'Habis, kau pria bajjingan,!' umpatnya di dalam hati, karena tadi Toni sempat melihat Martin tidak sendirian di dalam mobil itu, dan sepertinya dia bersama seorang perempuan.
"Tapi,,," ucap Raya ragu ragu.
"Tenang saja, aku tak berniat jahat pada mu!" ucap Toni sambil terus membuntuti mobil Martin dari kejauhan agar tak di curigai.
Mobil sedan itu berhenti di sebuah pelataran apartemen, lalu dari kejauhan terlihat Martin dan seorang wanita yang tak lain adalah Karina bergandengan mesra masuk ke lobi, sedangkan untuk mobilnya, Martin membiarkan seorang valet memarkirkan mobilnya menuju basement.
"Bunda,,," pekik Raya lirih,
Toni melirik ke samping kirinya dimana Raya duduk, mobil mereka berhenti tak jauh dari bangunan mewah tinggi menjulang itu, namun masih bisa melihat jelas ke arah lobi apartemen yang Martin dan Karina datangi itu.
"Kok bunda gak bilang kalau kak Martin udah pulang, apa mereka mau ngasih surprise buat aku ya?" gumamnya lirih namun masih jelas terdengar di telinga Toni yang langsung menggeleng heran,
'Ini bocah polos atau bego, sih?!' pikirnya.
"Eh bocah, tunangan mu mesra mesraan noh sama emak mu,!" ucap Toni gemas karena sepertinya Raya tak konsen dengan kebersamaan dua orang itu, malah memikirkan hal lain.
"Mesra mesraan gimana, orang mereka sepupuan, gandengan mah wajar! Otak mu itu kotor, jadi menganggap pikiran orang lain sama kotornya dengan pikiran mu!" tampik Raya tak terima dengan tuduhan Toni pada Martin dan ibu tirinya, karena sedari awal, Karina membawa dan memperkenalkan Martin sebagai kaka sepupunya.
"Terserah lah, sesuka mu!" Toni mengangkat kedua bahunya, pertanda tak peduli, sia sia saja memberitahu gadis bego seperti Raya itu, pikirnya.
"Ayo cepat, katanya mau antar aku pulang, nanti keduluan bunda sama kak Martin sampe rumah, mereka pasti mau ngasih kejutan ulang tahun buat ku, ini belum jam dua belas," ucap Raya sambil melirik jam mahal yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Apa,,, kamu ulang tahun dan mereka?" Toni sampai kehabisan kata, kini dirinya merasa sedikit iba dengan Raya yang jelas jelas sedang di tipu dan di permainkan oleh Martin, tapi dia sendiri pun tak bisa berbuat apa apa saat ini, karena Raya merasa tak ada yang salah dengan hubungan Martin dengan ibu tirinya itu.
"Iya, ini malam ulang taun ku, tapi sialnya, aku malah bersama pria tak jelas seperti mu, harusnya aku sedang bersenang senang di klub, Cila sialan!" umpatnya melirik ponselnya, mengecek barangkali Cila atau Martin mengiriminya pesan, tapi tak ada pesan atau telpon dari siapa pun.
"Ada apa ini, kenapa jalanan di tutup seperti ini?!" gumam Toni saat dirinya harus berhenti di belakang deretan mobil yang juga tak bisa melanjutkan perjalanannya.
"Kenapa berhenti?" protes Raya.
"Entahlah, aku akan cari tahu ke luar, sekalian merokok, mulut ku asam dari tadi," Toni keluar dari dalam mobil, lalu menyalakan sebatang rokok, dia berjalan ke depan untuk mencari tahu apa yang menyebabkan kemacetan yang begitu panjang dan mengular, sehingga dirinya pun tak mungkin putar balik arah, lagi pula hanya jalan itu yang bisa di lalui untuk menuju ke rumah mewah Raya.
Raya memperhatikan Toni yang berjalan mendekati seorang petugas kepolisian yang kebetulan berjaga di sana.
'Beruntung banget Cila punya pacar cowok kaya dia, udah cakep, keren, macho, bisa nemenin kemanapun,,,' untaian pujian untuk Toni mengalir dalam hatinya.
"Ishh,,, apa apaan aku ini, sadar Raya,,, dia pacar orang, lagian dia juga judes, galak, menyebalkan!" ucap Raya menggeleng gelengkan kepalanya agar pikirannya kembali waras.
"Apa kau sudah gila, kau bicara sendiri?!" ujar Toni yang ternyata sudah masuk kembali ke dalam mobil.
"Apaan sih! Apa yang terjadi di depan?" ketus Raya.
"Ada kontainer pengangkut galon tergelincir dan terjungkal melintang di jalan, mungkin kita harus menunggu beberapa jam sampai mereka membereskan semua kekacauan," urai Toni.
"Beberapa jam? Oh tidak,, aku berulang tahun di tengah kemacetan!" ratapnya sedih, namun Toni tak memperdulikannya.
Satu setengah jam sudah berlalu, namun jalan belum juga di buka, sepertinya petugas belum juga selesai membereskan kecelakaan itu.
Ulang tahun Raya pun sudah berlalu hampir satu jam yang lalu, bolak balik Raya melirik ponselnya yang tak juga berbunyi, entah itu hanya sebuah pesan atau panggilan telpon, tak ada yang peduli dengan dirinya seperti tahun tahun sebelumnya.
Ayahnya hampir tidak pernah peduli padanya semenjak menikah dengan Karina, setiap hari hanya bekerja dan bekerja demi memenuhi gaya hidup Karina dan dirinya yang memang tinggi, begitu pun dengan Karina, ibu tirinya itu meskipun selalu terkesan bersikap baik padanya, tapi juga tak pernah perhatian padanya.
Martin ? Ini seharusnya tahun ke dua tunangannya itu menemaninya di hari spesialnya, namun seperti tahun sebelumnya, Martin bahkan tak ingat kapan hari ulang tahunnya.
"Kenapa lagi?" tanya Toni yang merasa Raya kini terlihat sedih.
"Gak apa apa!" Ketus Raya menengadahkan kepalanya menatap langit langit mobilnya, agar air mata yang mengembang di matanya tidak menetes.
Toni membuka jendela mobil, lalu mengeluarkan korek gas dari saku celananya.
"Jangan merokok di sini, aku tak suka bau asap rokok!" larang Raya.
Namun Toni tetap menyalakan koreknya, lalu mendekatkan ke hadapan wajah Raya,
"Selamat ulang tahun, ucapkan keinginan mu dalam hati, anggap saja ini lilin,!" ucap Toni serius.
Raya terpaku dengan perlakuan Toni saat ini padanya, tak menyangka, pria gunung es seperti Toni ternyata bisa bersikap romantis juga.
"Cepat, tangan ku panas ini!" protes Toni, karena Raya hanya diam dan memandanginya.
Air mata yang semenjak tadi di tahannya akhirnya jebol juga, buliran bening itu menetes dan mengalir deras.
Raya buru buru menyeka air matanya yang menganak sungai di pipi mulusnya itu, lalu meniup korek yang menyala di tangan Toni walau dengan hati yang terasa di remas nyeri, sungguh ironis, kenapa mesti orang lain yang justru pertama kali
mengucapkan selamat ulang tahun untuknya, sementara orangtuanya, tunangannya, teman temannya, kemana mereka?
Teman teman yang hanya menghubunginya kalau minta di traktir, minta di belanjain dan ke salon gratis, selain itu mereka tak pernah peduli.
"Kenapa malah nangis? Apa kamu tak suka, aku mengucapkan selamat ulang tahun untuk mu?" tanya Toni kebingungan, jujur saja ini pengalaman pertamanya mengucapkan selamat ulang tahun pada seseorang, apalagi itu seorang wanita.
"Tidak, aku justru berterima kasih, di saat tak ada satu pun yang ingat hari ulang tahun ku, even itu orang tua ku, justru kamu orang asing yang bahkan namanya saja aku tak tau mengucapkan dengan tulus." kata Raya, yang baru saja menyadari kalau ternyata dia tidak tau siapa nama pria yang sedang bersamanya kini, Cila selalu memanggilnya dengan sebutan abang tanpa pernah menyebut namanya.
Toni tersenyum kecut, mereka memang tak pernah berkenalan secara benar, tapi takdir malah membuat mereka berduaan sampai larut malam seperti ini.
"Tenang aja, kamu lebih beruntung, seumur hidup ku malah aku tak pernah ada yang mengingat hari ulang tahun ku, bahkan termasuk diri ku sendiri!" urainya.
"Kok bisa?" tanya Raya, menurutnya Cila perempuan yang cukup romantis, masa iya gak pernah mengucapkan selamat ulang tahun pada kekasihnya.
"Sudahlah, tidak perlu di bahas, ngomong ngomong, ibu mu itu--- ibu kandung mu?" tanya Toni ragu ragu.
"Ah, itu,, ibu sambung ku, ibu kandung ku sudah meninggal saat aku berumur sepuluh tahun, padahal dulu ibu ku yang paling heboh kalau aku ulang tahun," lirih Raya, air matanya kembali mengalir deras saat mengingat lagi betapa almarhum ibunya sangat perhatian dan mencintainya.
"Kau boleh bersandar dan menangis di bahu ku, kalau mau!" ucap Toni, hanya itu yang bisa dia ucapkan, pria itu tak punya pengalaman menenangkan wanita yang sedang bersedih dan menangis seperti sekarang ini.
Tanpa di duga, Raya benar benar menangis di bahu Toni, dia tak peduli apapun, saat ini dirinya hanya butuh bersandar dan mengeluarkan semua kesedihannya.
Tubuh Toni pun menegang, tiba tiba wajahnya berubah menjadi kaku, saat kepala Raya benar benar menyandar di bahu kirinya, Toni hanya bisa mematung tak berani bergerak atau melakukan gerakan apa pun.
Apalagi kini jantungnya pun ikutan berdetak cepat dan tak karuan, membuat pria itu semakin merasa serba salah dalam diam nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
NP
bego sih kekny dibodohin mau aj greget lama"
2023-07-03
2
ghina🌺🌺
kisah ku sama suami ku Thor,, awal ketemu saat aku ulang tahun
2023-06-11
1