Kediaman Keluarga Pradana
Tampak tiga orang tengah berbincang santai di ruang keluarga, dua orang laki-laki dan seorang wanita paruh baya.
"Bu, bolehkah aku tinggal di apartemen Hunter?" Tanya Andra dengan penuh harap.
"Kenapa kau ingin tinggal disana, sayang?" Tanya wanita paruh baya itu, Ardani Kusuma.
"Yaah, aku tak bisa jauh dari mereka bu. Apalagi Reiva itu paling polos dan mudah dipengaruhi. Aku tidak mau terjadi apa-apa padanya." Jawab Andra dengan raut wajah cemas, berharap ibunya mau mengijinkannya tinggal bersama kedua adik kembar merepotkan nya.
"Kalau mereka bertengkar, mungkin akan menyebabkan kehebohan. Apa ibu tidak tau bagaimana mereka jika sudah berdebat?" Imbuh Andra lagi, kali ini ia mengeluarkan puppy eye no jutsu nya.
Jika Reiva dan Reihan tengah berdebat, tidak ada seorang pun yang bisa menghentikan mereka kecuali Andra.
Ardani tampak berfikir sejenak lalu ia melirik Andra yang telah memasang tampang anak kucing andalannya, membuat mau tak mau menghela nafas pasrah.
"Baiklah. Ibu ijinkan kau tinggal bersama mereka. Jangan lupa awasi tingkah kedua adikmu itu." Putus Ardani pasrah.
"Baik bu. Serahkan padaku."
. ......... ....... ..........
Apartemen Hunter, kamar no 448
Terdapat sepasang remaja kembar tak identik tengah berdebat di ruang tamu, masing-masing dari mereka tengah memegang sebuah DVD tanpa menghiraukan Miana yang sedari tadi menatap mereka dengan bosan.
"Aku ingin nonton film ini lebih dulu." Ucap Reiva sengit.
"Aku lebih tua darimu, jadi aku yang menonton film lebih dulu." Reihan tak mau kalah.
"Karena kau lebih tua dariku, maka biarkan aku yang menonton lebih dahulu." Balas Reiva dengan tatapan memohon. Namun sayangnya tatapan itu tak akan mempan pada kembarannya.
"Seharusnya yang lebih muda mengalah kepada yang lebih tua. Dan tatapan mu itu tak akan mempan padaku." Ejek Reihan.
"Aku dulu."
"Aku."
"Aku."
Mereka saling melemparkan tatapan tajam dengan kilatan listrik yang bertabrakan di kedua mata mereka lalu membuang muka ke sembarang arah.
Miana tampak asyik mengobrak abrik tempat tersimpan nya DVD, menghiraukan kedua bocah remaja yang tengah berdebat hingga akhirnya ia memutuskan mengambil sebuah DVD yang menarik minatnya.
"Ah, ketemu." Ucap Miana membuat sepasang bocah remaja itu menghentikan perdebatan yang tak bermutu itu.
"Sejak kapan kau disini?" Tanya Reihan. Ia tak menyadari seseorang telah masuk di apartemennya.
"Sejak tadi." Jawab Miana sambil memutar DVD dan menyomot cemilan yang ada dihadapannya.
Akhirnya mereka menonton film pilihan Miana bersama hingga pagi menjelang.
.
.
Pagi hari menjelang, matahari tampak malu-malu beranjak dari peraduan nya. Terdapat seorang laki-laki tengah tertidur dengan tidak elitnya.
Reihan tidur dengan posisi terlungkup di sofa, kaki terbuka lebar dengan salah satu kakinya berada di lantai dan satunya berada di atas sofa serta iler yang mengajak sungai dibibirnya.
Ruangan itu terlihat begitu kotor, terdapat banyak bungkus makanan yang berserakan dimeja.
Reiva baru saja keluar dari kamar mandi, rambut hitam keunguan sepunggungnya yang setengah kering dibiarkan tergerai.
Reiva melihat kembarannya masih tidur dengan posisi elitnya, dengan segera ia membangunkan kembarannya.
"Rei bangun. . Sudah pagi nih."
"Rei. ." Reiva mengguncang-guncamg tubuh kembarannya karena tidak kunjung bangun.
"Enggh. . . Iya, ya aku bangun. Ga usah guncang-guncang juga kali." Ucap Reihan dengan suara serak khas bangun tidur. Ia segera duduk dan meregangkam tubuhnya.
"Buruan mandi, habis itu beresin ruangan ini. Bentar lagi kak Andra sampai, aku buat sarapan dulu." Perintah Reiva. Reihan segera beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Beberapa saat kemudian ruangan tersebut telah bersih dan merekapun telah selesai sarapan. Kini kedua remaja kembar itu tengah bersantai di ruang tamu.
Ting tong. . ting tong. .
"Reiva, tolong buka pintunya." Pinta Reihan.
"Tumben bilang tolong." Sungut Reiva seraya berjalan menuju pintu.
"Iya, ya sebentar."
Cklek
Pintu terbuka lebar dan berdirilah sesosok pemuda tampan dengan rambut hitam jabrik, alis tajam nan rapi, mata biru yang indah serta hidung mancung. Tampak sebuah ransel tersampir di bahunya.
"Oh, kak Andra. Silahkan masuk." Ucap Reiva mempersilahkan Andra memasuki unit 448. Andra segera menuju kamar yang kosong dan merapikan kamar yang ada disana.
Setelah selesai,mereka segera berkumpul di ruang tamu sekaligus ruang keluarga. Reiva segera membuatkan minuman untuk mereka.
"Gimana kak, udah diijinin ibu belum?" Tanya Reihan.
"Udah dong. Omong-omong kalian suka berada di apartemen ini?" Tanya Andra
Reiva datang membawa nampan berisi tiga gelas yang berisi minuman dan beberapa camilan lalu meletakkan diatas meja. Ia bergabung dengan kedua saudaranya.
"Kami suka berada disini kak, mau sekalian berkeliling apartemen ini?" Ujar Reihan antusias.
Mereka segera mengangguk dan menghabiskan minumannya, lalu beranjak keluar berkeliling apartemen.
Mereka berkeliling di apartemen Hunter, sesekali menyapa beberapa penghuni yang lewat. Setelah puas berkeliling mereka segera ke unit apartemennya.
Hari telah beranjak sore, saat ini Reiva tengah bersantai dikamarnya. Tiba-tiba Miana muncul dikamarnya dengan gumpalan asap.
Poft
"Sedang apa?" Tanya Miana yang langsung duduk di tepi ranjang Reiva.
"Kau mengagetkan ku saja. Ada apa kau menemuiku?" Tanya balik Reiva yang kaget akan kemunculan Miana.
"Kau harus membuat kontrak denganku. Kau tau, jika salah satu makhluk melihatmu membebaskan makhluk lainnya kau akan diburu oleh makhluk jahat." Jelas Miana panjang lebar.
"Kenapa harus membuat kontrak denganmu sih?" Tanya Reiva.
"Setiap orang yang bisa membebaskan makhluk, mereka akan diincar oleh makhluk jahat yang kuat, kau akan sulit menghadapi mereka karena kau telah memakan permen spesial ku. Kau tau permen ku itu tidak bisa dimakan oleh manusia sepertimu." Jelas Miana lagi.
Reiva berfikir sejenak dan akhirnya memutuskan untuk membuat kontrak dengan Miana.
"Baiklah, aku akan membuat kontrak denganmu." Putus Reiva mutlak penuh keyakinan.
"Terimakasih. Kau hanya perlu menggenggam tanganku saja. Dengan begitu kontrak akan terbentuk."
"Jangan mencari kesempatan." Seru Reiva curiga membuat Miana menggelengkan kepalanya serius.
"Kontrak terbentuk jika kau memakan permenku dan menggenggam tanganku, jika tidak maka kau akan mati." Jelas Miana dengan serius membuat Reiva bergidik ngeri.
Reiva segera menggenggam tangan Miana, seketika cahaya terang menyilaukan muncul diantara telapak tangan mereka.
"Kontrak telah selesai. Dengan begini kau akan lebih aman jika ada masalah. Kau bisa memanggilku kapanpun dan dimanapun, tapi hanya untuk darurat saja." Ucap Miana lagi sambil menyerahkan sepasang anting tusuk hiasan mawar biru kehitaman yang cantik, dengan salah satunya berisi rumbai.
Reiva memandangi anting pemberian Miana dan segera memakainya. Terlihat sangat cocok dengan Reiva.
"Baiklah aku mengerti. Terimakasih Miana." Ucap Reiva tulus.
"Kalau begitu aku pergi dulu. Sampai nanti."
'Poft'
........... ............ ........
Reihan baru saja selesai mandi, saat ini ia hanya memakai pakaian santainya, tiba-tiba Miana muncul di belakangnya.
'Poft'
"Ada apa?" Tanya Reihan ketika melihat Miana muncul mendadak.
"Aku hanya ingin mengajukan kontrak denganmu." Ucap Miana. Ia segera menjelaskan seperti penjelasannya kepada Reiva.
Reihan berfikir sejenak lalu dengan segera menyetujuinya, setelah melakukan kontrak Miana memberikan Reihan sepasang anting khusus laki-laki dengan rumbai salib namun tidak begitu panjang.
Reihan memandangi anting itu dan segera memakainya. Setelah itu Miana segera pergi meninggalkan Reihan dalam kepulan asap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
diksiblowing
iler mengajak sungai, berarti banjir dong 🤣😄
2022-06-17
0