Setelah lama menyimpan rasa penasaran yang di pendamnya, Toni akhirnya angkat bicara, menanyakan sesuatu yang sejak tadi mengganjal di hatinya.
"Yang tadi itu ibu mu?" Tanya Toni sambil terus asik mengemudi dengan pandangan terus ke depan.
Raya yang di tanya tak menjawab pertanyaan Toni padanya, dia asik menatap layar ponsel nya tak menghiraukan Toni, bahkan mungkin dirinya tak mendengar pertanyaan pria yang sejak tadi mencuri pandang padanya itu.
"Woy, Ray,,, pacar gue tanyain lo tuh,,,!" Cila yang merasa kesal karena pertanyaan Toni di abaikan, Raya langsung berbalik menoleh ke kursi penumpang belakang dan menepuk paha temannya itu.
"Eh, apa,,,? Gue lagi chat sama kak Martin, sebel banget gue minta di temenin tapi alasannya kerja mulu, kapan main sama gue nya," oceh Raya bersungut sungut.
"Gimana, pacar lo tanya apa?" Raya malah bertanya balik.
"Yang tadi itu ibu mu?" Toni mengulang pertanyaan yang sama dengan sabar, kalau itu bukan Raya, bisa di pastikan Toni tak akan sesabar itu, apalagi dia di abaikan oleh seorang bocah.
"Iyalah, tadi bunda ku, kenapa emang? kepo!" jawab Raya judes.
"Sensi amat lo sama pacar gue, jawabnya biasa aja, bisa kali!" giliran Cila yang sewot karena Raya seakan tak menaruh respect sama sekali dengan Toni yang dia akui sebagai kekasihnya itu.
"Habisnya gue masih kesel sama pacar lo, semalem sengaja cari ribut sama kak Martin," cebik Raya cuek, dia tak peduli meski ucapannya itu bisa saja menyinggung perasaan Toni yang dia katai di depan orangnya langsung itu.
"Ish, parah lo, namanya juga di klub, lagi mabok, gesekan dikit mah, biasa kali, gak usah lebay, deh!" ejek Cila.
"Lo tuh yang lebay,! lo nyebelin dari jaman sekolah dulu, lama gak ketemu kirain udah waras, ternyata masih sama aja!" sungut Raya.
Cila dan Raya memang satu sekolahan dan bersahabat jaman mereka masih SMU di salah satu sekolahan elit ibu kota, namun karena Raya yang memilih kuliah di luar negeri mereka terpisah, dan beberapa hari terakhir ini mereka baru main bareng lagi.
Toni menggelengkan kepalanya pelan, dua gadis berisik ini lumayan membuat kepalanya pening.
'Pria bajjingan macam apa kekasihnya itu, ibu dan anak dia pacari sekali gus,' batin Toni, sedikit menaruh iba pada Raya yang sepertinya sedang di permainkan oleh Martin, pikirnya.
***
Toni duduk di sebuah Coffee shop sendirian di mall ternama, menunggui dua gadis penghambur uang itu berbelanja, dirinya yang merasa malas untuk mengekor mereka, akhirnya memutuskan untuk menikmati secangkir kopi dan rokok, mulutnya sudah terasa kecut, karena sejak tadi tak bisa merokok akibat mobil yang ber ac.
Namun tiba tiba dari ekor matanya dia menangkap pemandangan yang lumayan menarik perhatiannya saat itu.
Di sudut Coffee shop yang letak kursinya agak tersembunyi, Martin dengan seorang wanita yang tadi di panggil Raya dengan sebutan bunda itu sedang berbincang mesra sambil sesekali melakukan adegan romantis bak anak abg yang sedang kasmaran.
Ide jahil dan licik Toni tiba tiba muncul, dia mengirim pesan pada Cila untuk segera menemuinya di tempat itu, berharap Raya dapat melihat kelakuan bejat tunangan yang di banggakannya itu.
Sungguh di luar kebiasaannya, Toni menjadi sangat peduli dan ikut campur dengan urusan orang lain, Toni seperti tak menjadi dirinya sendiri.
Beberapa menit kemudian, dua gadis dengan kedua tangannya yang di penuhi tentengan paper bag berisi belanjaan datang mendekat.
"Rese banget deh pacar lo, lagi asik belanja malah ganggu," kesal Raya yang merasa kegiatannya di ganggu Toni.
"Lagian, mau belanja lo malah bawa pacar segala, ribet, kan?" sungut Raya lagi masih dengan mode kesalnya.
"Iri ya, pacar mu gak bisa nemenin?" celetuk Toni asal.
"Eh, pacar gue sibuk, kerja di kantor, gak pengangguran kaya lo, yang kerjanya ngintilin cewek!" Raya tak terima.
"Noh, pacar mu yang katanya lagi sibuk kerja di kantor, lagi ngopi di sana," tunjuk Toni yang merasa sedikit terpancing dengan ucapan Raya akhirnya menunjuk Martin dan Karina yang sedang duduk berduaan.
Bodo amat, mereka nantinya perang atau ribut, Toni hanya ingin gadis itu tau dan tidak di tipu berkepanjangan oleh pria bajjingan macam Martin.
Alih alih ngamuk, atau terjadi kerusuhan justru Raya malah berlari dan duduk di antara Martin dan Karina.
"Bunda,,, kak Martin,,, nyebelin banget, kalian pergi gak ajak aku, katanya kakak sibuk di kantor!" rengek Raya manja, sambil memeluk kedua orang yang wajahnya sedikit terlihat kaget itu.
"Ah, tadi aku abis ketemu klien di sini sayang, terus gak sengaja ketemu bunda mu, jadi ngopi bareng, deh!" kilah Martin.
Toni yang mendengar omong kosong Martin itu hanya bisa mencebik sambil mendecih sebal, ingin sekali dia melempar cangkir berisi kopi panas yang kini tengah di seruputnya itu ke wajah Martin, rasanya hatinya kini tiba tiba kesal tanpa sebab.
"Bunda gak bilang mau ke sini, kalau tau bunda mau ke sini, tadi berangkat bareng aja, jadi aku gak perlu jadi obat nyamuk liatin Cila pacaran," ucap Raya sambil sedikit melirik ke arah kursi dimana Cila dan Toni berada.
"Bunda gak tau kamu mau ke sini, tadi bunda janjian ketemu temen, tapi malah gak jadi dateng," Karina beralasan, matanya sedikit menunjukan rasa kesal dan tidak suka saat Raya menggelendot manja di bahu Martin.
Tapi ternyata bukan hanya Karina yang merasa kesal dan tidak suka, karena diam diam Toni yang melihat adegan itu dari kejauhan juga tiba tiba merasa dadanya terasa seperti terbakar, sehingga Toni langsung mengajak Cila untuk segera pulang.
"Raya gimana, masa di tinggal ?" protes Cila.
"Udah ada ibu dan tunangannya, biar dia pulang sama mereka !" Toni beranjak dari kursinya dan bergegas ke luar dari tempat itu.
"Tapi,,," cila hendak protes.
"Aku harus latihan!" ketus Toni.
Saat ini hal yang sangat ingin Toni temui satu satunya adalah samsak, hatinya kesal, dia ingin menghajar samsak di sasana sampai puas, dari pada dia menghajar orang karena perasaannya yang sedang kesal ini.
Toni berkemudi dalam kebisuan, rahangnya mengeras, mobil di pacu dengan kecepatan sangat tinggi melaju di jalanan, rasanya tangannya itu sudah sangat gatal dan ingin melawan siapa saja yang dia temui di sasana nanti sesampainya di sana.
'Kenapa aku merasa kesal seperti ini, aku bahkan tak tau apa yang menyebabkan aku se kesal ini, rasanya aku ingin marah hanya karena melihat gadis manja itu bermesraan dengan tunangannya, tapi kenapa? Bukankah seharusnya itu tak ada hubungannya dengan ku?' perdebatan sengit di batin Toni kini semakin bergejolak, antara hati melawan akal sehatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Tek deli
baru mampir nih thor, jadi toni ga sama cila ya?
2024-12-30
1
aim pacina
🙏👍🫰
2025-04-11
0
aim pacina
🫰💪✌️
2025-04-11
0