Delapan Belas

"Bunda,,,, bunda,,,, !" terdengar jelas suara Raya manggil Karina dari balik pintu kamar, membuat Karina dan Martin saling bepandangan karena sama sama merasa terkejut bukan main, mereka tak menyangka kalau Raya akan pulang se pagi itu dari rumah sakit

Beberapa menit sebelumnya,

Tepat di depan gerbang rumah Raya, Toni yang pagi itu mengantarkan Raya pulang untuk beristirahat sengaja tidak menurunkan jendela kaca mobil saat Maman sang penjaga membuka kan gerbang untuk mereka.

Terlihat Maman beberapa kali mencoba melongok ke isi mobil, namun Toni terus melaju sampai ke halaman depan rumah yang jaraknya agak jauh dari pos jaga security.

Dari spion Toni dapat melihat jelas kalau maman buru buru mengeluarkan ponselnya, sepertinya dia hendak menghubungi Karina, seperti biasanya dia pasti akan memberi laporan pada orang yang menyuruhnya itu bahwa Raya sudah sampai di rumah.

"Kok, ada mobil kak Martin ?" gumam Raya pelan sambil memperhatikan mobil milik Martin yang terparkir di halaman rumahnya.

"Nginep sini kali !" seloroh Toni asal.

"Hussh,,, mana ada,,,! Kak Martin gak pernah nginep di sini !" tepis Raya.

"Ya,,, itu kan, setau mu !" ujar Toni lagi cuek.

"Kak Martin itu bukan kamu yang suka nginep di tempat pacar mu, kalau kamu suka nginep di tempat Cila, gak berarti semua cowok kaya kamu, dong !" sewot Raya yang tiba tiba membawa bawa nama Cila, entahlah pikiran dari mana itu, yang jelas hatinya marah dengan pikirannya sendiri, dimanq dia membayangkan kalau Toni sering menginap di tempat Cila.

"Tau dari mana, aku sering nginep di rumah Cila ?" tanya Toni dengan senyum culasnya.

"Ishh,,, kamu menyebalkan !" sentak Raya, dadanya kini terasa sesak dengan amarah yang entah apa penyebabnya, bukankah kalau Toni menginap di tempat Cila itu wajar saja, toh mereka berpacaran, lantas apa hubungannya dengan dirinya ? mengapa dirinya harus marah mendengar semua itu ?

Raya bahkan langsung keluar dari dalam mobil seraya membanting pintu sekencang mungkin karena saking kesalnya.

Toni hanya menggelengkan kepalanya,

"Dasar gadis manja, aneh ! Udah di anterin boro boro bilang terimakasih, malah banting pintu !" gerutu Toni sambil terus memperhatikan punggung Raya yang menjauh lalu hilang di balik pintu.

Tak sedetik pun gadis itu membalikan badannya lagi ke arahnya, dia benar benar pergi dengan membawa kekesalan.

Suara ketukan di jendela tepat kaca mobil tempatnya duduk membuyarkan lamunannya,

Maman ternyata sudah berdiri tepat di sampingnya,

Toni turun dan memandang tajam security yang tampak tak ramah padanya itu.

"Siapa anda ? Ada hubungan apa dengan nona Raya ? " tanya Maman dengan songong nya.

"Apa kau bapaknya ? kenapa kau tanya tanya segala ?" ketus Toni.

"Saya bertanggung jawab dengan keamanan rumah dan seisi rumah ini, saya harus tau siapa saja yang datang ke sini demi keamanan semua,!" ucap Maman sok jago dan berkuasa.

"Nona mu itu tak mungkin meminta ku mengantarkan nya pulang kalau merasa aku mengancam keamanan dan keselamatannya,!" sinis Toni seraya memberikan kunci mobil pada Maman.

"Berikan ini pada nona mu, dan bersikap baik lah pada nona mu itu, ingat, ayah dari nona mu itu yang membayar mu, bukan orang lain, kecuali kau memang seorang penghianat !" sindir Toni sangat tajam menjurus pada Maman

"Hey,,,! A-apa maksud mu ?" suara Maman sontak terasa tercekat di tenggorokan, sehingga membuatnya sedikit tergugup.

"Pikirlah sendiri !" seru Toni sambil berlalu tanpa menghiraukan wajah Maman yang kini terlihat pucat.

'Apa maksud dari ucapan teman nona Raya tadi ? Kenapa dia berkata seperti itu pada ku, apa dia tau kalau aku bekerja pada nyonya Karina ? Ah,,, tidak mungkin, itu hanya ucapan tidak sengaja nya saja kali !' berulang kali Maman menepis pikiran pikiran jelek di kepalanya.

Terdorong rasa penasarannya, Raya segera menuju kamar ayah dan bundanya.

"Bunda,,, Bunda,,, !" panggil Raya sambil mengetuk ngetuk pintu kamar orangtuanya yang tertutup rapat.

Samar samar tadi Raya mendengar suara Karina yang sepertinya sedang megobrol dengan seseorang, makanya dia memberanikan diri mengetuk pintu dan memanggil ibu tirinya itu yang dia yakini sudah terbangun atau bahkan belum tertidur sama sekali seperti dirinya karen cemas memikirkan Arsan.

Lebih dari lima menit Raya berdiri di depan pintu kamar menunggu Karina membukakan pintu, sudah tiga kali dia mengulang ketukan di pintu dan memanggil manggil ibu tiriny itu.

Akhirnya pintu kamar pun terbuka, dengan wajah Karina yang tidak tampak gugup atau kaget sama sekali sepertinya dia memang benar benar pemain watak dan punya bakat berakting sejak orok.

"Ada apa Raya, apa ada yang buruk terjadi pada ayah mu ? Bunda sangat kaget jadinya,!" Karina mengsap usap dadanya selah ingin Raya percaya kalau dirinya kini sedang merasa terkejut.

Raya melangkah memasuki kamar luas itu, dia suda biasa masuk ke sana, namun tentu saja tidak pernah sembarangan, hanya kalau ada ayah atau ibu tirinya saja dia masuk ke sana, meski manja dan kadang seenaknya, untuk urusan sopan santun Raya tetap masih menggunakannya.

"Eh, ada apa ? Kenapa ? Ayo kita ngobrol dikamar mu biar lebih leluasa, bunda jenuh dari semalam berdiam diri di kamar ini, menunggu kabar dari kamu sampai belum tidur sedetik pun," bualnya.

Kening Raya sedikit berkerut, tak biasanya Karina seola melarang dirinya untuk masuk ke kamarnya, namun semakin di cegah, rasa penasaran Raya semakin menjadi,

"Sebentar aja bun, Raya juga gak mau ganggu istirahat bunda, tadi bunda lagi ngapain ? Kok, sepertinya bunda sedang mengobrol dengan seseorang ? Bunda lagi sama siapa ?" tanya Raya megedarkan pandangannya ke selurh ruangan.

"Oh, itu tadi bunda sedang menelpon Martin, mobil Martin kan bunda bawa semalam, jadi mungkin nanti bunda akan mengantarkan mobil Martin ke kantornya, sekalian besuk ayah mu," kata Karina yang seolah tau kalau mobil Martin akan menjadi pemcu rasa curiga Raya terhadapnya.

"Ayah kritis lagi bun, sekarang ayah di ICU lagi, dan tak boleh ada yang menjenguk," adu Raya pada Karina.

Karina tersenyum dalam hatinya, dia yakin kalau sebentar lagi suami tuanya itu akan segera meninggal dengan kondisinya yang bolak balik drop, dengan begitu dia dan artin tak perlu susah susah melenyapkan nyawa suaminya, hanya tinggal menunggu waktu saja dan semua akan menjadi miliknya.

"Mas Arsan,,, kasihan sekali, padahal tugas mu di kantor sangat berat, ribuan karyawan menggantungkan nasibnya pada mu, mas,,, bagaimana ini," ratap Karina yang justru malah membahas tentang perusahaan dan pekerjaan,bukan kesehatan suaminya.

"Kita akan bahu membahu menggantikan pekerjaan Ayah untuk sementara waktu, selama ayah di rawat," ucap Raya dengan penuh keyakinan.

"Kamu ? Tidak,,, tidak,,, sayang. Kamu lebih baik di rumah saja dan fokus pada kesehatan ayah mu, biar urusan perusahan bunda yang menanganinya, kita harus berbagi tugas, biar bunda yang menggantikan tanggung jawab ayahmu di kantor !" ucap Karina.

Tentu saja Karina akan menghalangi agar Raya tidak menyentuh urusan perusahaan dengan segala cara, karena itu akan sangat membahayakan bagi Karina jikaRaya mulai tertarik

dengan urusan perusahaan, bagaimana pun Raya pasti akan lebih pantas dan lebih memungkinkan menjadi pengganti Arsan, palagi basic da juga seorang sarjana jurusan bisnis, lulusan luar negri pula.

'Tidak,,,ini tidak boleh di biarkan !' gumam Karina dalam hatinya.

"Ya sudah, sepertinya kamu sangat lelah mengurus ayah mu semalaman di rumah sakit, lebih baik kamu istirahat sekarang, tidur gih ! Biar bunda nanti ke kantor ayah sekalian nganterin mobil Martin," Karina setengah mengusir, karena Karina menarik tangan Raya agar keluar dari kamarnya.

Raya yang tak unya pikiran jelek sama seali terhadap ibu tirinya itu, hanya bisa pecaya dan mengikuti apapun yang di katakan Karina si ular berbisa itu.

Raya juga tak merasa keberatan saat Karina mengatakan akan meng handle pekerjaan ayahnya di kantor, baginya Karina sudah merupakan bagian dari hidupnya, bukan orang lain.

"Yes,,, sepertinya Tuhan berpihak pada kita, si tua angka itu akan segera mati, dan perusahaannya bisa kita ambil alih secepatnya, sekarang giliran mu bergerak cepat, jangan buang buang waktu lagi, segera nikahi di gadis bodoh itu !" ucap Karina sesaat setelah memastikan Raya pergi jauh dari kamrnya dan segera menarik lengan Martin yang dia sembunyikan di dalam lemarinya.

"Tenang saja, dia itu sudah di tangan ku, dia cinta mati pada ku, jadi kalau hanya mengajaknya menikah itu hal sepele," ucap Martin seraya memakai kembali pakaiannya yang sempat di buka tadi da di sembunyikan di bawah selimut.

Seketika keinginan yang memuncak itu hilang begitu saja karena kedatangan Raya yang menggagalkan kegiatan pagi yang panasnya.

"Kenapa memakai baju lagi ? Apa kita tak meneruskan kegiatan kita yang tertunda tadi ?" tanya Karina dengan nada suara yang sengaja menggoda.

"Bukankah kau bilang tadi kita harus bergerak cepat ? Hal seperti itu bisa kita lakukan kapan saja, tapi kesempatan tak akan datang dua kali, ayo kita bergerak dengan cepat !" ucap Martin.

Setelah memastikan keadaan rumah aman dan Raya sudah masuk dan tertidur di kamarnya, dengan bantuan Maman dan seorang asiten rumah tangga yang juga bekerja padanya, Karina berhasil mengeluarkan Martin dari kamarnya dengan aman dan melenggang pergi dari rumah tanpa ada seorang pun yang tau.

Tujuan mereka saat ini adalah perusahaan milik Arsan, rasanya Karina sudah tak sabar ingin menduduki posisi tertinggi perusahaan raksasa itu.

"Raya menelpon ku !" pekik Martin saat melihat ponselnya yang bergetar dengan nama Raya di layar.

Segera Martin mengangkat telepon dari tunangan yang akan dia manfaatkan habis habisan itu, sementara Karina memasang wajah tak suka nya saat Martin berbicara dengan begitu mesranya pada Raya lewat sambungan telepon, sepertinya dia cemburu.

"Ada apa tuh, tunangan bodoh mu menelpon mu pagi pagi, dasar cewek gatel, murahan, kata maman dia tadi di antar pria yang sama dengan pria yang mengantarnya dini hari saat dia ulang tahun itu" umpat Karina yang sepertinya umpatan nya itu lebih cocok dia tujukan untuk dirinya sendiri.

"Katanya dia tak bisa tidur dan ingin bertemu dengan ku jam 9 pagi ini di kaffe dekat rumah sakit tempat suami mu tercinta di rawat," urai Martin.

"Pastikan dia untuk segera menikah dengan mu, kalauperlu dalam waktu dekat ini, gunakan segala cara, kalau perlu pake cara paksaan atau kekerasan juga boleh lah," ucap Karina kesal.

"Kau meremehkan rayuan ku, tak perlu paksaan atau kekerasan, dia yang akan memohon untuk di nikahi oleh ku kalau aku sudah merayunya," Martin membanggakan dirinya sendiri.

Martin dan Raya kini duduk berhadapan di sebuah kaffe, beberapa hari ini mereka jarang sekali bertemu karena kesibukan Martin yang selalu beralasan ke luar kota, terkhir bertemu tadi malam di rumah sakit, itu pun hanya sebentar, lagi lagi karena kesibukannya, martin tak bisa mendampingi tunangannya itu di rumahsakit.

"Sayang, maafkan aku jika akhir akhir ini aku sangat sibuk dan tak sempat menemanimu di hari hari yang seharusnya ada aku disana seperti lang tahun mu, atau menemani mu di rumahsakit," ucapan Martin terjeda karen dia mengeluarka sebuah kotak kecil berwarna merah ke hadapan Raya.

"Aku sibuk karena mempersiapkan ini semua untuk mu, untuk kehidupan kita selanjutnya, Raya Lubis, maukah kau menikah dengan ku !?" tiba tiba Martin bersimpuh di hadapannya dan membuka kotak yang berisi cincin yang sepertinya baru saja di belinya secara mendadak itu.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

RAYA YG GOBLOK BIN BAHLUL...

2024-04-07

0

ᶜᵃˡˡ ᴹᵉ ᴶⁱⁿᵍᵍᵃ😜

ᶜᵃˡˡ ᴹᵉ ᴶⁱⁿᵍᵍᵃ😜

geddeg aq sama raya ini,,begonya kebangetan..

2022-10-12

2

Ningrum Ningrum

Ningrum Ningrum

bullsheet jangan d terima

2022-05-20

1

lihat semua
Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Tiga
4 Empat
5 Lima
6 Enam
7 Tujuh
8 Delapan
9 Sembilan
10 Sepuluh
11 Sebelas
12 Dua Belas
13 Tiga Belas
14 Empat Belas
15 Lima Belas
16 Enam Belas
17 Tujuh Belas
18 Delapan Belas
19 Sembilan Belas
20 Dua Puluh
21 Dua Satu
22 Dua Dua
23 Dua Tiga
24 Dua Empat
25 Dua Lima
26 Dua Enam
27 Dua Tujuh
28 Dua Delapan
29 Dua Sembilan
30 Tiga Puluh
31 Tiga Satu
32 Tiga Dua
33 Tiga Tiga
34 Tiga Empat
35 Tiga Lima
36 Tiga Enam
37 Tiga Tujuh
38 Tiga Delapan
39 Tiga Sembilan
40 Empat Puluh
41 Empat Satu
42 Empat Dua
43 Empat Tiga
44 Empat Empat
45 Empat Lima
46 Empat Enam
47 Empat Tujuh
48 Empat Delapan
49 Empat Sembilan
50 Lima Puluh
51 Lima Satu
52 Lima Dua
53 Jalani Saja
54 Kebahagiaan Palsu
55 Menukar Kebahagiaan
56 Hilangnya Arsan
57 Stay waras,,,Raya
58 Hati yang Porak Poranda !
59 Ketindihan Setan ?
60 Kondisi yang Rumit !
61 Double Date ?
62 Tamu Istimewa
63 Curhatan Mantan
64 Rencana Gila
65 Kucing Oren
66 Cila Vs Brina
67 Ayam Sayur
68 Sayang ?
69 Sama Sama Cemburu
70 Merubah Hitam Menjadi Pink
71 Perjalanan Dinas
72 Informasi oh Informasi !
73 Pria Belok
74 Hari Sial Sedunia
75 Rindu
76 Karma Karina
77 Rumah Siapa
78 Ada Hantu
79 Ijinkan Aku Egois
80 Pawang Singa
81 Namanya Juga Bucin
82 Bebaskan Aku
83 Biar Takdir yang Berbicara
84 Bukan Rambo !
85 Titik Terang
86 Berbahagialah Kalian !
87 Aku Cemburu
88 Kisah Karina
89 Rencana
90 Serangan Untuk Cila
91 Badut Ulang Tahun
92 Terlalu Bodoh
93 Buktikan
94 Godaan Lagi
95 Celetukan Maut
96 Saling Curiga
97 Yama
98 Tidak Tampan
99 Hilang
100 Lolongan Serigala
101 Tolong Bangunlah,
102 Apa tawaran mu masih berlaku ?
103 Ujian Cinta
104 Pura Pura Bahagia
105 Ayah !
106 Ini terlalu kejam,
107 Hampir saja
108 Yes I Do !
109 SAH !!!
110 LDR
111 Menderitalah lebih lama
112 Informasi
113 Perang segera dimulai!
114 Mengibarkan bendera perang,
115 Boom!
116 Kenapa Cila
117 Panen karma
118 Permohonan
119 Menjadi Narasumber
120 Palu Thor
121 Semua yang Tertunda
122 Detik-detik pertempuran
123 Ini Istri ku
124 Siapa itu?
125 Adik?
126 Duet Maut
127 Chaos
128 Ayah!
129 Awan Hitam
130 Itu bisa di atur
131 Bergerak
132 Beban !
133 Maju kena Mundur kena
134 Emosi
135 Hebat dan Pemberani
136 Kecewa
137 Jebakan
138 Kesepakatan?
139 Karma
140 Jebakan
141 Aku akan menikahi istri mu
142 Jompo
143 Musuh dalam Selimut
144 Perdebatan Batin
145 Pertemuan
146 Tendangan Maut
147 Bukan Malaikat
148 Bad News is Good News
149 'Ngeyel'
150 Perang dingin
151 Siasat
152 Di Luar skenario
153 Apa Semua Sudah Berakhir?
154 Dilema
155 Sahabat yang Menyusahkan
156 Kabar Bahagia
157 Aktris hebat
158 Tamu Tak Diundang
159 Robot
160 Semakin Berkobar
161 Dibalik Kematian Rolan
162 Kebohongan
163 Kolaborasi Cila
164 Hai Mantan,
165 Dari Hati ke Hati
166 Pasangan sakit jiwa
167 Monster Makan Tisyu
168 Kembali ke Pertempuran
169 Apa Kami Terlambat ?
170 Akhir kisah
Episodes

Updated 170 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Tiga
4
Empat
5
Lima
6
Enam
7
Tujuh
8
Delapan
9
Sembilan
10
Sepuluh
11
Sebelas
12
Dua Belas
13
Tiga Belas
14
Empat Belas
15
Lima Belas
16
Enam Belas
17
Tujuh Belas
18
Delapan Belas
19
Sembilan Belas
20
Dua Puluh
21
Dua Satu
22
Dua Dua
23
Dua Tiga
24
Dua Empat
25
Dua Lima
26
Dua Enam
27
Dua Tujuh
28
Dua Delapan
29
Dua Sembilan
30
Tiga Puluh
31
Tiga Satu
32
Tiga Dua
33
Tiga Tiga
34
Tiga Empat
35
Tiga Lima
36
Tiga Enam
37
Tiga Tujuh
38
Tiga Delapan
39
Tiga Sembilan
40
Empat Puluh
41
Empat Satu
42
Empat Dua
43
Empat Tiga
44
Empat Empat
45
Empat Lima
46
Empat Enam
47
Empat Tujuh
48
Empat Delapan
49
Empat Sembilan
50
Lima Puluh
51
Lima Satu
52
Lima Dua
53
Jalani Saja
54
Kebahagiaan Palsu
55
Menukar Kebahagiaan
56
Hilangnya Arsan
57
Stay waras,,,Raya
58
Hati yang Porak Poranda !
59
Ketindihan Setan ?
60
Kondisi yang Rumit !
61
Double Date ?
62
Tamu Istimewa
63
Curhatan Mantan
64
Rencana Gila
65
Kucing Oren
66
Cila Vs Brina
67
Ayam Sayur
68
Sayang ?
69
Sama Sama Cemburu
70
Merubah Hitam Menjadi Pink
71
Perjalanan Dinas
72
Informasi oh Informasi !
73
Pria Belok
74
Hari Sial Sedunia
75
Rindu
76
Karma Karina
77
Rumah Siapa
78
Ada Hantu
79
Ijinkan Aku Egois
80
Pawang Singa
81
Namanya Juga Bucin
82
Bebaskan Aku
83
Biar Takdir yang Berbicara
84
Bukan Rambo !
85
Titik Terang
86
Berbahagialah Kalian !
87
Aku Cemburu
88
Kisah Karina
89
Rencana
90
Serangan Untuk Cila
91
Badut Ulang Tahun
92
Terlalu Bodoh
93
Buktikan
94
Godaan Lagi
95
Celetukan Maut
96
Saling Curiga
97
Yama
98
Tidak Tampan
99
Hilang
100
Lolongan Serigala
101
Tolong Bangunlah,
102
Apa tawaran mu masih berlaku ?
103
Ujian Cinta
104
Pura Pura Bahagia
105
Ayah !
106
Ini terlalu kejam,
107
Hampir saja
108
Yes I Do !
109
SAH !!!
110
LDR
111
Menderitalah lebih lama
112
Informasi
113
Perang segera dimulai!
114
Mengibarkan bendera perang,
115
Boom!
116
Kenapa Cila
117
Panen karma
118
Permohonan
119
Menjadi Narasumber
120
Palu Thor
121
Semua yang Tertunda
122
Detik-detik pertempuran
123
Ini Istri ku
124
Siapa itu?
125
Adik?
126
Duet Maut
127
Chaos
128
Ayah!
129
Awan Hitam
130
Itu bisa di atur
131
Bergerak
132
Beban !
133
Maju kena Mundur kena
134
Emosi
135
Hebat dan Pemberani
136
Kecewa
137
Jebakan
138
Kesepakatan?
139
Karma
140
Jebakan
141
Aku akan menikahi istri mu
142
Jompo
143
Musuh dalam Selimut
144
Perdebatan Batin
145
Pertemuan
146
Tendangan Maut
147
Bukan Malaikat
148
Bad News is Good News
149
'Ngeyel'
150
Perang dingin
151
Siasat
152
Di Luar skenario
153
Apa Semua Sudah Berakhir?
154
Dilema
155
Sahabat yang Menyusahkan
156
Kabar Bahagia
157
Aktris hebat
158
Tamu Tak Diundang
159
Robot
160
Semakin Berkobar
161
Dibalik Kematian Rolan
162
Kebohongan
163
Kolaborasi Cila
164
Hai Mantan,
165
Dari Hati ke Hati
166
Pasangan sakit jiwa
167
Monster Makan Tisyu
168
Kembali ke Pertempuran
169
Apa Kami Terlambat ?
170
Akhir kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!