Malam itu waktu yang di tentukan untuk Toni menjalankan tugasnya, yaitu mengantar atau lebih tepatnya mengawal Roland bertemu dengan salah satu kolega bisnis haramnya.
Sayang sekali, malam ini pertandingan sedang libur, andai malam ini ada pertandingan, tentu saja Toni akan memilih bertarung di atas ring untuk mendapatkan uang, dan menyumpal mulut cerewet ibu kostnya dari pada harus menjadi anjing penjaga bagi pria tua itu.
"Kau sudah siap?" Tanya Rolan menghampiri Toni yang sedang berdiri di samping mobil mewah milik ketua mafia itu.
"Tunggu, aku minta bayaran tiga juta rupiah untuk pekerjaan malam ini!" Kata Toni, dia ingin membayar uang kostnya untuk beberapa bulan ke depan agar dia tak di ganggu oleh ibu kostnya dan tidak kebingungan mencari uang dadakan saat kepepet membayar tagihan, sehingga tak harus melakukan pekerjaan menyebalkan seperti ini lagi, pikirnya.
"Aku akan membayar mu lima juta rupiah, di muka!" Rolan merogoh tasnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah pecahan seratus ribuan sejumlah lima juta rupiah, dan menyodorkannya ke hadapan Toni.
Toni hanya mengangkat kedua bahunya acuh, menerima uang itu dari tangan Rolan dan memasukannya ke dalam saku jaketnya.
Toni lalu memasuk ke dalam kendaraan mewah itu, duduk di balik kemudi, dan mulai menghidupkan mesin.
Setelah berkendara hampir satu jam lamanya, tanpa banyak terlibat pembicaraan di antara mereka, akhirnya Rolan yang duduk di kursi penumpang itu memerintahkan Toni untuk menepikan kendaraannya di bahu jalan.
Mata pria tua itu terlihat lincah mengamati keadaan sekitar, seakan tak ada satu sudut pun yang terlewati dari sapuan pandangan mata tajamnya.
"Aman, ayo kita parkir di depan gedung tua itu!" Pria paruh baya itu kembali memerintah, sambil menunjuk sebuah bangunan yang tampak tidak terurus di tepi sebuah jalan sepi di pinggiran kota yang jauh dari keramaian, tak ada bangunan lain selain gudang tua itu di sekitar sana, suasana di kawasan yang di dominasi perkebunan pohon karet itu terlihat sangat mencekam, namun tak membuat nyali Toni menciut sedikit pun.
Tak ayal sikap arogan pria paruh baya itu membuat Toni sedikit merasa kesal karena sikap bossy Rolan.
Toni mengenakan topi, kacamata hitam, dan tak lupa memakai masker nya saat Rolan memintanya untuk turun dan menemaninya bertemu kolega bisnisnya itu.
Toni tak ingin wajahnya di kenali di kalangan para
penggiat dan pelaku dunia bisnis hitam itu.
Toni yang sengaja menyembunyikan identitas dirinya itu memilih diam dan tak ikut banyak terlibat dengan urusan Rolan dan kliennya, tugasnya saat ini hanya mengawal Rolan yang berbincang dengan seorang pria berumur sekitar tiga puluh tahunan itu, sejauh yang dapat Toni tangkap dari percakapan mereka, dapat Toni simpulkan kalau pria itu ingin memesan narkoba dengan jumlah yang lumayan banyak pada Rolan, dan sepertinya dia pemain baru di dunia hitam, bisa terlihat dari sikapnya yang masih seperti canggung dan penuh curiga pada orang sekitarnya.
"Ah, dia Lion, orang kepercayaan ku, tenang saja, dia sangat aman, aku menjamin nya," Rolan seakan mengerti dengan ketakutan dan keragu raguan lawan bicaranya, karena beberapa kali pria itu melirik ke arah Toni yang seakan tak peduli dan tak tertarik dengan percakapan bisnis mereka.
Entah mengapa diam diam Toni memperhatikan pria yang di temani seorang wanita berpenampilan sangat mentereng dengan pakaian yang minim itu dari balik kacamata hitam yang di pakainya, mungkin karena wanita berbaju sekkssi yang mendampingi pria itu terlihat terus menempel dan menggelayut pada pria lawan bicara Rolan itu, sehingga menggelitik Toni untuk memperhatikan gerak gerik pasangan itu.
Hanya menghabiskan waktu sekitar empat puluh lima menit saja, pembicaraan di antara kedua orang itu telah berakhir.
"Wanita tadi istri dari pengusaha terkenal Arsan Lubis, sepertinya kau tertarik pada wanita itu, kau bisa dengan mudah mendapatkannya, dia wanita kesepian, karena suaminya sepertinya sudah tak bisa memuaskan nya di ranjang," beber Rolan seraya tertawa renyah.
"Cih, dia bukan tipe ku," decih Toni.
"Apa pria tadi itu suaminya ? Sepertinya dia masih terlihat muda, apa dia impoten ?" lanjut Toni iseng iseng menyelidik.
"Pria itu Martin, selingkuhan nyonya pengusaha itu, sepertinya nyonya pengusaha itu yang mendanai pembelian barang Martin padaku, dulu dia hanya bandar kecil, sekarang dia ingin memulai bisnis besar dengan mengajukan kerja sama dengan ku," urai Rolan menceritakan siapa pria yang bernama Martin yang akan menjadi rekanan bisnisnya itu.
Tapi Toni sepertinya tidak begitu tertarik, dia lebih tertarik untuk melajukan kendaraannya sekencang mungkin agar cepat sampai di rumah dan itu berarti pekerjaannya akan cepat selesai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Mega Ackerman
Seperti biasa, nyicil bacanya 🤭
2022-05-05
3
Michale Morrone
salam dari cinta online support selalu
2022-04-11
4