Apartemen Tua

Di Lain Tempat

"Haa...hatchii!!"

Tampak seorang wanita paruh baya bersurai hitam keunguan tengah menggosok hidungnya. Dalam hati ia mengumpati seseorang yang tengah menyumpah serapahi dirinya.

"Anda tidak apa-apa, detektif?" Tanya seorang pria berusia 30 tahunan.

"Aku tidak apa-apa. Sebaiknya kita lanjutkan penyelidikan ini." Jawab Ardani.

"Baik."

........... ........... ...........

Setelah dua jam perjalanan, mereka akhirnya tiba di sebuah apartemen tua namun cukup indah terawat. Tidak ada kesan horor seperti yang mereka bayangkan sebelumnya.

Apartemen Hunter merupakan apartemen tertua di kota G. Bangunan ini memiliki 15 lantai dan banyak kamar. Dahulu apartemen ini dipenuhi oleh pendatang baru dan berjaya dimasanya.

Namun entah kenapa apartemen ini perlahan ditinggalkan oleh penghuninya, hingga akhirnya menyisakan beberapa orang yang masih bertahan di apartemen ini.

Kebanyakan mereka yang bertahan di apartemen ini adalah para lansia dan beberapa pegawai dengan penghasilan rendah maupun menengah. Selain harga sewa yang murah, tetangga apartemen ini sangat ramah dan hangat membuat mereka enggan meninggalkan apartemen.

Menurut rumor yang beredar, Apartemen Hunter memiliki penunggu. Namun tidak ada yang pernah melihat penunggu apartemen itu.

"Anak-anak, kita sudah sampai. Mari kita bawa barang-barang kalian menuju kamar yang telah disiapkan." ucap Kelvin dengan semangat.

"Kenapa ayah yang semangat sih?" Tanya Reihan yang cemberut melihat kelakuan ayah mereka.

"Tau tuh. Bahagia kali melihat anaknya menderita." Cibir Reiva sambil memutar matanya bosan.

Kelvin cengengesan mendengar jawaban kedua anak kembarnya. Andra segera keluar dari mobil lalu menuju bagasi dan mengeluarkan beberapa barang. Disusul oleh Kelvin dan sepasang bocah remaja kembar.

Mereka memasuki Apartemen Hunter dan melihat-lihat bangunan itu. Walaupun terlihat tua, namun bangunannya terlihat kokoh dan baik.

Mereka melintasi taman apartemen yang asri dan tanpa sengaja Reiva menginjak sebuah tutup selokan yang memiliki ukiran aneh.

'Mungkin ini hiasan' Batin Reiva, ia segera menyusul ayah dan kakaknya.

Mereka segera menuju lift dan menekan tombolnya. Setelah beberapa saat pintu lift terbuka dan mereka segera menekan tombol lantai enam.

Lift membawa mereka menuju lantai enam, setelah sampai pintu lift terbuka dan mereka segera membawa barang bawaan mereka menuju kamar 448.

Tanpa mereka sadari, seekor kucing oranye bermata biru menatap mereka dengan pandangan mata berbinar saat merasakan aura kedua remaja kembar tersebut. Kucing itu perlahan berubah menjadi seorang pemuda tampan bersurai pirang dengan mata biru yang indah.

.

.

.

.

Mereka telah tiba di kamar 448, Kelvin segera merogoh saku kemejanya dan mengeluarkan sebuah kunci kamar.

Ia menjulurkan kunci rumah itu pada lubang kunci hingga terdengar bunyi 'cklek', lalu Kelvin segera masuk disusul ketiga anaknya.

"Selamat datang di kamar 448. Dan kalian berdua bisa memilih kamar yang kalian suka." Ucap Kelvin dengan semangat.

Mereka melihat kamar itu dengan penuh penilaian. Kamar 448 memiliki 3 kamar tidur, dapur yang menyatu dengan ruang keluarga sekaligus menjadi ruang tamu yang dibatasi oleh sekat.

Di ruang tamu sekaligus ruang keluarga sudah terdapat sebuah sofa panjang dan sofa singel,terdapat sebuah meja bundar berukuran sedang di sana, sebuah TV yang terletak di dinding lengkap dengan DVD dan sebuah AC.

Sepasang bocah remaja kembar itu segera memilih kamar mereka dan melihat-lihat setiap ruangan.

Reiva memilih sebuah kamar yang memiliki sebuah kasur queen size, lemari pakaian, sebuah meja belajar dan meja rias. Lalu Reiva menata barangnya disana.

Reihan memilih kamar yang memiliki kasur queen size, lemari pakaian dan terdapat sebuah meja belajar serta cermin besar yang terpampang di dinding. Tanpa basa basi Reihan segera menata barangnya disana.

Setelah selesai, mereka segera menuju dapur. Dapur itu memiliki desain vintage yang elegan, terdapat beberapa laci tempat penyimpanan perabotan dan bumbu serta sebuah kulkas ada disana.

"Ini adalah apartemen milik ibu kalian dulu. Apa kalian menyukainya?" Ucap Kelvin sambil berjalan kedapur menghampiri kedua anak kembarnya.

" Ini apartemen ibu?" Tanya mereka penasaran.

"Benar, dulu apartemen ini milik ibu kalian. Jadi karena dia telah menikah, ibumu meninggalkan apartemen ini." Jelas Kelvin.

"Ayah, aku juga ingin tinggal di apartemen ini. Boleh yaa?" Permintaan Andra mengagetkan ketiga orang yang berada di ruangan itu.

Kedua bocah remaja kembar itu saling tatap dan Andra melirik kedua adiknya sambil memberikan kode mata dan tersenyum licik.

"Baiklah, besok ayah akan mengurusnya." jawab Kelvin tanpa menyadari senyum licik di wajah ketiga anaknya.

Mereka segera beranjak pergi mencari persediaan makanan karena tidak ada stok makanan di kulkas.

Sorepun tiba, mereka telah selesai membereskan barang dan perlengkapannya. Saat ini mereka telah berada di depan apartemen mengantarkan kepergian ayah dan kakaknya.

"Kami pulang dulu. Kalau kalian perlu sesuatu hubungi ayah ya." kata Kelvin berpamitan.

"Baik ayah. Jaga kesehatan ya. Hati-hati dijalan." pesan Reiva sambil memeluk ayahnya.

Kelvin segera memasuki mobilnya yang sudah ditunggu oleh Andra. Ia kemudian menstarter lalu dengan perlahan mobil itu melaju dijalan raya berbaur dengan mobil lainnya dan menghilang di pandangan mereka.

Apartemen Hunter memiliki letak yang cukup strategis, namun karena usia bangunan yang cukup tua, tidak banyak yang memilih bangunan ini karena akan roboh bila dihempas angin kencang.

Karena apartemen ini berada dibawah naungan Pradana Corp, bangunan ini telah direnovasi dalam waktu singkat, hanya bagian depan gedung saja yang terlihat kusam dan tua.

Mereka segera masuk kedalam apartemen, namun mereka merasakan aura horor samar-samar di gedung apartemen ini.

Namun aura horor yang mereka rasakan menghilang. Ketika sampai di taman apartemen, sebuah suara misterius mengagetkan mereka.

"Kalian pendatang baru ya?"

Mereka berdua menoleh dan tak menemukan siapapun.

"Kau mendengar suara itu, Kak Rei?" Tanya Reiva kepada Reihan.

"Mungkin kita salah dengar." Jawab Reihan. Pasalnya situasi saat ini sedang sepi, jadi siapa yang bertanya pada mereka?

"Kalian mengacuhkanku? Aku dibelakang kalian!" ucap sosok misterius itu dengan geram.

Mereka menoleh kebelakang dan melihat sesosok pemuda berambut pirang yang memiliki telinga runcing seperti telinga kucing dikepalanya.

Wajah pemuda itu ditutupi dengan topeng putih polos seutuhnya, sehingga tidak terlihat bagaimana rupa pemuda tersebut.

"Siapa kau?" Tanya Reihan penasaran.

"Kalian bisa melihatku?" tanya pemuda kucing itu.

"Tentu saja bisa. Bukankah tadi kau yang bertanya pada kami? Jadi ada apa?" tanya Reiva bertubi-tubi.

"Aku adalah penunggu apartemen Hunter ini. Untuk namaku kalian tidak berhak tau karena kalian tidak akan betah disini" Jawab pemuda kucing itu dengan sombong.

"Sombong sekali kau. Aku akan bertaruh jika kami akan betah disini pria aneh" Jawab Reiva jengkel dengan pemuda kucing dihadapannya.

"Ya, ya. . Asal kalian tau saja ya, sudah banyak orang yang pergi dari apartemen ini kurang dari sebulan lho."

"Aku tak peduli, cepat katakan apa taruhannya." Kata Reiva tak sabar, sedangkan Reihan hanya menatap perdebatan mereka dengan malas.

Tanpa mereka sadari, pemuda bertelinga kucing itu tersenyum misterius dibalik topeng polos yang digunakan nya. Telinga kucingnya bergerak lucu.

"Bocah ini menarik juga."

Terpopuler

Comments

diksiblowing

diksiblowing

hadiiir

2022-06-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!