Sembilan Belas

"Aku sibuk karena mempersiapkan ini semua untuk mu, untuk kehidupan kita selanjutnya, Raya Lubis, maukah kau menikah dengan ku !?" tiba tiba Martin bersimpuh di hadapannya dan membuka kotak yang berisi cincin yang sepertinya baru saja di belinya secara mendadak itu.

Raya terpaku, entah apa yang harus di rasakannya saat ini, senang? bahagia? terharu?

Mengapa rasanya Raya tak menemukan semua rasa itu, hampir dua tahun mereka bersama, saat mereka bertunangan setahun lalu, rasa bahagia Raya benar benar terpancar di wajahnya, bukankah rasa bahagia itu seharusnya berkali kali lipat saat dirinya di lamar Martin?

"Emh, kak, bangun! Malu tau, di liatin orang!" Raya menengok ke kiri dan ke kanan, saat ini mereka menjadi pusat perhatian para pengunjung yang lumayan sedang ramai.

Kata kata yang keluar dari mulut Raya justru di luar dugaan Martin, pria itu kira, Raya akan menangis terharu dan langsung berkata "Yes, i will!" namun ternyata wajah Raya malah terkesan datar dan tak menunjukan antusias sama sekali.

"Ke- kenapa? Kamu gak mau nikah sama aku, ya?" tanya Martin lirih.

Harga dirinya kini sedang di pertaruhkan di hadapan banyak orang, mau ditaruh di mana mukanya kalau sampai dia di tolak saat melamar tunangannya.

"Bukan gak mau, sepertinya ini bukan waktu yang tepat, ayah masih terbaring kritis di rumah sakit, apa pantas kita berpesta?" kata Raya memberikan alasannya.

"Ya sudah, tapi sebaiknya cincinnya di terima dulu, aku tak mau malu di hadapan semua orang yang menonton kita saat ini," bisik Martin meminta pertolongan.

"Oke, untuk sementara, cincinnya aku simpan dulu, ya!" Raya meraih kotak kecil di lapisi kain bludru berwarna merah itu, lalu meletakkannya di atas meja.

"Aku mendengar kalau kamu beberapa kali terlihat dekat dengan pria lain, siapa? Apa aku mengenalnya?" tanya Martin menanyakan apa yang menjadi tanda tanya dirinya dan Karina beberapa hari terakhir ini.

"Ah, itu hanya teman lama, kamu tak mengenalnya, sayang!" Raya tau pria mana yang di maksud oleh Martin, tapi entah kenapa hatinya berkata untuk menutupi identitas Toni untuk sementara waktu dari tunangannya itu, dia tak ingin menambah masalah baru lagi nantinya, semua masalah saat ini yang menimpanya sudah cukup menguras pikiran.

"Hmmm,,, hanya teman lama rupanya,!" gumam Toni menunjukkan ketidak puasan akan jawaban yang di berikan Raya, namun untuk saat ini, dirinya tak ingin memaksa Raya untuk mengatakan siapa pria itu sesungguhnya, karena cepat ataupun lambat, dirinya pasti akan mengetahui siapa sebenarnya pria itu.

"Baiklah, aku tak ingin mengganggu waktu bekerja mu, aku juga harus ke rumah sakit, ada yang ingin aku bicarakan dengan dokter yang menangani ayah," pungkas Raya mengakhiri pembicaraannya dengan Martin.

"Baik sayang, tapi maaf aku tak bisa menemani mu karena aku harus segera kembali ke kantor untuk rapat siang ini," Martin melirik jam mahal pemberian Karina yang melingkar di pergelangan tangannya.

"It's ok, sayang,,, aku bisa sendiri," jawab Raya.

Gadis itu terlihat datar tanpa ekspresi saat Martin berpamitan dan mencium pipinya, persis seperti kebiasaan Toni yang selalu bersikap seperti es batu, bahkan saat tunangannya memeluknya tanda salam perpisahan, Raya hanya bersikap dingin tanpa membalas pelukannya.

Raya buru buru ke parkiran dan masuk ke dalam mobilnya sesaat setelah sang tunangan pergi dari sana, kotak berisi cincin yang di berikan Martin saat melamarnya tadi, dia lempar begitu saja ke dashboard mobilnya dengan sembarang.

***

Menjelang sore hari, Raya masih berada dijalanan memacu kendaraannya tak tentu arah, sampai dia tiba tiba tanpa di sadarinya berhenti di sasana tinju yang biasa menjadi tempat biasa Toni berada.

Anggap saja pikirannya kacau atau bahkan sudah gila sekalian, Raya bahkan tak tau kenapa kini dirinya selalu berakhir mencari Toni setiap dirinya sedang dalam keadaan tidak baik baik saja seperti sekarang ini, padahal pria kulkas itu tak pernah bisa menenangkannya, tak pernah bisa menghibur dengan kata kata manisnya, namun lagi lagi pria ketus, jutek, galak, dingin,dan arogan itu menjadi orang yang paling di carinya dalam keadaan rapuhnya.

"Hai Raya,,,!" Cila datang di saat yang tak tepat, sepertinya dia baru saja keluar dari sasana milik ayahnya itu.

"Ah, Cila,,,ternyata kamu di sini, apa kamu baru saja menemui kekasih mu?" pancing Raya seolah dirinya kali ini datang kesana untuk bertemu temannya itu, dan jujur saja ada rasa tak nyaman saat dirinya bertanya seperti itu pada Cila.

"Aku bahkan tak bertemu dengannya beberapa hari terakhir ini, dia juga tak terlihat di sini maupun di tempat kostnya," keluh Cila yang setiap hari selalu mencari Toni yang menjadi sangat susah di temui itu.

"Tempat kost? Memangnya pacar mu tidak tinggal di sini?" tanya Raya yang di jawab dengan gelengan kepala Cila.

"Ah beberapa hari yang lalu aku melihat mobil mu keluar dari sini, kamu mencari ku?" Cila teringat saat melihat mobil Raya melintas di hadapannya keluar dari parkiran sasana, tempo hari.

"Oh, mungkin itu sopir ku, beberapa hari terakhir ini aku di rumah sakit menemani ayah ku yang sedang di rawat," bohongnya, padahal itu memang dia bersama Toni.

'Maafkan aku Cila!' jerit batin Raya merasa telah sangat jahat karena beberapa kali mengajak pacarnya pergi tanpa sepengetahuan Cila.

"Ayah mu sakit?" beo Cila.

"Iya, ini juga aku harus ke sana lagi, tadi aku membeli keperluan buat ayah di dekat sini jadi mampir sebentar, tapi kamu tak ada di rumah, jadi aku pikir pasti di sini, pacaran!" bohongnya lagi sambil buru buru berpamitan.

Raya melanjutkan berkendaranya yang tanpa arah lagi, hatinya sangat kesal karena tak dapat menemui Toni di sasana, padahal ada banyak hal yang ingin dia ceritakan pada pria tak punya perasaan itu, rasanya kini hatinya seakan tak tenang bila tak berkeluh kesah pada pria galak itu.

"Shiiiitttt ! Bahkan nomor teleponnya pun aku tak punya!" kesal Raya ang lalu melempar ponselnya ke kursi kosong sebelahnya.

Kebingungan membawanya ke sebuah daerah agak kumuh untuk ukuran dirinya yang terbiasa hidup dalam lingkungan mewah.

Jalanan pun sangat sempit, sepertinya tak bisa di lalui bila tiba tiba berpapasan dengan kendaraan lain.

Benar saja, sebuah mobil bak pengangkut bahan bangunan kini berada di hadapannya, sang sopir yang terlihat garang itu membunyikan klakson berulang kali, dia keukeuh ngotot meminta Raya untuk mundur, semetara di belakangnya ada motor roda tiga pengangkut galon, berkendara di bawah tekanan seperti itu, apa lagi dengan keadaan dirinya yang sedang kalut, membuat Raya menjadi grogi dan membuat belakang mobilnya menabrak motor pengangkut galon itu saat dirinya sedang memundurkan mobilnya dengan grogi karena sopir mobil bak di depannya terus membunyikan klakson, dengan mata melotot dan memaki dari balik kaca jendelanya yang terbuka lebar.

"Gini nih, kalo orang kaya yang sim nya boleh nembak, mundur aja gak becus, malah nabrak orang, turun!" teriak sopir mobil bak yang kini sudah berdiri di samping pintu mobilnya, bersama si pengemudi motor yang dia tabrak, dan beberapa warga yang sepertinya siap menghakiminya di sana.

Wajah Raya memucat ketakutan, banyak berita yang dia lihat dan baca pengendara mobil yang di keroyok masa dan di rusak mobilnya akibat menyerempet pengendara lain, hal itu semakin membuat Raya takut dan tak berani keluar dari dalam mobilnya, kakinya pun kini terasa gemetaran.

Sampai tiba tiba kaca jendela mobilnya di ketuk dengan keras dari luar, namun suara masa yang tadi sangat berisik memakinya tak terdengar lagi.

Raya memberanikan diri menurunkan setengah kaca jendelanya, dengan wajah yang di sembunyikan di balik setirnya karena saking takutnya.

"Ampun,,,jangan pukul saya, saya salah, saya akan ganti semua kerusakan, tapi tolong jangan siksa saya!" jerit Raya ketakutan.

Pintu mobil terdengar di buka dari luar, setelah saking gugupnya Raya memencet tombol unlock otomatis tanpa sengaja.

"Keluar, dan pindah ke kursi penumpang!" suara yang sangat dia kenali terdengar bagai oase di padang gersang.

Raya mengangkat wajahnya yang dia sembunyikan di balik kemudinya itu lalu keluar dari mobilnya dan berhambur memeluk Toni yang tiba tiba saja bak pahlawan di film film yang selalu hadir saat dirinya sedang ada masalah.

"Toni, tolong aku,,, aku takut!" raungnya, tangisnya pecah seketika di dada bidang dan keras pria datar itu, tak peduli puluhan pasang mata sedang menontonnya.

"Sudah, cepat masuk ke sana, jalanan ini menjadi macet parah akibat ulah mu, dasar gadis manja!" omel Toni, mengurai pelukan Raya dan segera mengambil alih kemudinya, sementara Raya langsung masuk ke pintu sisi lainnya, tanpa mengangkat wajah sedikit pun, dia teramat takut dengan orang orang yang masih ramai di sana memperhatikannya, seakan dirinya tontonan yang mengasyikan.

Mobil pengangkut bahan bangunan itu sudah tidak ada di depan, sepertinya dia mengalah dan memundurkan mobilnya.

"Kenapa kau bodoh sekali, dan sangat ceroboh, sangat merepotkan!" Toni tak berhenti mengomel sampai dia memarkirkan mobil itu di sebuah lapangan yang tak jauh dari tempat insiden tadi.

"Dimana ini, kenapa berhenti di sini?" tanya Raya yang sejak tadi hanya terdiam menerima semua omelan Toni.

"Menemui orang yang motornya kau tabrak tadi, apa kau tak ingin mengganti rugi kerusakan motornya akibat di tabrak oleh mu?" ucap Toni ketus.

"A- apa kamu kenal dia? Apa dia akan marah pada ku?"

"Walaupun orangnya marah, kau harus terima, kau salah, untung saja hanya motornya yang rusak, bagaimana jika orangnya yang kau tabrak, lalu mati?" ucap Toni terdengar seperti menakut nakuti.

"Iya,, iya,, aku salah, aku mau bertanggung jawab!" ucap Raya.

Tibalah mereka di sebuah bangunan panjang dengan deretan pintu di setiap jarak lima meternya.

"Ba- bangunan apa ini? kenapa banyak sekali pintu berjajar di sini?" tanya Raya, seolah baru pernah melihat bangunan memanjang mirip gerbong kereta dengan pintu dan jendela kecil di setiap beberapa langkah yang dia lewati.

"Ini tempat kost ku! Kenapa?" sinis Toni.

Tempat kost di bayangan Raya dan kenyataannya sangat berbeda jauh, kalau di bayangan Raya tempat kost itu berbentuk seperti apartemen, tapi ini.... kumuh! Batin Raya.

"Eh, kenapa ke tempat kost mu? bukankah kita akan ke rumah orang yang ku tabrak tadi?" tanya Raya.

"Dia penghuni kost ini juga, dia kerja di tempat isi ulang air minum, jam 7 malam baru pulang, masih satu setengah jam lagi, bukankah lebih baik menunggunya di tempat kost ku?" ucap Toni memutar kunci di sebuah pintu yang terletak paling ujung.

"Ini,,, tempat tinggal mu?" tanya Raya menyapu ruangan sempit yang hanya tersedia kasur di lantai beralas karpet, dan lemari plastik, sepertinya kamar asisten rumah tangga di rumahnya berpuluh puluh kali lebih layak dari pada ini.

Namun ternyata, pikiran lain yang justru kini mengusik pikirannya.

"Apa Cila sering datang dan menginap di sini?" tanya Raya, sedikit meragukan kalau Cila mau berlama lama di tempat kost kekasihnya itu.

"Tentu saja, kenapa memangnya?" bohong Toni.

Wajah Raya berubah menjadi sangat kesal, apalagi pikiran nakalnya membayangkan Cila dan Toni tidur di kasur busa yang sempit itu, mereka pasti harus saling berpelukan erat agar tak terjatuh ke lantai.

Terpopuler

Comments

Irena Irani

Irena Irani

dah mulai pada cemburu yaaaa😂

2025-02-15

1

Rini Asih

Rini Asih

ada yg cemburu nih ... lanjut Thor..sekalu kutunggu lanjutannya besuk...

2022-04-25

6

lihat semua
Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Tiga
4 Empat
5 Lima
6 Enam
7 Tujuh
8 Delapan
9 Sembilan
10 Sepuluh
11 Sebelas
12 Dua Belas
13 Tiga Belas
14 Empat Belas
15 Lima Belas
16 Enam Belas
17 Tujuh Belas
18 Delapan Belas
19 Sembilan Belas
20 Dua Puluh
21 Dua Satu
22 Dua Dua
23 Dua Tiga
24 Dua Empat
25 Dua Lima
26 Dua Enam
27 Dua Tujuh
28 Dua Delapan
29 Dua Sembilan
30 Tiga Puluh
31 Tiga Satu
32 Tiga Dua
33 Tiga Tiga
34 Tiga Empat
35 Tiga Lima
36 Tiga Enam
37 Tiga Tujuh
38 Tiga Delapan
39 Tiga Sembilan
40 Empat Puluh
41 Empat Satu
42 Empat Dua
43 Empat Tiga
44 Empat Empat
45 Empat Lima
46 Empat Enam
47 Empat Tujuh
48 Empat Delapan
49 Empat Sembilan
50 Lima Puluh
51 Lima Satu
52 Lima Dua
53 Jalani Saja
54 Kebahagiaan Palsu
55 Menukar Kebahagiaan
56 Hilangnya Arsan
57 Stay waras,,,Raya
58 Hati yang Porak Poranda !
59 Ketindihan Setan ?
60 Kondisi yang Rumit !
61 Double Date ?
62 Tamu Istimewa
63 Curhatan Mantan
64 Rencana Gila
65 Kucing Oren
66 Cila Vs Brina
67 Ayam Sayur
68 Sayang ?
69 Sama Sama Cemburu
70 Merubah Hitam Menjadi Pink
71 Perjalanan Dinas
72 Informasi oh Informasi !
73 Pria Belok
74 Hari Sial Sedunia
75 Rindu
76 Karma Karina
77 Rumah Siapa
78 Ada Hantu
79 Ijinkan Aku Egois
80 Pawang Singa
81 Namanya Juga Bucin
82 Bebaskan Aku
83 Biar Takdir yang Berbicara
84 Bukan Rambo !
85 Titik Terang
86 Berbahagialah Kalian !
87 Aku Cemburu
88 Kisah Karina
89 Rencana
90 Serangan Untuk Cila
91 Badut Ulang Tahun
92 Terlalu Bodoh
93 Buktikan
94 Godaan Lagi
95 Celetukan Maut
96 Saling Curiga
97 Yama
98 Tidak Tampan
99 Hilang
100 Lolongan Serigala
101 Tolong Bangunlah,
102 Apa tawaran mu masih berlaku ?
103 Ujian Cinta
104 Pura Pura Bahagia
105 Ayah !
106 Ini terlalu kejam,
107 Hampir saja
108 Yes I Do !
109 SAH !!!
110 LDR
111 Menderitalah lebih lama
112 Informasi
113 Perang segera dimulai!
114 Mengibarkan bendera perang,
115 Boom!
116 Kenapa Cila
117 Panen karma
118 Permohonan
119 Menjadi Narasumber
120 Palu Thor
121 Semua yang Tertunda
122 Detik-detik pertempuran
123 Ini Istri ku
124 Siapa itu?
125 Adik?
126 Duet Maut
127 Chaos
128 Ayah!
129 Awan Hitam
130 Itu bisa di atur
131 Bergerak
132 Beban !
133 Maju kena Mundur kena
134 Emosi
135 Hebat dan Pemberani
136 Kecewa
137 Jebakan
138 Kesepakatan?
139 Karma
140 Jebakan
141 Aku akan menikahi istri mu
142 Jompo
143 Musuh dalam Selimut
144 Perdebatan Batin
145 Pertemuan
146 Tendangan Maut
147 Bukan Malaikat
148 Bad News is Good News
149 'Ngeyel'
150 Perang dingin
151 Siasat
152 Di Luar skenario
153 Apa Semua Sudah Berakhir?
154 Dilema
155 Sahabat yang Menyusahkan
156 Kabar Bahagia
157 Aktris hebat
158 Tamu Tak Diundang
159 Robot
160 Semakin Berkobar
161 Dibalik Kematian Rolan
162 Kebohongan
163 Kolaborasi Cila
164 Hai Mantan,
165 Dari Hati ke Hati
166 Pasangan sakit jiwa
167 Monster Makan Tisyu
168 Kembali ke Pertempuran
169 Apa Kami Terlambat ?
170 Akhir kisah
Episodes

Updated 170 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Tiga
4
Empat
5
Lima
6
Enam
7
Tujuh
8
Delapan
9
Sembilan
10
Sepuluh
11
Sebelas
12
Dua Belas
13
Tiga Belas
14
Empat Belas
15
Lima Belas
16
Enam Belas
17
Tujuh Belas
18
Delapan Belas
19
Sembilan Belas
20
Dua Puluh
21
Dua Satu
22
Dua Dua
23
Dua Tiga
24
Dua Empat
25
Dua Lima
26
Dua Enam
27
Dua Tujuh
28
Dua Delapan
29
Dua Sembilan
30
Tiga Puluh
31
Tiga Satu
32
Tiga Dua
33
Tiga Tiga
34
Tiga Empat
35
Tiga Lima
36
Tiga Enam
37
Tiga Tujuh
38
Tiga Delapan
39
Tiga Sembilan
40
Empat Puluh
41
Empat Satu
42
Empat Dua
43
Empat Tiga
44
Empat Empat
45
Empat Lima
46
Empat Enam
47
Empat Tujuh
48
Empat Delapan
49
Empat Sembilan
50
Lima Puluh
51
Lima Satu
52
Lima Dua
53
Jalani Saja
54
Kebahagiaan Palsu
55
Menukar Kebahagiaan
56
Hilangnya Arsan
57
Stay waras,,,Raya
58
Hati yang Porak Poranda !
59
Ketindihan Setan ?
60
Kondisi yang Rumit !
61
Double Date ?
62
Tamu Istimewa
63
Curhatan Mantan
64
Rencana Gila
65
Kucing Oren
66
Cila Vs Brina
67
Ayam Sayur
68
Sayang ?
69
Sama Sama Cemburu
70
Merubah Hitam Menjadi Pink
71
Perjalanan Dinas
72
Informasi oh Informasi !
73
Pria Belok
74
Hari Sial Sedunia
75
Rindu
76
Karma Karina
77
Rumah Siapa
78
Ada Hantu
79
Ijinkan Aku Egois
80
Pawang Singa
81
Namanya Juga Bucin
82
Bebaskan Aku
83
Biar Takdir yang Berbicara
84
Bukan Rambo !
85
Titik Terang
86
Berbahagialah Kalian !
87
Aku Cemburu
88
Kisah Karina
89
Rencana
90
Serangan Untuk Cila
91
Badut Ulang Tahun
92
Terlalu Bodoh
93
Buktikan
94
Godaan Lagi
95
Celetukan Maut
96
Saling Curiga
97
Yama
98
Tidak Tampan
99
Hilang
100
Lolongan Serigala
101
Tolong Bangunlah,
102
Apa tawaran mu masih berlaku ?
103
Ujian Cinta
104
Pura Pura Bahagia
105
Ayah !
106
Ini terlalu kejam,
107
Hampir saja
108
Yes I Do !
109
SAH !!!
110
LDR
111
Menderitalah lebih lama
112
Informasi
113
Perang segera dimulai!
114
Mengibarkan bendera perang,
115
Boom!
116
Kenapa Cila
117
Panen karma
118
Permohonan
119
Menjadi Narasumber
120
Palu Thor
121
Semua yang Tertunda
122
Detik-detik pertempuran
123
Ini Istri ku
124
Siapa itu?
125
Adik?
126
Duet Maut
127
Chaos
128
Ayah!
129
Awan Hitam
130
Itu bisa di atur
131
Bergerak
132
Beban !
133
Maju kena Mundur kena
134
Emosi
135
Hebat dan Pemberani
136
Kecewa
137
Jebakan
138
Kesepakatan?
139
Karma
140
Jebakan
141
Aku akan menikahi istri mu
142
Jompo
143
Musuh dalam Selimut
144
Perdebatan Batin
145
Pertemuan
146
Tendangan Maut
147
Bukan Malaikat
148
Bad News is Good News
149
'Ngeyel'
150
Perang dingin
151
Siasat
152
Di Luar skenario
153
Apa Semua Sudah Berakhir?
154
Dilema
155
Sahabat yang Menyusahkan
156
Kabar Bahagia
157
Aktris hebat
158
Tamu Tak Diundang
159
Robot
160
Semakin Berkobar
161
Dibalik Kematian Rolan
162
Kebohongan
163
Kolaborasi Cila
164
Hai Mantan,
165
Dari Hati ke Hati
166
Pasangan sakit jiwa
167
Monster Makan Tisyu
168
Kembali ke Pertempuran
169
Apa Kami Terlambat ?
170
Akhir kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!