"Apa kau yakin?" Tanya pemuda kucing itu dengan senyuman mengejek di wajahnya yang tersembunyi di baling topeng aneh yang dia kenakan.
"Tentu saja. Apa kau mau meremehkan kami?" Tantang balik Reiva dengan bersemangat.
"Baiklah. Kita hanya melakukan satu permainan. Apa kau setuju?" Tanya pemuda kucing itu antusias.
"Tentu saja Aku setuju. Kak Rei, sebaiknya kau menjadi wasit saja." Lanjut Reiva sambil menoleh kearah Reihan yang hanya bisa diam dari tadi.
"Aku juga ingin ikut tantangan ini. Kalau kami menang, apa yang kami dapatkan?" Tanya Reihan yang sedari tadi hanya diam mendengarkan perdebatan mereka.
"Kalau kalian menang, kalian bisa tinggal disini dan aku akan memberi tau identitas ku serta menjadi teman kalian. Aku ini kuat lho." Jawab pemuda kucing itu percaya diri.
"Kalau kalian kalah, kalian harus segera pergi meninggalkan apartemen ini." seringai nya kemudian.
"Baik, mari kita mulai taruhannya." tantang pemuda kucing itu.
Mereka berdiri di depan selokan dengan ukiran aneh. Ditangan mereka terdapat sebuah dadu. Mereka menyeringai licik kepada pemuda pirang dengan telinga kucing dihadapannya.
"Aku duluan." Ucap Reihan lalu ia melempar dadu kearah tutup selokan berukiran aneh itu.
Dadu Reihan terjatuh tepat diatas tutup selokan itu dengan dua digit membuat pemuda kucing itu tertawa mengejek.
"Ternyata kau payah sekali."
"Diamlah." Sungut Reihan kesal.
"Yosh! Sekarang giliranku." Ucap pemuda demgan telinga kucing itu dengan nada meremehkan. Tepat saat pemuda itu hendak melemparkan dadu miliknya, Reiva mengagetkan pemuda kucing itu membuat dadu miliknya meleset dan menampakkan satu digit.
"Baaa!!"
'Tuing' 'Klontang. .'
Reiva mengagetkan pemuda kucing itu hingga membuatnya berjengit. Alhasil lemparan nya meleset dan memantul sembarang arah hingga akhirnya berhenti tepat di pinggir tutup selokan yang menjadi targetnya.
Pemuda kucing itu menatap geram Reiva yang kini mengambil ancang-ancang untuk melempar dadu miliknya.
Lemparan Reiva mendarat sempurna di tutup selokan yang menjadi target mereka dengan menampilkan enam angka, gadis itu bersorak bahagia membuat pemuda kucing itu tidak terima dengan kekalahannya.
"Hei, kau curang." Protes pemuda kucing itu.
"Curang bagaimana? Bukannya dadu ku mendarat sempurna disana." Sengit Reiva tak terima.
"Tadi kau mengagetkan ku saat mencoba melemparkan dadu ku tadi."
"Apa kau tak mengakui kekalahanmu kucing pirang?" kali ini Reihan angkat bicara.
Apa tadi? Kucing pirang katanya?
Kepala pemuda kucing itu berkedut kesal dan langsung melayangkan protes.
"Hei, aku ini bukan kucing tau. Aku adalah penjaga apartemen ini, dan aku ini kuat lho. " Pemuda itu membela diri tak terima.
"Teruslah mengoceh kucing pirang, karena kami menang maka kami akan tinggal disini." Putus Reiva mutlak disertai anggukan Reihan.
Karena jengkel pemuda kucing itu mengeluarkan permen lolipop berbentuk tikus, dia membuka bungkusnya dan mengemutnya.
Reiva merampas permen itu dan memakannya, membuat pemuda kucing itu membelalakan matanya.
"Hei!! Kembalikan permen ku!! Kau tak boleh memakan permen itu. Aku tak mau menanggung akibatnya." Ucap pemuda kucing itu.
Reiva kemudian membagikan potongan permen itu kepada Reihan yang dengan senang hati menerima nya. Reihan memakan permen itu dan membuat pemuda kucing itu berkedut kesal.
"Aku tak peduli, pokoknya kau harus menepati janjimu." Ucap Reiva penuh penekanan.
"Baiklah" ucap pemuda kucing itu pasrah.
Pemuda itu membuka topeng wajahnya dan terlihatlah wajah tampan nan imut, mata biru langit dengan alis tajam dan rapi membuat para wanita menjerit histeris.
Kedua saudara kembar itu menatap tak percaya, mereka tak mengira akan melihat manusia bertelinga kucing seumur hidup mereka.
Pemuda itu memperkenalkan diri. "Perkenalkan, namaku Miana. Aku adalah siluman kucing penunggu apartemen ini."
"Aku Reihan dan dia adikku Reiva. Kami kembar tak identik dengan aku yang tertua 5 menit." Reihan memperkenalkan diri dan adiknya.
"Senang berkenalan dengan kalian. Aku harap kalian betah tinggal disini." Ucap Miana.
Karena sudah beranjak petang, mereka segera berpamitan menuju kamar mereka.
"Kami mau kekamar dulu, sampai jumpa." Pamit Reihan disusul oleh Reiva.
Mereka segera menuju lift dan menekan tombol lantai enam. Ketika tiba di lantai enam mereka merasakan aura horor yang mencekam. Mereka segera waspada dan muncullah sesosok makhluk hitam dengan mata merah yang menatapnya dengan kebencian di depan mereka.
Reiva dan Reihan kaget dan berteriak ketakutan. Makhluk itu menyerang sepasang saudara kembar tersebut, dengan reflek Reihan dan Reiva bersalto ke belakang menghindari serangan makhluk itu.
Mereka bertarung dengan sengit hingga akhirnya makhluk hitam itu lemah.
Saat hendak ingin memusnahkan makhluk tersebut tanpa sengaja Reiva melihat mata makhluk itu dan melihat masa lalunya.
Rupanya makhluk hitam itu adalah seorang pria yang meninggal karena tersengat listrik saat hendak memperbaiki listrik di salah satu kamar di gedung apartemen Hunter.
"Kak, jangan sakiti dia." Ucap Reiva mengagetkan Reihan yang hendak memusnahkan makhluk hitam itu.
"Kenapa? Apa kau melihat sesuatu?" Tanya Reihan penasaran akan tingkah Reiva yang tiba-tiba.
"Dia meninggal karena tersengat listrik tanpa ada yang mau menolongnya." Jawab Reiva.
"Sudah, sekarang kau sudah selesai memperbaikinya. Kau bisa pergi dengan tenang." Kata Reiva dengan lembut. Seketika makhluk hitam itu berubah menjadi sosok pria paruh baya yang transparan.
"Terimakasih sudah membebaskanku. Akhirnya aku bisa pergi dengan tenang. Selamat tinggal." Kata sosok transparan itu lalu seketika ia melesat ke angkasa sebelum akhirnya menghilang.
"Sudah ku duga kau memiliki kemampuan yang spesial." Ucap Miana mengagetkan Reihan dan Reiva.
"Apa maksud mu?"
"Orang yang memakan permen siluman kucing sepertiku akan memiliki kemampuan yang unik. Jadi orang tersebut harus mengikat kontrak denganku. Kalau tidak dia akan di serang oleh roh jahat, hantu dan siluman jahat lainnya." Jelas Miana panjang lebar.
"Apa keuntungannya jika aku mengikat kontrak dengan mu?" Tanya Reiva penasaran. Ia tak mau mengikat kontrak tanpa memberinya keuntungan.
"Aku bisa mengabulkan apapun permintaanmu, kecuali makhluk bernyawa. Bagaimana? Tapi kau harus bisa membebaskan satu makhluk untuk satu permintaan."
"Apapun?" Tanya Reiva memastikan.
Miana mengangguk antusias membuat Reiva menyeringai licik.
"Kami setuju" Ujar Reihan dan Reiva bersamaan.
"Nanti aku akan menemui kalian. Aku harus pergi dulu, sampai jumpa."
Miana segera menghilang dari hadapan sepasang remaja kembar tersebut dalam gunpalan asap.
'Poft'
Sepasang saudara kembar melanjutkan perjalanan mereka menuju unit 448 dengan fikiran yang masih memikirkan kejadian yang menimpa mereka hari ini.
♦♦♦
Di atas gedung apartemen Hunter, terlihat seorang pemuda bertelinga kucing tengah memandang langit yang bertabukan bintang dengan cahaya bulan sabit yang baru terbit diufuk timur. Fikiran pemuda itu berkelana entah kemana.
"Mereka memiliki kekuatan supranatural yang kuat, namun gadis itu sepertinya tidak bisa mengasah kemampuannya dengan benar." Guman Miana sambil menelengkan kepalanya dan memasang pose berfikir.
"Aku belum bisa percaya dengan manusia sepenuhnya. Tapi sepertinya mereka ini manusia yang baik." Gumannya lagi.
Miana segera beranjak meninggalkan atap apartemen dan menghilang dalam kepulan asap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
diksiblowing
berarti imut dong
2022-06-17
0