Menyelidiki

Mereka berlima bertemu dengan seorang gadis berpenampilan culun di taman kota. Gadis itu tampak gemetar ketakutan.

"Kau pemilik akun itu? " Tanya Dirga setelah bertemu dengan gadis itu.

"Iya, benar. Itu aku." Jawab gadis itu cemas, ia sangat takut keluar rumah karena mengingat kejadian itu.

"Kau tenang saja. Dia tidak akan menemukanmu selama kau bersikap tenang." Nayra mencoba menenangkan gadis itu.

"Uhum."

"Oh, ya. Aku Dirga dan mereka teman-temanku." Dirga memperkenalkan dirinya dengan ramah.

"Salam kenal semua, aku Inayah." Gadis itu memperkenalkan diri. Lalu ia melanjutkan ceritanya, "Sebenarnya aku. . ."

.

.

.

Setelah mendengar cerita gadis itu, Reiva menelpon ibunya untuk menjaga gadis itu sebagai seorang saksi. Mereka berlima memutuskan mampir di sebuah cafe yang berada tak jauh dari apartemen mereka.

Lalu lintas terlihat padat merayap, dengan sabar mereka berdiri di samping zebra cross menunggu lampu lalu lintas berubah merah. Nayra tak sengaja melihat seorang pria paruh baya bersama beberapa sosok makhluk halus, salah satu diantara mereka merupakan arwah dari korban pembunuhan.

Terlihat perut bagian bawah, tepatnya di atas ******** dari arwah itu mengeluarkan darah yang terus menetes. Sepertinya itu merupakan bekas sebuah luka mirip dari operasi caesar.

Ke empat temannya melihat ke arah pandang Nayra dan Reiva segera menyadarkan Nayra agar tidak memandang pria itu terlu lama. Rupanya makhluk itu melihat mereka. Terlihat raut kesedihan di wajahnya yang pucat. Rupanya dia meninggal baru-baru ini.

Mereka mengarahkan pandangannya ke arah lain sebelum pria paruh baya itu memergoki mereka. Beruntung lampu lalu lintas bewarna merah, sehingga mereka bisa menyebrang dengan cepat.

Mereka memasuki sebuah cafe dan mencari meja sesuai jumlah mereka lalu mengambil buku menu.

Salah satu pelayan mendekati mereka dan bertanya dengan ramah, "Selamat siang, tuan dan nona. Kalian mau pesan apa?"

"Aku mau jus strawberry dengan red velvet cake." Ucap Reiva.

"Alpukat jus dengan cheese cake."

"Greentea cake dengan Milktea."

"Kami berdua jus strawberry dengan greentea cake." Ucap Andra sambil menyerahkan buku menu.

Pelayan itu memastikan pesanan mereka dan segera menuju dapur.

"Apa kalian melihat makhluk yang mengikuti pria tadi?" Tanya Nayra membuka percakapan.

"Makhluk itu sepertinya baru meninggal kemarin. Di lihat dari lukanya yang masih baru dan darahnya masih segar." Jelas Andra.

Percakapan mereka terhenti karena seorang pelayan membawakan pesanan mereka dan menatanya di meja. Setelah selesai dengan tugasnya pelayan itu undur diri.

Namun acara mereka terganggu akibat gangguan dari seorang pengunjung wanita yang menangis histeris sambil menampar pengunjung laki-laki yang duduk bersama seorang pengunjung wanita.

Terlihat wajah wanita itu sedikit pucat dan tidak sehat. Perut bagian bawahnya sedikit mengembung jika diperhatikan dengan baik. Rupa nya wanita itu tengah hamil muda, mungkin sekitar tiga bulanan.

Mereka menyaksikan tontonan gratis sambil memakan pesanan mereka.

"Aku tak mau mempunyai suami seperti laki-laki itu. Sudah tau istrinya hamil dia malah selingkuh." Celetuk Reiva tiba-tiba membuat kedua saudara dan sahabatnya menoleh kearahnya.

"Aku setuju denganmu. Banyak yang tidak siap menjadi orang tua tapi memaksa menikah. Mereka hanya memperdulikan egonya masing-masing tanpa memikirkan perasaan anak mereka." Nayra mengeluarkan pendapatnya.

Perkataan mereka di dengar oleh pengunjung disana karena mereka berdua sengaja mengeraskan suara mereka. Perkataan kedua gadis itu seakan menampar telak beberapa pasangan yang berada disana.

Laki-laki yang terkena amukan pengunjung wanita hamil muda itu segera menarik wanita teman kencannya, meninggalkan wanita yang hamil muda itu dengan keadaan yang memperihatinkan.

Segera wanita yang hamil muda itu pergi dengan hati yang hancur, terdengar dari suara tangisannya yang menyayat hati dan disertai dengan umpatan 'Suami yang tak tau diri' 'Pelakor sialan' dan penyesalan atas pernikahan mereka.

Mereka berlima segera membayar pesanan masing-masing.

"Kalian ikuti wanita itu secara diam-diam. Mungkin pelakunya akan beraksi hari ini. Aku akan kembali ke apartemen untuk mengambil mobil. " Andra memberi intruksi.

"Baik kak. Kami akan membuntutinya."

"Jangan sampai ketahuan."

"Kami mengerti."

Mereka berempat segera mengikuti wanita itu dengan jarak yang cukup jauh. Namun sebuah mobil melintas di depan mereka dan menepi kearah wanita itu.

Beruntung disamping mereka ada sebuah gang, mereka sengaja berbelok untuk bersembunyi disana dan melongok kan kepala mereka untuk melihat kejadian berikutnya.

Wanita itu tak menyadari bahaya yang mengintainya, hingga seorang pria paruh baya turun dari mobilnya dan mendekap wanita itu dari belakang. Wanita itu kaget dan memberontak, namun sayangnya ia terkulai lemas karena obat bius yang berdosis tinggi yang diberikan oleh pria itu.

Segera pria itu membuka pintu penumpang dan menaruh wanita itu disana. Lalu pria itu melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan tempat itu. Ia tidak menyadari ada yang melihat gerak geriknya.

Keempat remaja itu masih bersembunyi di sebuah gang hingga suara klakson mobil mengagetkan mereka.

'Tin tin'

Mereka berempat terlonjak kaget dan memaki Andra dengan sumpah serapah serta meng absen seluruh penghuni kebun binatang.

"Cepat naik!" Teriak Andra dari dalam mobil.

Keempat remaja itu segera menaiki mobil dan menyusul mobil penculik itu.

.

.

.

.

Andra mengikuti mobil itu hingga sampai di sebuah rumah mewah. Dengan segera Andra mengirim lokasinya saat ini kepada Kelvin.

Reihan mengirim pesan kepada sang ibu dengan meminta sebuah ambulance dan mobil jenazah. Ia juga mengirimkan lokasinya saat ini.

Pria paruh baya itu turun dari mobilnya dan membopong wanita tadi dan segera membawanya menuju belakang rumah.

Mereka berlima segera turun dari mobil dan menyusun rencana.

"Nayra dan Reiva, kalian berdua masuk ke rumah itu dan cari bukti-bukti yang diperlukan. Kami berdua akan menyelamatkan wanita hamil itu." Andra memberi mereka instruksi.

"Baik kak. Kalian bertiga hati-hati. "

"Kalian juga."

Mereka segera berpencar menjalankan rencana yang telah ia susun.

"Rei, aku merasa ada sesuatu di dalam. Kita panggil Miana untuk jaga-jaga." Nayra memberi saran.

"Ah, kau benar juga. Setidaknya kucing itu akan berguna saat ini." Reiva menyeringai licik dan segera menyentuh bandul antingnya, dan. . .

'Poft'

"Ah... Masker sheet wajah ini sangat bagus untuk wajahku... Hmmm... Nyamannya.... aahhh..." Desah Miana sambil menepuk-nepuk sebuah sheet mask di wajahnya.

Reiva dan Nayra cengo melihat kucing itu dan menegurnya.

"Sstt... Jangan berisik, Miana. Kita berada di rumah penculik."

Miana membuka matanya dan menyipit kesal ke arah Reiva yang seenak jidatnya memanggilnya ke tempat antah berantah di saat dirinya tengah sibuk menikmati 'me time'.

"Ada apa kalian memanggilku? Tak bisakah aku menikmati waktu ku un–" Omelan Miana terhenti saat hidungnya mencium sebuah bau.

"Ngomel nya nanti saja. Saat ini kita harus mencari sebuah bukti. Aku memerlukan hidungmu untuk mengendusnya." Omel Reiva sambil menyeret Miana.

"Aku ini kucing bukan anjing, bodoh." Gerutu Miana tak terima.

"Kalian berdua geludnya nanti saja. Kita harus cepat atau semuanya akan berantakan." Nayra segera menegur mereka sebelum mereka berdebat.

Mereka bertiga segera memasuki rumah itu dengan bantuan dari penciuman Miana, mereka menemukan sebuah ruangan rahasia.

Mereka membuka ruangan itu dan kaget dengan apa yang mereka temukan.

"I–ini.."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!