sosok itu berjalan dengan wajah tertunduk. Saat sekumpulan pemuda itu mendekat, perlahan ia mendongakkan wajahnya dan terlihat wajah pucat dengan lidah menjulur bewarna biru keunguan, mata melotot dengan darah kering yang hampir menghiasi seluruh wajahnya.
Terdapat bekas luka menganga di keningnya yang mulai membusuk. Sontak mereka berteriak ketakutan dan kabur dari sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments