Sahabat Baru

Mereka bertiga berusaha menghindari serangan makhluk itu, hingga akhirnya Reiva mengingat percakapannya dengan Miana.

"Jika kalian membutuhkan bantuanku, sentuh bandulnya. Maka aku akan muncul di hadapan kalian."

"Tapi bagaiaman jika orang lain yang menyentuhnya?"

"Mereka akan pingsan karena energi mereka terhisap oleh anting ini."

"Kita minta bantuan Miana."

"Baiklah." Ucap Reihan sambil menyentuh bandul anting pemberian Miana.

'Poft'

Miana segera muncul dalam kepulan asap dan langsung tersentak kaget.

"Hantu itu, hantu bayangan." Ucapnya kemudian setelah melihat makhluk itu.

"Apa kau tau kelemahan hantu itu?" Tanya Reihan sambil melompat-lompat menghindari serangan makhluk bayangan itu.

"Bayangan tidak akan ada jika tak ada cahaya." Ucap Miana sambil menangkis serangan makhluk bayangan itu. Sesekali Miana menghindar.

"Tak akan kumaafkan!!" Raung mahkluk itu dengan marah.

Reiva mengeluarkan sebuah kertas dengan tulisan aneh dan melemparkan ke arah makhluk bayangan itu lalu mengucapkan sebuah mantra.

"Makhluk jahat, dengan kekuatanku atas ijin Yang Kuasa aku memerintahmu untuk pergi dari sini."

Ketika kertas itu dilemparkan, secara ajaib tulisan kertas itu membesar dan transparan hingga bisa mengikat makhluk itu.

"Gyaaaa" Teriak makhluk itu kesakitan. Setelah beberapa saat makhluk itu melemah, perlahan hingga para siswa yang terikat lepas dari ikatan makhluk bayangan itu. Reiva mendekati makhluk itu dan melihat masa lalunya.

Rupanya makhluk itu adalah ibu kandung Nayra yang meninggal tertabrak mobil saat hendak menyelamatkan Nayra dari pembullyan. Nayra kecil didorong oleh pembully ke tengah jalan raya , namun sayangnya ia terjatuh dan nyaris tertabrak mobil.

Namun ibu Nayra segera menarik Nayra dengan taruhan nyawanya sendiri.

"Jadi kau ibunya Nayra ya?" Tanya Reiva kepada makhluk bayangan itu.

Nayra tersadar dari pingsannya melihat makhluk bayangan itu dan segera memeluknya sambil menangis tersedu-sedu.

"Ibuu... hiks... hiks...Maafkan aku hiks..." Tangis Nayra.

"Aku tak akan pernah memaafkan mereka" gumannya lemah.

"Ibu jangan khawatir, aku baik-baik saja. Aku sudah bisa menjaga diri ku sendiri. Ibu bisa pergi dengan tenang." Jawab Nayra berusaha menenangkan sosok itu.

"Bagaimana bisa? Mereka selalu menyakitimu." Ucap sosok itu tak terima.

"Aku sudah bisa menjaga diri bu. Aku sudah dewasa."

"Kami akan menjadi sahabat Nayra bi. Kami akan melindungi Nayra. Bibi bisa percaya pada kami."

'SRIINGGG'

Perlahan cahaya putih menyinari makhluk bayangan hingga akhirnya cahaya itu memudar dan terlihatlah sosok wanita cantik yang transparan.

"Nayra, kau telah tumbuh dewasa sayang... Maafkan ibu karena meninggalkan mu sendirian. Pasti sangat sulit menjalani ini sendirian. Kau adalah putri ibu, kau gadis yang kuat. Tetaplah hidup dan lindungi adikmu. Bersahabatlah dengan mereka." Ucap Ibu Nayra panjang lebar sambil menunjuk kearah Reiva, Diga dan Reihan.

"Kami akan menjaga Nayra bi, karena Nayra adalah teman kami." Ucap Reihan terharu.

"Terimakasih. Aku mempercayakan Nayra kepada kalian." Ucap Ibu Nayra. Perlahan tubuh ibu Nayra memudar hingga akhirnya menghilang menjadi serpihan cahaya.

"Tidak!! Ibu jangan pergi! Jangan tinggalkan aku!!" Jerit Nayra histeris. Reiva mendekati dan menenangkan Nayra.

"Sudahlah. Ikhlaskan kepergian ibumu. Kami akan selalu menjagamu." Ucap Reiva sambil memeluk Nayra.

"Sepertinya mereka segera terbangun. Kalian harus segera keluar dari sini sebelum ada yang curiga." Miana memperingati mereka dan segera menghilang.

"Ayo." Ucap Reiva sambil menggandeng tangan Nayra. Mereka berlari keluar kelas sambil tertawa disusul oleh Dirga dan Reihan.

"Hei! Tunggu! "

.

.

.

.

Sore ini Nayra berkunjung ke Apartemen Hunter untuk bertemu dengan sahabat barunya. Ia melihat apartemen itu dengan pandangan menilai.

Matanya menangkap beberapa hantu yang berkeliaran. Sesekali hantu itu menatap Nayra dengan penasaran, namun gadis itu mengalihkan pandangannya agar tidak menatap mereka.

"Nayra!! Kami di atas sini!" Sebuah teriakan berhasil mengalihkan perhatiannya. Nayra mendongak dan menatap lantai atas. Terlihat 3 manusia tengah melongok kearahnya dengan tatapan yang selama ini tidak pernah dia dapatkan. Tatapan hangat yang begitu tulus.

Untuk pertama kalinya gadis itu tersenyum. Segera gadis berambut cokelat kopi itu menghampiri mereka dengan haru.

.

.

.

.

Dimalam hari yang cerah, seorang pemuda berjalan santai dengan salah satu tangannya menenteng belanjaan. Suasana sepi membuat suasana sedikit mencengkam.

Tanpa disadari nya, sebuah bayangan hitam muncul dibalik bayangan tiang listrik. Perlahan bayangan itu berubah menjadi sosok hitam yang menyeramkan.

Sosok itu memiliki wajah dengan mata merah yang melotot, tubuhnya sehitam gelapnya malam dengan setinggi manusia dewasa. Sosok itu menyerangnya dari belakang.

"Kau akan sial karena berjalan sendirian dimalam hari." Ucap sosok itu sambil berlari menyerang pemuda itu dengan kecepatan tinggi.

Sebelum makhluk hitam mendekati pemuda itu, dengan cepat pemuda itu menghindar dan menjatuhkan belanjaannya. Beruntung belanjaannya tidak berserakan.

Tudung kepalanya terbuka dan terlihatlah wajah tampan dengan mata biru yang menyala yang tak lain adalah Andra. Dengan cepat ia melawan makhluk itu hingga membuatnya kewalahan.

'Sret'

'Bruaakk'

Dengan sekali tendangan makhluk itu terlempar jauh hingga menabrak sebuah pohon dipinggir jalan dengan sangat keras. Tanpa membuang kesempatan Andra segera mengambil pedang suci dan menebas makhluk hitam itu.

Dengan sekali tebas tubuh makhluk itu terbelah menjadi dua membuat makhluk itu tergeletak tak berdaya.

"Graaaaaahhhh"

Teriakan yang putus asa namun mengerikan terdengar dari makhluk itu, membuat siapapun merinding mendengarnya. Perlahan tubuh makhluk itu hancur menjadi serpihan abu.

"Huh, mengganggu saja." Umpatnya. Andra segera mengambil belanjaannya dan bergegas pulang menuju apartemennya.

.

.

.

Sepasang remaja kembar tengah asik menonton film favorit mereka di temani dengan cemilan di tangannya.

Reiva melihat tangan Reihan menjulur menuju snack favoritnya, tanpa aba-aba ia menggeplak tangan saudara kembarnya.

'PLAK'

"Ouch. . Sakit tau Rei." Reihan mengaduh sambil mengusap tangannya yang terasa kebas akibat sambaran tangan Reiva.

"Jangan sentuh keripikku." Ucap Reiva dengan diiringi tatapan tajam, tangannya menjauhkan keripik dari jangkauan tangan Reihan.

"Kau ini pelit banget sih. Aku minta sedikit kok." Ujar Reihan manyun sambil berusaha menjangkau tangan Reiva.

"Ambil aja sendiri. Didapur masih banyak."

"Sedikit saja." Reihan memelas.

"Tidak boleh."

Reihan melengos ke dapur dan mengambil sebuah keripik yang sama persis dengan keripik milik Reiva, namun. . .

"Kak Rei, jangaaannn!!" Pekik Reiva membahana seraya menyerang Reihan dengan beringas.

Reihan yang terkaget-kaget segera menghindar dari terkaman Reiva. Hingga pergulatan pun tak terhindarkan.

'BAK'

'BUK'

'PRAANGG'

'GEDUBRAK'

' MIAWW'

"Aku pulang~" Andra memasuki unit apartemennya dan kaget melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Ruangan tampak berantakan akibat ulah duo kembar tersebut.

Ia melihat kedua adik kembarnya tengah asyik bergulat hanya demi sebuah keripik kesayangan Reiva. Andra ingin menegurnya, namun pergulatan mereka cukup seru untuk dilewatkan. Setelah dilema beberapa saat akhirnya ia membiarkan kedua adiknya bergulat. Lumayanlah tontonan gratis pikirnya.

Setelah beberapa saat bergulat, akhirnya Reiva berhasil mendapatkan keripik kesayangannya. Keadaan mereka cukup mengenaskan. Rambut mereka acak-acakkan dan terdapat robekan di beberapa tempat di pakaian mereka.

"Kak Rei, jangan sesekali menyentuh keripik kesayanganku. Kalau kau berani menyentuhnya, ku patahkan tanganmu." Ancam Reiva kepada kembarannya.

"Iya, ya..." Sahut Reihan yang kelelahan akibat pergulatan mereka.

"Sudah selesai bergulatnya?" Sebuah suara dingin mengagetkan mereka. Dengan gerakan patah-patah mereka menoleh ke asal suara itu dan tertawa canggung.

"E-eh, Kak Andra...Sudah pulang?" Tanya Reiva berbasa-basi, ia melihat aura hitam disekeliling kakaknya.

"Cepat bereskan kekacauan ini atau aku akan melaporkan kepada ibu." Ancam Andra sambil memperlihatkan ponselnya yang memnunjukkan kontak sang ibu.

"Baik kak" Jawab mereka pasrah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!