Persamaan

Dirga memandang dompetnya dengan nanar. Beberapa lembar uang seratus ribu miliknya kini digantikan dengan selembar uang lima puluh ribuan dan beberapa keping uang recehan.

"Uang bulanan ku.." Batin pemuda itu menangis histeris. Dirga memandang Reiva yang kini berjalan santai disampingnya sambil menenteng beberapa kantong belanja yang dipenuhi dengan makanan dan cemilan.

"Kau kejam sekali..." Ucap Dirga lesu sambil menunjukkan tampang anak kucing teraniaya yang hanya dibalas dengan senyum tanpa dosa oleh Reiva.

"Tadi aku sudah memperingatkanmu." Nayra angkat suara. Dirga hanya bisa menghela nafas lelah.

Sepulang sekolah tadi, Reiva langsung menyeret Dirga setelah minta ijin dengan kembarannya yang tidak bisa ikut pulang bersama karena tugas piket. Dan Reiva berhasil merampok pemuda tampan itu dengan beberapa kantung belanja penuh makanan dan cemilan dengan dalih bayaran minta tolong.

Kini mereka bertiga segera menuju ke sebuah taman kota. Mereka mengedarkan pandangannya dan menemukan sebuah bangku kosong.

"Kita duduk disana saja." Ucap Nayra sambil berjalan kearah bangku kosong itu disusul oleh Dirga dan Reiva.

Mereka segera duduk disana dengan Dirga yang berada di tengah-tengah. Orang akan salah mengira jika Dirga mempunyai dua kekasih mengingat posisi duduknya yang diapit oleh dua gadis cantik.

Semilir angin sore yang sejuk mengibarkan rambut mereka. Cuaca sore ini lumayan cerah dengan sinar matahari yang hangat menyapa kulit mereka.

"Jadi, siapa sosok merah yang diceritakan di forum pemburu makhluk milikmu?" Tanya Reiva penasaran.

"Entahlah. Dia menyuruhku untuk menyelidikinya." Jawab Dirga.

"Kita tidak perlu menyelidikinya jika mereka tidak mengganggu. Mungkin dia hanya lewat. " Ucap Nayra.

"Aku setuju dengan Nayra. Selama makhluk itu tidak mengganggu, kita tidak perlu menyelidikinya. Lain cerita jika dia mengganggu, baru kita bertindak." Jelas Reiva.

............. ........... ...........

Reiva dan Dirga memasuki apartemen Hunter. Saat mereka menginjakkan kakinya ditaman, mereka disambut dengan Miana yang tengah melakukan peregangan.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Reiva, membuat pemuda kucing itu menoleh.

"Aku sedang melakukan pemanasan." Ucap Miana sambil melakukan peregangan dengan memakai hotpants bewarna pink yang ngejreng, tidak lupa dengan skor kucingnya yang bergoyang kesana kemari.

'Snif.. snif' Hidung Miana mengendus bau makanan yang berhasil membuat gemuruh yang berasal dari perutnya. Sontak dia menghentikan kegiatan nyeleneh nya dengan wajah memerah malu.

"Apa yang kau bawa?" Tanya Mana saat melihat tangan Reiva menenteng kantong belanja.

"Dirga mentraktir ku dengan beberapa makanan. Kau mau?" Tawar Reiva.

"Dia merampok ku tadi. Lihat, kantong belanja itu di penuhi dengan makanan." Dirga mengadukan nasibnya. Reiva hanya terkekeh tanpa dosa.

"Kebetulan aku lapar. Ayo makan."

....... ....... ..........

Nayra mengelus kucing hitam itu. Saat melihat kedua mata kucing yang beda warna itu, sontak dia teringat dengan seorang pemuda narsis yang bertemu dengannya di taman beberapa hari yang lalu.

'Kenapa aku memikirkan pemuda sinting itu?' Guman Nayra dalam hati. Gadis itu memutuskan merebahkan diri di ranjang empuknya.

"Kau memiliki mata yang unik, tapi kenapa harus mirip dengan pria sinting itu." Geram Nayra sambil memiringkan badannya, tangannya membelai kepala Rean yang mendengkur nyaman.

Rean membuka matanya dan terlihat dua bola mata yang memikat. Pandangan mereka bertemu sejenak sebelum Rean mengeong.

"Miaww..." 'Tapi aku tampan, kan?Apa kau merindukanku? '

Rean menjilat tangan mungilnya dengan santai. Nayra kembali menatap Rean yang sibuk dengan aktivitasnya.

"Hei, pus. Nama Rean itu terdengar seperti nama orang. Bagaimana kalau kita ganti saja?" Tanya Nayra sambil memasang pose berfikir membuat kucing hitam itu menelengkan kepalanya.

"Miaawww" 'Itu memang namaku. Jangan asal ganti saja.'

"Bagaimana jika si manis." Usul Nayra, sontak si kucing hitam langsung berdiri tegak, bulu kucing itu berdiri semua dan menatap Nayra tajam.

"Oh, kau berjenis jantan ya. Hehe.. Kalau si hitam? Bulu mu kan bewarna hitam." Usul Nayra. Kucing itu menatapnya tidak suka.

'Menggelikan. Tidak cocok untukku yang tampan ini.'

"Kau tidak suka, ya? Bagaimana kalau Hetro. Soalnya matamu berbeda warna."

Rean menjilati tangannya dan menatap Nayra seakan berbicara, 'Nama itu menurunkan harga diriku.'

"Baiklah, baiklah. Akun menyerah. Namamu Rean saja. Bagaimana kalau Reamut? Soalnya kau begitu menggemaskan dan aku ingin memelukmu." Kata Nayra dengan mata berbinar.

Rean berjalan menghampiri Nayra dan tanpa di duga, kucing itu menampar gadis itu dengan ekor panjangnya. Gadis itu sontak kaget dan mengerjapkan matanya tak percaya.

"Hei, aku bisa melaporkanmu atas kekerasan pada majikan." Umpat nya kesal melihat Rean berlalu begitu saja dengan angkuhnya.

Tiba-tiba rasa kantuk menyerang Nayra, mata gadis itu terasa berat. Perlahan matanya terpejam hingga akhirnya gadis itu terbuai ke alam mimpi.

Setelah memastikan gadis itu tertidur, Rean segera berjalan menuju jendela dan melompat keluar menghilang di gelapnya malam.

......... ....... ........

Malam hari terasa lebih mencengkam dari sebelumnya dan malam ini bulan tidak menampakkan dirinya.

Terdengar suara tangisan disertai ratapan memilukan memecah heningnya malam, dan terlihat sesosok wanita bergaun merah berjalan mengambang di sebuah jalanan.

Sosok berbaju merah dengan luka menganga dengan bekas darah yang telah mengering, menyebarkan bau busuk yang menyengat.

Lidahnya menjulur bewarna ungu pucat, dengan mata yang melotot bewarna putih tanpa memperlihatkan retina matanya.

Jika diperhatikan secara seksama, terlihat banyak bekas luka di seluruh tubuhnya yang mulai membusuk dan dipenuhi dengan belatung .

Sosok itu menghilang di gelapnya malam secara tiba-tiba, dan muncul tiba-tiba ditempat yang sama saat semua orang terlelap dalam mimpinya.

........... ........... ......

Pagi hari datang dengan cepat, sinar matahari pagi yang hangat dan kicauan burung merdu membuat siapapun enggan bangkit dari kasurnya, kecuali Reihan yang masih didunia mimpinya.

"Apa dia sudah mati?" Andra bertanya sambil menoleh kearah Reiva yang kini berkacak pinggang. Gadis itu mendengus kesal melihat pose ajaib saudara kembarnya.

Reihan tidur dengan kedua tangan berada diatas kepala sedangkan kakinya terbuka lebar dengan selimut tergulung di pinggangnya.

Mereka sudah berusaha membangunkan Reihan sejak tiga puluh menit yang lalu, namun tidak membuahkan hasil.

Reiva mengambil segelas air yang berada diatas meja Reihan dan tanpa basa basi gadis itu menyiramkannya tepat di wajah Reihan.

"Woah!! Apa yang kau lakukan, Reiva!" Teriak Reihan gelagapan.

"Aku hanya mencoba membangunkanmu." Jawab Reiva acuh. Ia tak merasa bersalah atau apapun itu.

"Ku pikir kau sudah mati tadi. Aku akan menelpon mobil jenazah jika cara Reiva tidak berhasil." Sambung Andra tanpa rasa bersalah.

"Kalian mengaharapkan ku mati?" Geram Reihan sambil menatap tajam kakak dan adiknya yang entah kenapa hari ini sangat kompak.

"Habisnya tidurmu mirip orang mati. Kami sudah membangunkan mu sejak tiga puluh menit lalu namun kau tak bangun-bangun. Aku khawatir kau mati beneran. " Jawab Reiva enteng.

Kedutan muncul di dahi Reihan. Dengan kesal pemuda itu bangkit dari tempat tidurnya dan menyambar handuk. Reihan segera menuju kamar mandi dengan hati dongkol.

Kedua kakak beradik itu segera keluar dari kamar Reihan dengan cekikikan. Meninggalkan pemuda itu menyelesaikan kegiatan paginya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!