Kusuma Pradana bersaudara saat ini tengah berkumpul di ruang keluarga unit 448. Mereka tengah asyik menonton siaran televisi hingga suara ponsel mereka berbunyi.
'TRING'
Mereka mengalihkan pandangan ke ponsel masing-masing dan terdapat sebuah pesan masuk.
[From: Daddy]
[Hari minggu nanti kalian pulang ke kediaman. Ada hal serius yang akan dibicarakan dan ini menyangkut tentang keputusan kalian. ]
Mereka saling melirik dan membalas pesan ayahnya.
[Baik yah.]
"Kira-kira apa yang akan dibahas ya?" Tanya Reiva kepada kedua kakaknya.
"Entahlah. Nanti kita akan tau sendiri." Jawab Andra yang masih menebak-nebak alasan ayah mereka untuk berkumpul.
"Tapi aku merindukan kediaman kita." Rengek Reihan yang hanya direspon dengan dengusan.
.
.
.
.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, sekarang mereka tengah bersiap-siap untuk kembali ke kediaman Pradana.
Miana muncul mendadak di ruang tamu. Disana Reiva dan Reihan sedang menonton siaran televisi.
'Poft'
"Kalian mau kemana?" Tanya Miana saat melihat sepasang remaja kembar yang tengah berpakaian rapi. Mereka memakai pakaian yang sama, kaos putih polos dan celana jeans hitam.
"Ayah menyuruh kami pulang ke kediaman Pradana. Dia bilang ada hal penting yang memerlukan pendapat kami." Ucap Reiva.
"Mungkin tentang perjodohan. Sebaiknya kau berhati-hati saja." Ujar Miana memperingatkan Reiva.
"Memangnya ada apa?" Tanya Reihan penasaran.
"Aku mencium adanya motif dibalik perjodohan ini. Mungkin hanya firasat ku saja."
"Hahaha... Mana mungkin." Ucap Reiva tidak percaya.
"Setidaknya aku memperingatkan kalian." Ucap Miana lalu menghilang di balik kepulan asap.
'Poft'
.
.
.
.
Mereka telah tiba di kediaman Pradana dan segera menuju kamar masing-masing. Mereka menaruh barang-barang mereka dan membersihkan diri.
Setelah beberapa saat mereka segera menuju ruang makan. Mereka makan malam bersama sambil melepas rindu.
"Anak-anak ayah bagaimana kabar kalian?" Tanya Kelvin antusias kepada anak-anak mereka.
"Kami baik yah." Jawab Andra singkat.
"Bagaimana dengan apartemen kalian? Apa kalian menyukainya?" Kali ini Ardani bertanya.
"Kami menyukainya bu." Jawab Reihan dan Reiva bersamaan.
Mereka makan malam bersama diiringi dengan canda tawa penuh kehangatan.
Setelah makan malam selesai, mereka segera menuju kamar masing-masing untuk beristirahat.
Reiva memikirkan perkataan Miana tadi sore tentang perjodohan dan motif dibalik perjodohan nya, hingga tanpa terasa Reiva perlahan menuju alam mimpinya.
.
.
.
.
.
"REIVA BANGUN!!" Teriak Ardani sambil mengguncang tubuh Reiva yang masih terbungkus selimut.
"Oh, ya ampun aku masih ingin tidur." Gerutunya.
"LIMA MENIT LAGII!!" teriak Reiva malas. Entah mengapa ia malas bangun pagi ini.
"Sebentar lagi keluarga Subrata akan tiba. Sebaiknya kau bersiap." Balas Ardani.
Entah mengapa perkataan Miana terdengar masuk akal, Reiva semakin enggan bangun.
"Ibu aja yang menyambut mereka, jadi biarkan anakmu yang manis ini melanjutkan tidur cantik di pagi yang indah ini." Balas Reiva dengan tangan melambai-lambai.
Kedutan muncul di kening Ardani, dengan segera ia menuju kamar mandi mengambil segayung air.
'Byuurr'
"Hwaaa Ibu!! Aku membencimu.!!"
.
.
.
.
Reiva menuruni tangga dengan kaki dihentak-hentakkan, sesekali mulutnya menggerutu sebal membuat keluarga Pradana menoleh kearahnya.
Mereka terkejut dengan penampilan Reiva yang... errr aneh?
Rambut hitam keunguan yang biasanya di ikat kudah bahkan sesekali digerai kini dikepang dua dengan ikatan longgar, dress yang kebesaran dengan warna yang menyakiti mata, make up yang menor dan kacamata besar bertengger manis diwajahnya. Membuat kedua orang tuanya menghela nafas lelah dan kedua kakaknya menahan tawa.
"Ada apa dengan kalian?" Tanya Reiva dengan wajah sok polosnya.
"Pfft... Ada apa dengan penampilan mu Reiva?" Tanya Andra sambil menahan tawa. Ia melirik keatas bawah melihat penampilannya adiknya.
"Bukannya aku tampak cantik? Kakak-kakakku sayang, aku tidak mau dijodohkan dengan siapapun. Jadi aku ingin tampil menarik didepan calon tunanganku." Balas Reiva sambil memutar mata malas.
"Penampilanmu membuat mataku sakit." Ucap Reihan dengan nada mengejek yang sukses membuat gadis itu berdecak kesal.
"Kenapa bukan kau saja yang menyamar menjadi aku? Bukannya kita kembar?" Perkataan Reiva sukses Membuat Reihan berkedut kesal membuat kedua orang tuanya menghela nafas berat untuk kesekian kalinya.
"Kami tidak mau menjodohkanmu sayang. Ayah tidak berdaya saat ini dengan ancaman keluarga Subrata." Ucap Kelvin dengan nada putus asa dan pandangan bersalah dari Ardani.
"Ayah tenang aja, serahkan padaku." Reiva menepuk bahu ayahnya. Tak lama keluarga Subrata tiba kediaman Pradana, Keluarga itu memandang jijik keluarga Pradana karena rumah mereka terlihat sederhana.
"Selamat datang dirumah kami, mari silahkan duduk." Ucap Kelvin menyambut keluarga Subrata diikuti oleh anak dan istri nya.
Keluarga Subrata merupakan pengusaha kaya yang terkenal sombong dan egois. Sudah menjadi hal umum jika keluarga ini sering menindas orang yang berada di bawahnya.
Baskara Subrata merupakan seorang pengusaha yang terkenal dengan keangkuhannya, memiliki mata hitam, rambut merah dan wajah yang tampan dengan beberapa garis halus di wajahnya.
Sarah Arini Subrata, merupakan istri dari Baskara Subrata. Ia terkenal akan kesombongan dan keangkuhannya. Kehidupannya tak lebih dari berkumpul dengan para sosialita dan menghambur-hamburkan uang saja.
Tubuhnya di penuhi dengan perhiasan emas dan pakaiannya merupakan pakaian branded terkenal, terlihat seperti cuan berjalan.
Mereka mempunyai seorang putra yang cukup tampan bernama Bram Subrata, namun sayangnya ia memiliki reputasi yang buruk. Ia terkenal sebagai playboy kelas kakap perenggut mahkota wanita. Bahkan sering kali para korbannya dibunuh setelah ia menikmatinya.
Sepasang remaja kembar melihat sesosok wanita cantik dengan luka lebam di sekujur tubuhnya, terdapat beberapa bercak darah di pakaiannya serta wajahnya pucat pasi.
"Kak Rei, apa kau melihat sosok wanita itu?" Bisik Reiva kepada Reihan yang dibalas dengan anggukan.
"Kita akan menyelidikinya nanti." Bisik Reihan.
.
.
.
.
Mereka kini duduk di ruang tamu yang cukup luas. Terdapat dua buah sofa panjang yang berhadapan dibatasi sebuah meja panjang, serta sebuah sofa single.
Kelvin duduk di sofa single, di sofa panjang sebelah kanan terdapat istri dan anaknya sedangkan disebelah kiri keluarga Subrata
"Aku ingin mengajukan kontrak kerjasama denganmu melalui perjodohan anak kita." Ucap Baskara memulai percakapan.
"Untuk urusan perjodohan aku menyerahkannya pada putriku." Jawab Kelvin sambil melirik Reiva. "Apa jawabanmy, Nak?" Tanya Kelvin menatap Reiva dengan tatapan tidak rela.
"Aku menolak ayah. Aku masih kecil dan ingin menikmati kebebasanku." Jawab Reiva dengan mata berkaca-kaca serta wajah sedih yang dibuat-buat, matanya sesekali melirik sosok wanita lebam tersebut.
"Aku juga ga mau dijodohkan dengan anak ini Yah. Ini akan membuatku malu nanti." Jawab Bram dengan jijik.
"Sepertinya kali ini aku sependapat dengan Bram, Sayang. Lihatlah penampilannya." Ujar Sarah dengan nada sinis yang mengejek.
'Dasar pajangan berjalan.' Batin Ardani dan anaknya.
"Seperti dugaanku penampilan anakmu sangat disayangkan, setidaknya aku berbaik hati ingin melakukan kerjasama denganmu." Ujar Baskara dengan nada sombongnya.
"Apa maksudmu?" Tanya Kelvin curiga.
"Aku hanya menginginkan darah dari anak bungsumu. Sepertinya dia belum pernah disentuh siapapun." Ucap Baskara yakin membuat keluarga Pradana meradang.
Reiva dan Reihan melihat sosok wanita yang dipenuhi luka lebam melotot marah kearah Baskara, tanpa sengaja tatapan Reiva dan sosok wanita itu bertemu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
diksiblowing
jejak lg
2022-06-17
0