"Ada apa?" kaget Toni yang segera menepikan mobilnya.
"Ayah,,,,,!" jerit Raya histeris.
Toni yang merasa kaget semakin di buat bingung karena Raya hanya terus menangis histeris,
"Ayolah, kenapa kamu terus menangis seperti ini, aku tak bisa menolong mu kalau tak tau apa yang terjadi!" alih alih membuat Raya tenang dengan membujuknya, Toni justru malah membentak gadis itu karena merasa kebingungan harus berbuat apa.
"Ayah,,, ayah ku di rumah sakit, dia koma, huaaaaaa!" lagi lagi Raya menangis kencang.
"Hmmmhh,,, tangis mu tak akan membuat ayah mu sembuh, di rumah sakit mana ayah mu di rawat, ayo ke sana!" ketus Toni menghidupkan kembali mesin mobil dan bersiap menuju ke salah satu rumah sakit yang Raya sebutkan dalam isak tangisnya.
"Bisa kau berhenti meraung raung seperti anak bayi? Telinga ku rasanya penging mendengar tangisan mu!" ucap Toni.
"Tapi kata bunda, ayah ku seperti ini karena akibat bertengkar dengan ku tadi, aku merasa bersalah,,," sesal Raya.
"Ya, kau bersalah, tapi dengan menangis pun tak menyelesaikan masalah, tapi membuat masalah baru untuk telinga ku!" ketus Toni.
"Ish, dasar pria batu, tak peka, di tenangin kek, malah di bentak bentak!" kesal Raya, dan berhasil menghentikan tangisnya karena rasa kesal pada Toni lebih mendominasi di hatinya sekarang.
Toni tersenyum samar, diam diam ada sedikit rasa senang dalam hatinya karena berhasil membuat gadis manja itu berhenti menangis.
Sampai di rumah sakit yang di tuju, dari kejauhan tampak Karina dan Martin berdiri di depan pintu ruang IGD.
"Aku mengantar mu sampai sini saja," ucapToni yang lantas segera di angguki Raya, dia pun tak mau ibu tiri dan tunangannya melihat dirinya datang bersama pria lain, apalagi hal itu memang sedang menjadi topik panas di keluarganya.
Begitupun Toni, dia tak ingin buru buru menampakan diri di hadapan pasangan selingkuh itu karena bisa saja mereka mengenali wajahnya, dan tentu saja itu akan sangat membahayakan untuk Raya nantinya.
Toni sebenarnya tak langsung pergi, dia memperhatikan Raya dari kejauhan berjaga jaga kalau kalau Karina dan Martin berbuat hal di luar dugaan, entahlah pikiran buruk macam apa yang kini sedang ada di pikiran Toni, yang jelas saat ini dia sangat khawatir dengan keadaan gadis manja itu dan ingin menjaganya dari segala bahaya yang mungkin akan menyerangnya.
"Bundaaa,,,,! Apa yang terjadi sama ayah?" Raya berhambur memeluk Karina.
"Penyakit jantung ayah mu kambuh, dia di temukan tergeletak tak sadarkan diri di kamar, mungkin karena pertengkaran kalian tadi saat makan malam," ucap Karina seolah ingin mengatakan kalau semua yang terjadi akibat kesalahan putri tirinya.
"Tapi bunda, bukannya tadi ayah bilang mau ke luar kota, karena besok pagi ada meeting di Surabaya? Malahan Ayah sudah pergi duluan sebelum aku pergi," Raya mencoba mengingat ingat kejadian tadi saat pertengkarannya dengan Arsan, karena seingat dirinya, Arsan langsung pergi setelah makan malam selesai dan di tengah pertengkaran mereka semakin memanas, Arsan sepertinya sengaja terburu buru pergi karena tak ingin pertengkaran nya dengan sang putri semakin berlarut.
"Ayah mu kembali ke rumah beberapa menit setelah kamu pergi, katanya tak enak badan dan ingin beristirahat, namun saat bunda baru pulang ke rumah, ayah sudah tergeletak di lantai kamar, untung ada Martin yang segera membantu membawa ayah mu ke sini," urai Karina dengan nada sedih namun tak setetes pun airmata menetes dari kedua netranya.
"Bunda dari mana?" tanya Raya.
"Emh, anu bunda dari mini market membeli kebutuhan, dan bertemu Martin di sana lalu kita ke rumah bersama sama, karena kebetulan Martin juga hendak menemui mu, tadinya," gugup Karina.
"Sayang, maafkan aku, aku terlalu sibuk bekerja sampai aku melupakan hari ulang tahun mu, tapi untuk ke depannya, aku akan selalu ada di samping mu, sepertinya aku sudah tak banyak tugas luar kota lagi," Martin mendekati Raya dan membawa tubuh Raya ke dalam dekapannya.
Darah Toni berdesir, tiba tiba dia merasakan tak nyaman dalam dirinya melihat Raya berada dalam dekapan Martin, ada rasa tak rela, rasa kesal, yang tak dapat dia gambarkan dan tak pernah dia rasakan sebelumnya.
Malam semakin larut, Arsan sudah di pindahkan ke ruang rawat inap biasa meski masih di bawah pengawasan dokter secara intensif.
Karina malah sudah berpamitan pulang sejak tau Arsan melewati masa kritis dan boleh pindah ke ruang rawat inap biasa, beberapa menit kemudian menyusul Martin yang katanya akan selalu mendampingi Raya berpamitan pulang juga dengan alasan banyak pekerjaan yang tak bisa dia tunda besok pagi.
Tinggal lah kini Raya duduk sendirian menatap tubuh ayahnya yang terbaring lemah dengan banyak selang menempel di tubuh renta nya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, dan Raya masih duduk memperhatikan Arsan yang masih saja terpejam, dokter bilang, masa kritis Arsan sudah berlalu, namun selama dua hari ini masih dalam pengawasan ketat dokter.
"Ayah, maafkan Raya,,," cicit gadis itu seakan tak berhenti menyesali dan menyalahkan dirinya sendiri.
"Sebaiknya kau istirahat, kalau tidak kau akan tidur dan beristirahat di ranjang yang sama seperti ayah mu," suara seorang pria mengalihkan perhatian Raya yang menyandarkan tubuhnya di sofa panjang yang terdapat di ruang rawat VVIP itu.
"Kamu belum pulang?" tanya Raya.
Namun Toni hanya terdiam, dia cukup gengsi untuk mengakui kalau dia disana menunggui gadis manja itu semenjak tadi dan tak pernah beranjak sedikit pun.
"Aku akan menjaga ayah mu, kau tidurlah barang sebentar !" titah Toni masih dengan nada datarnya.
"Tapi aku---"
Mulut Raya seakan membisu tak mampu berkata kata lagi saat Toni si pria sedingin es batu itu menarik tubuhnya dan merebahkan tubuh mungil Raya di sofa itu dengan pahanya yang menjadi bantalan kepala Raya.
Lama mereka tak saling bersuara, dengan posisi yang sama sama kaku seperti sungkan untuk sekedar menggerakkan jari sekali pun, dan sialnya Raya yang sejak tadi berbaring di paha pria jutek itu pun malah tak bisa memejamkan matanya, jantungnya seakan berontak ingin keluar akibat detakannya yang sangat kencang.
"Aku menyuruh mu tidur, kenapa masih saja terjaga?" tegur Toni.
"Emhh,, a-- aku tak bisa tidur!" jawab Raya lalu bangkit dari posisi rebahannya yang membuat gadis itu merasa hatinya dag dig dug tak karu karuan.
Raya padahal sering di peluk Martin, namun mengapa tak pernah merasakan detakan dan perasaan aneh yang seperti saat ini dia rasakan.
Di tengah kecanggungan di antara mereka, tiba tiba Arsan membuka matanya, Raya terlonjak dan segera mendekati ranjang ayahnya, di susul Toni yang juga mendekat ke sana.
"Ayah,,, ayah sudah sadar? Ayah, maafkan Raya, Raya akan menuruti semua keinginan ayah, Raya bersedia menikah dengan kak Martin, tapi ayah jangan sakit lagi," kata Raya yang tentu saja hal itu membuat batin Toni seperti tercubit sakit.
"Aku akan menunggu di luar," ucap Toni seperti tak sanggup mendengar obrolan mereka lagi.
"Tunggu!" ucap Arsan sangat lirih hingga hampir tak terdengar.
Toni menghentikan langkahnya, dengan kening yang berkerut. Kenapa Arsan mencegahnya untuk keluar dari ruangan itu, apa orang tua itu sengaja ingin dirinya tau kalau putrinya itu akan segera menikah dan secara tidak langsung untuk melarangnya dekat dekat dengan putrinya.
"Tolong jaga putri ku," lirih Arsan, Toni dan Raya bahkan harus mendekatkan telinga mereka saat berusaha mendengar ucapan Arsan yang lemah.
Mendengar ucapan Arsan, Toni dan Raya saling berpandangan bingung.
Raya bahkan sampai tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya, karena bukankah kebersamaannya bersama Toni, salah satu pemicu masalah yang berakhir pertengkaran besar di antara mereka, namun mengapa tiba tiba ayahnya minta Toni menjaga dirinya, padahal beberapa jam yang lalu saat mereka bertengkar di jam makan malam, ayahnya memaksa dirinya untuk menikah dengan Martin, ada apa sebenarnya ini ?
Semua itu membuat Raya benar benar bingung di buatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SIALAN KNP OTHOR KASI SI JALANG NMANYA KARINA, NAMA ISTRIKU ..
2024-04-07
0
Sulaiman Efendy
YAKIN, SAAT ARSAN BLK KRMH, PASTI LIAT KARINA & MARTIN SDG ENAK2 ATAU CIUMABMN, MKANYA SAAT DITANYA RAYA, TU KARINA GUGUP..
2024-04-07
0
Sulaiman Efendy
ARSAN KOMA BKN KRN BTENGKAR DGN RAYA, PSTI MLIHAT KARINA & MARTIN.
2024-04-07
1