"I–ini. ."
Mereka tidak bisa berkata apapun. Reiva dan Nayra merinding sendiri melihat pemandangan yang berada di hadapan mereka.
Terdapat beberapa embrio yang tersimpan di tabung khusus serta beberapa organ lainnya. Ruangan tersebut tampak gelap dengan cahaya remang-remang disekitar tabung.
Jika diperhatikan lebih detail, terdapat sebuah brankar dan peralatan bedah lengkapi di sudut ruangan. Tercium bau anyir darah yang tercampur obat bius yang memberi kesan menyeramkan.
Miana yang sedari tadi sibuk menepuk-nepuk wajahnya yang dibalut sheet mask kini amelepasnya dan membuang entah dimana. Ia mengendus-endus seakan mencium sesuatu.
"Ada yang datang, cepat sembunyi." Miana memperingatkan Nayra dan Reiva yang tengah sibuk mengamati ruangan itu.
.
.
.
.
Andra dkk side
Andra, Reihan dan Dirga mengikuti pria paruh baya dengan langkah pelan. Mereka bertiga bersembunyi di salah satu sudut rumah itu dan memperhatikan gerak geriknya.
Pria paruh baya itu memasuki ruangan rahasia di tempat Reiva dan Nayra berada membuat ketiga remaja itu panik seketika.
"Apa kita harus menelpon bantuan?" Bisik Reihan dengan cemas.
"Aku sudah menghubungi pihak berwenang. Tinggal menunggu mereka tiba disini, mungkin sekitar tiga puluh menit." Jawab Dirga sambil mengecek ponselnya.
"Kalian berdua cepat selidiki disekitar sini, aku akan menolong Reiva di dalam." Andra memberi perintah kepada Reihan dan Dirga yang hanya dijawab dengan dengusan malas dari Reihan.
Tanpa menunggu jawaban dari mereka, Andra segera keluar dari persembunyiannya menuju ruang rahasia.
Reihan dan Dirga menyusuri halaman belakang kediaman itu, dan mata mereka tertuju pada beberapa gundukan tanah, sepertinya bekas pemakaman para korban.
Dirga menepuk-nepuk bahu Reihan. Wajahnya tampak pucat melihat sesosok wanita berwajah hancur. Memperlihatkan separuh tulang belulang dengan beberapa daging yang membusuk.
Nyaris saja ia berteriak ketakutan, dengan cepat Dirga memeluk Reihan yang berada tak jauh darinya.
"Rei... Rei.. A–ada hantuuu..." Ucap Dirga dengan suara bergetar lirih yang tercekat. Reihan berusaha melepaskan pelukan Dirga. Ia berharap tidak ada yang melihat acara pelukan mereka.
"Lepaskan aku, bodoh! Aku masih normal!" Sentak Reihan sambil melepaskan diri dari pelukan Dirga.
Sosok itu terkikik dengan suara menyeramkan, lalu ia merubah wujudnya menjadi seorang wanita cantik.
Melihat sosok berubah menjadi wanita cantik, sontak Dirga melepaskan pelukan mautnya dan membuang muka karena malu.
"Tolong temukan tubuhku dan tangkap pembunuh itu."
.
.
.
.
.
Reiva dan Nayra segera mencari tempat persembunyian yang aman. Sedangkan Miana? Jangan ditanya, manusia kucing itu sudah menghilang entah kemana.
Terdengar suara pintu terbuka membuat kedua gadis itu menegang. Mereka berusaha menahan nafas dan menenangkan diri agar tidak di ketahui oleh pemilik rumah itu.
'Cklek'
'Krieeett'
Terlihat sesosok pria paruh baya tengah membopong seorang wanita dengan gaya bridal style. Ia meletakkan wanita malang itu disebuah brankar dan pria itu mengambil jas dokter, peralatan bedah lengkap dengan anastesi.
Merasa ada yang memperhatikan, pria itu menoleh ke sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapapun, ia segera memakai seragam bedah khas dokter.
Reiva dan Nayra mengendap-endap keluar dari ruangan itu dengan langkah pelan tanpa suara, mereka membuka pintu ruangan itu dan menimbulkan derak suara.
'Krieeet'
"Siapa kalian?" Terdengar suara dengan nada dingin menyapa pendengaran kedua gadis itu.
'Sial...' Batin kedua gadis itu. Mereka bertatapan sejenak dan mengangguk lalu mengambil langkah seribu menjauhi tempat itu.
Tak ingin perbuatannya diketahui orang, pria itu bergegas mengejar kedua gadis itu yang tengah berlari keluar dari ruangan rahasianya sambil mengambil pisau bedah.
Reiva dan Nayra berpapasan dengan Andra dan tanpa aba-aba mereka langsung menyeret pemuda itu. Mereka bertiga segera mencari tempat untuk bersembunyi.
Mereka melihat pria itu mengejar mereka sambil membawa pisau bedah. Terdengar suara teriakan dengan nada dingin yang membuat mereka bertiga merasa tegang.
"Dimana kalian?! Cepat keluar!"
Pria itu berjalan mengelilingi mansion miliknya dan berpapasan dengan Reihan dan Dirga.
"Hooo... Rupanya ada tikus disini." Ucap pria itu dengan seringai kejam dan langsung menyerang mereka dengan brutalnya.
Dirga dan Reihan yang kaget akan kedatangan pria itu segera menghindari serangan dadakan tersebut. Nyaris saja pisau bedah mengenai lengannya.
Mereka bertarung dengan sengit. 2 lawan 1 sepertinya mudah untuk mengalahkan pria itu, namun sayangnya pria itu menguasai bela diri dengan baik hingga membuat kedua remaja itu kewalahan.
Tiba-tiba sebuah tendangan mengenai punggung pria itu, hingga menyebabkannya sedikit oleng. Pria itu berbalik dan melihat Andra berdiri sambil memasang kuda-kuda pertahanan.
Pertarungan tak seimbang terjadi kembali, dengan mudahnya pria itu mengalahkan ketiga remaja itu. Ketika pria itu dengan pisau bedah teracung mendekati Reihan, sebuah tendangan mendarat di tangannya membuat pisau bedah itu terlempar cukup jauh.
Pria paruh baya itu berteriak dengan marah, "Dasar ****** kecil sialaann!!" Lalu dengan segera ia melayangkan tangannya ke arah Reiva. Dengan mudahnya Reiva menangkap tangan pria itu dan memelintir nya dengan keras hingga terdengar bunyi 'krak' yang nyaring.
"Aaaaarrgghh!!" Pria itu berteriak kesakitan. Reiva lalu mendorong pria itu hingga jatuh tersungkur.
Reiva menatap kedua saudaranya dan Dirga yang tengah di penuhi luka sayatan akibat pertarungan tadi.
"Kalian tidak apa-apa?" Tanya Reiva kepada mereka.
"Kami baik-baik saja." Jawab Andra dan diangguki oleh Reihan dan Dirga. Nayra mendekati ketiga laki-laki itu dan memeriksa luka mereka.
"Syukurlah luka kalian tidak serius dan fatal. Hanya saja luka ini harus segera ditangani." Ucap Nayra setelah memastikan luka mereka.
Kelima remaja itu melihat beberapa sosok perempuan cantik berwajah pucat mendekati pria yang meringis kesakitan. Sontak pria itu kaget melihat kedatangan sosok-sosok itu.
Perlahan sosok itu berubah dengan wujud yang menyeramkan, dengan beberapa luka di tubuh mereka mengeluarkan darah yang mengucur deras. Mereka mendekati pria itu secara perlahan denga tangan mengadah.
"Tidak! Pergi kalian! Pergi!" Teriak pria itu histeris. Tiba-tiba sosok-sosok itu menghilang dan terdengar derap kaki yang berjalan mendekati mereka.
Terlihat Kelvin, Ardani dan Alex memimpin beberapa pasukan kepolisian dan penyidik. Mereka menatap kelima remaja itu dengan cemas.
"Ibu, satu korban tidak sadarkan diri diruang operasi pribadinya. Suruh anak buahmu menyelidiki rumah ini." Ucap Reiva dengan tegas.
"Kalian geledah rumah ini! Dan sisanya bawa pria ini ke kantor polisi untuk interogasi!" Perintah Ardani dengan tegas.
"Baik!"
.
.
.
.
.
Berita menggemparkan kembali terjadi, di seluruh tayangan televisi menyiarkan penemuan beberapa jasad wanita dengan kondisi tidak utuh dan temuan beberapa organ tubuh serta beberapa embrio di sebuah kediaman.
Hanya terdapat seorang wanita yang masih kritis karena over dosis anastesi yang di suntikan oleh pelaku hingga menyebabkan keguguran.
Kelima remaja tengah menonton siaran berita itu di sebuah rumah sakit. Reihan, Andra dan Dirga dirawat dirumah sakit karena luka sayatan dari pria gila itu. Tiba-tiba beberapa sosok wanita menghampiri mereka dengan gaun putih dan paras cantik.
"Terimakasih, berkat kalian kami bisa beristirahat dengan tenang." Ucap salah satu diantara mereka dengan tulus. Perlahan wujud mereka mulai memudar.
"Sama-sama. Kalian beristirahatlah dengan tenang. Sampai jumpa." Jawab Reiva dengan tulus.
Perlahan sosok mereka menghilang meninggalkan seberkas cahaya dan menghilang di langit malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments