Wajah Raya berubah menjadi sangat kesal, apalagi pikiran nakalnya yang membayangkan Cila dan Toni tidur di kasur busa yang sempit itu, mereka pasti harus saling berpelukan erat agar tak terjatuh ke lantai.
"Kenapa?" tanya Toni sambil mengeluarkan bungkusan nasi dari kantung plastik yang di bawanya sejak tadi.
*
Tadi, saat dirinya baru saja membeli makan di warteg langganan nya, tak sengaja dia melihat keributan saat dia berjalan menuju tempat kostnya itu, dan dia mengenali mobil yang sedang di kerumuni masa itu adalah mobil Raya, dengan cepat dia menghampiri mobil itu, takut kalau yang di dalam sana benar benar gadis manja itu, ternyata benar saja, saat Toni mendekati mobil dan mengintip dari kaca depan yang tak terlalu gelap, Raya sedang ketakutan di dalam sana.
orang orang yang tadinya berkerumun langsung menjauh saat Toni berkata,
"Dia teman ku, siapa yang membuat masalah dengannya, berurusan dengan ku!" ucapnya tegas.
Orang orang yang cukup mengenal Toni sebagai petarung tak terkalahkan dan dekat dengan Rolan sang ketua mafia kejam, tentu saja tak ada yang berani melawan, mereka segera membubarkan diri, dan sebagian lainnya hanya menonton dari pinggir jalan, saat Toni mengetuk kaca jendela Raya, setelah sebelumnya Toni juga memastikan akan mengganti motor yang Raya tabrak, karena kebetulan pemuda yang motornya di tabrak itu salah satu penghuni kost yang sama dengan Toni.
*
"Eh,,, kenapa makanan ku kau ambil?!" kaget Toni, karena Raya merebut bungkusan nasi yang dia beli tadi di warteg.
"Aku lapar!" ucap Raya tiba tiba merasa sangat ingin marah pada pria di hadapannya itu setelah dia teracuni oleh pikirannya sendiri.
"Tapi itu makanan ku, lagi pula itu nasi warteg, kau bisa muntah muntah dan diare jika makan makanan seperti itu!" ejek Toni yang seakan ingin menyampaikan kalau Raya hanya bisa memakan makanan mahal dan mewah saja.
"Siapa bilang? Aku bisa kok makan ini, lagian aku gak pilih pilih makanan, semua bisa aku makan!" ketusnya membuka bungkusan dengan ikatan karet itu, setelah Toni menyodorkan sebuah piring padanya.
Setelah kertas minyak pembungkus nasi itu terbuka, tampak lah makanan yang baru pernah dia lihat dengan penampakan aneh seperti itu, nasi dengan beberapa macam sayur sebagai toping di atasnya dan sepotong ikan tongkol di bumbu merah, sungguh tak menggugah seleranya, dan jujur saja, ini pertama kalinya Raya melihat penampakan makanan seperti itu.
"I-ini namanya makanan apa?" tanya Raya, takut salah kalau kalau ternyata itu bukan makanan yang di peruntukan buat manusia, secara dari penampilannya sangat tidak meyakinkan.
"Itu namanya makanan rakyat jelata!" sinis Toni yang sejak tadi hanya memperhatikan gerak gerik gadis manja yang keukeuh ingin memakan makanan miliknya, namun rona wajahnya malah menampakan rasa jijik.
"Aku tiba tiba kenyang,!" Raya mengembalikan makanan milik Toni yang tadi dia rampas.
"Haha,,, apa aku bilang, kau tak akan mungkin makan makanan beginian, padahal bagi kaum kami, makanan seperti ini sudah termasuk mewah!" ucap Toni bernada satir.
"Aku,,, aku hanya kasihan, sepertinya kamu terlihat lebih lapar dari pada aku!" elak Raya.
Toni mengambil piring berisi makanan itu dan menyantapnya dengan lahap tanpa memperdulikan Raya yang sejak tadi menontonnya makan.
"Ikan apa itu?" tanya Raya yang melihat Toni seperti sangat menikmati makanannya.
"Ini? Salmon versi rakyat jelata!" cengir Toni mengacungkan ikan tongkol yang hanya tinggal secuil.
"Ooo!" ucap Raya yang percaya saja apa yang di katakan Toni.
Urusan ganti rugi motor yang Raya tabrak sudah selsai dengan damai, meski pemuda pengantar galon itu datang telat satu jam dari janjian awal.
"Sudah malam, sebaiknya kau pulang!" ucap Toni melirik jam dinding yang menggantung di hadapannya dan menunjukan pukul 9 malam.
"Aku malas pulang, bagaimana kalau aku menginap di sini saja?" ujar Raya tersenyum konyol, entah apa yang ada di pikirannya saat ini, bisa bisanya dia mengeluarkan kata kata seperti itu.
"Ish, mana boleh! kau bisa gatal gatal kalau tidur di sini, lagi pula di sini sempit, pengap, dan tak ber ac!" sindir Toni yang memperhatikan Raya sejak tadi mengipas ngipaskan tangannya seperti sedang kepanasan.
"Cila boleh!" cicit Raya pelan setengah menggerutu kesal.
"Bagaimana keadaan ayah mu?" tanya Toni mengalihkan pembicaraan.
"Belum ada kemajuan, masih seperti sebelumnya," mata Raya berkaca kaca saat Toni menyinggung tentang ayah nya.
"Toni, apa kamu mau menerima tawaran ayah ku untuk menjadi bodyguard ku?" tanya Raya tiba tiba.
Toni yang merasa aneh dengan permintaan Raya barusan hanya bisa terdiam tak mampu menjawab apa pun.
Yang pertama, dia tidak suka bekerja di bawah kendali siapa pun, karena dia mencintai kebebasan.
Yang kedua, dia takut kalau perasaannya pada Raya akan semakin mengembang dan
tak terkendali sementara dia tahu kalau Raya sudah bertunangan dan antara dirinya dan Raya itu suatu hal yang tak mungkin terjadi, kemustahilan yang hakiki lah, pokoknya menurut Toni, dia cukup tau diri tak ingin menyimpan hati pada gadis kaya raya yang sudah bertunangan.
"Kamu gak mau ya?" tanya Raya lesu saat Toni hanya terdiam membisu.
"Aku pikir pikir dulu,!" jawab Toni ragu.
"Tapi kenapa tiba tiba kamu meminta ku menjadi bodyguard mu? apa sesuatu terjadi? kau di jahati, atau di celakai?" tanya Toni penuh keingin tahuan.
"Emh,,," Raya terlihat ragu menjawab pertanyaan Toni, dan sepertinya dia menyembunyikan suatu hal.
Toni tak ingin memaksa Raya untuk bercerita, dia langsung mengalihkan topik pembicaraan, meski dia tau kalau gadis itu sedang tidak baik baik saja dan sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
"Tunggu aku menyelesaikan tiga pertandingan ku minggu ini, baru aku akan menjawabnya," ucap Toni, tak ingin memberi harapan berlebih pada Raya yang sepertinya sedang menggantungkan harap padanya.
"Apa kamu tak lelah, memukuli dan di pukuli orang hanya demi makan?" tanya Raya.
"Aku kan, sudah bilang sebelumnya, kalau ini adalah pekerjaan ku, gak gelut gak makan, kalau sedikit sedikit mengeluh, lebih baik mati saja!" ketus Toni tanpa melirik Raya sedikit pun.
"Emh,,, Toni, apa yang kamu bilang pada ku tentang Martin dan bunda,,,, sepertinya benar!" ucap Raya ragu, dia juga merasa malu karena malah memarahi Toni saat pria itu mengatakan kalau Martin dan Karina punya hubungan di belakang dirinya, meski cara Toni menyampaikan tak begitu gamblang.
"Kau tau masalah itu?" kaget Toni, tak menyangka gadis naif seperti Raya bisa secepat itu membongkar hubungan terlarang antara Martin dan Karina.
"Eh, aku kan hanya bilang sepertinya, belum jelas iya atau tidaknya, harus di selidiki dulu!" kata Raya, yang kini berjalan menuju mobilnya di antar Toni mengekor di belakang Raya.
"Oh!" ucap Toni yang merasa tak habis pikir dengan otak Raya yang sepertinya selalu saja terkesan plin plan. Namun kini dia tak begitu merasa heran, mengingat gadis itu sangat percaya pada tunangan dan ibu sambungnya dengan sepenuh hatinya.
"Hati hati berkendara, aku harus latihan untuk besok!" ucap Toni yang di angguki Raya.
Mobil Raya melesat di suasana malam ibukota yang tak pernah tidur itu, terlihat masih banyak orang berlalu lalang, mobil pun masih memenuhi jalanan, sampai Raya akhirnya menganga saat tak sengaja matanya menangkap sosok Martin dan Karina yang tengah nongkrong di salah satu kafe yang bertema out door, mobilnya yang berhenti karena lampu merah, dapat dengan jelas menyaksikan keduanya dari tempatnya kini berada.
"Bunda,,, Martin,,, ternyata kalian bahkan melakukannya di tempat umum dan terbuka seperti ini, oh,,, bodohnya aku yang telah di butakan oleh cinta pada tunangannya, dan ketulusan palsu ibu sambung yang palsu. " ucap Raya lirih, tak ada yang bisa menandingi rasa sakit apapun, selain di khianati oleh orang orang yang sangat di cintai dan di percaya.
Ingin rasanya Raya menepis perasaan itu, tetap berpikir bahwa mereka hanya saudara sepupu, namun pemandangan Martin dan Karina yang duduk saling menempel, sambil sesekali saling berciuman terbayang bayang di pelupuk matanya dan itu tak bisa di nilai sebagai kedekatan yang hanya sebatas sepupu.
"Shiiittt,,,,! berani sekali mereka melakukan semua itu di belakang ku!" umpat Raya, marah.
Ingin rasanya dia menghampiri mereka di sana, yang sedang asik bercanda ria sambil cekakak, cekikik dalam kemesraan.
Namun apa daya, dirinya harus bisa menahan diri, dia tak mau karena emosi lantas menghancurkan rencana yang diam diam telah dia susun untuk melawan para penghianat itu.
"Oke,,, ayo kita saling memainkan peran, aku akan dengan senang hati mengikuti permainan kalian !" gumam Raya dengan senyuman penuh keputus asaan namun berselimut dendam dan amarah yang menyala nyala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BARU LO PERCAYA, HRSNYA DARI KMARIN2 LO CURIGA...
2024-04-07
1
Hardila Suhardini
haaa.. mainkan peran mu seperti artis raya,artis sinetron yg LG naik daun.buka matamu selebar lebarnya,jgn mau di bodoh2i 2 benalu itu
2023-02-19
2
Kiki Wibowo
auuuhhh
2023-01-19
1