Sepuluh

"Kamu akan bosan jika ikut aku ke dalam, kalau kamu malas, kamu boleh berjalan jalan di sekitar sini, sepuluh menit kemudian kita bertemu lagi di sini," ucap Raya, yang lantas di angguki Toni tanpa pertanyaan apapun.

Toni sengaja memilih menikmati pemandangan alam yang indah ini sendirian, dia tak ingin mencampuri urusan Raya, sepertinya gadis itu butuh privasi, setidaknya itu yang Toni tangkap dari ucapan Raya sebelum dia masuk ke area pemakaman itu.

Area pemakaman itu terlihat sangat asri, dan di lihat dari tempatnya yang tak terlalu luas, sepertinya itu merupakan pemakaman milik pribadi atau keluarga, dan bukan pemakaman umum, ada sebuah gazebo kecil di area itu, sepertinya itu tempat tukang bersih bersih beristirahat, karena berbagai pekakas seperti sapu, cangkul, arit dan sebagainya tertata rapi di gazebo itu.

Toni duduk di dalam gazebo itu, mengeluarkan sebatang rokok dan membakarnya, dari kejauhan terlihat Raya bersimpuh di sebuah makam dengan nisan terbuat dari batu granit mahal berwarna hitam, sesekali tangannya membelai dan mengusap lembut nisan itu, entah apa yang sedang di ucapkannya, tapi sepertinya gadis itu asik bercerita.

Toni tiba tiba tergelitik penasaran untuk mendekat ke tempat dimana Raya berada kini.

Raya sedang terisak pilu saat Toni berdiri tak jauh dari gadis itu, tangisnya membuat Toni menghentikan langkahnya dan menatap iba Raya yang suara tangisannya mampu membuat hati Toni yang lama membatu itu merasa seperti ikut tersayat perih.

"Ibu,,, gak ada yang peduli sama Raya, semenjak ibu pergi, Raya benar benar sendiri, Ayah tak pernah lagi peduli dengan Raya, di hidupnya hanya ada kerja dan Bunda, gak ada lagi Raya,,," adunya pada makam yang nisannya bertuliskan nama Maria dengan tinta emas di atas batu granit hitam itu.

Namun isak tangis Raya tiba tiba berhenti saat gadis itu menyadari seseorang sepertinya sedang memperhatikan dirinya dari belakang.

Benar saja, saat dirinya menoleh ke belakang, Toni sedang menatapnya dari bawah pohon kamboja yang saat itu sedang berbunga.

"Ah, apa aku kelamaan, sampai kamu menyusul ku?" tanya Raya tak enak hati.

Toni hanya menggelengkan kepalanya, seperti biasanya dia tak terlalu suka banyak bicara.

"Sini, aku kenalkan kamu pada ibu ku!" ajak Raya melambaikan tangannya agar Toni lebih mendekat ke tempatnya duduk.

Meski agak ragu dan sungkan, Toni melangkah mendekat.

"Ibu, ini---"Raya sedikit berpikir, mana mungkin dia memperkenalkan pria dingin itu pada ibunya, sedangkan dirinya sendiri pun tak tau siapa nama pria datar itu.

Toni hanya sedikit membungkuk tanda penghormatan ke arah makam ibunda Raya, tanpa bersuara.

"Ah, ini pacarnya teman ku, dia sudah berbaik hati mengantar Raya bertemu dengan ibu, Raya sangat bahagia bisa melewatkan hari ulang tahun bersama ibu di sini," kata Raya, tak penting siapa nama pria itu, yang dia tau kalau pria yang mengantarnya ke sini adalah pacarnya Cila, jadi ya, seperti itu juga dia perkenalkan Toni pada ibunya.

"Ayo pulang !" ajak Raya setelah puas mengobrol dengan pusara ibunya dan berpamitan.

"Apa boleh kita tidak langsung pulang ke Jakarta dulu?" tanya Toni tiba tiba.

Raya hanya melongo, "Apa kamu lelah? Kita bisa bergantian mengemudi," kata Raya.

"Bukan, aku hanya ingin menikmati suasana alam ini sedikit lebih lama, siang atau sore baru kita pulang, bagaimana?" tanya Toni lagi.

"Mhhh,,,, oke!" ibu jari tangan kanan Raya dan jari telunjuknya menyatu membentuk huruf O, di tambah bonus senyuman dan kedipan mata kanan Raya yang hampir membuat jantung Toni mencelos karena begitu gemas melihatnya.

Toni menggeleng gelengkan kepala beberapa kali untuk tetap menjaga kewarasannya dari pikiran pikiran aneh tentang gadis manja itu.

Mereka berjalan beriringan menyusuri ruas jalan di antara hamparan hijau daun teh yang masih menyisakan titik titik embun di beberapa helai daunnya.

Beberapa pekerja yang masih tersisa di sana menyelesaikan pekerjaannya.

Biasanya waktu pemetikan daun teh yang bagus adalah sekitar jam 5 sampai jam 9 pagi, setelah itu di lanjutkan di jam 10 hingga pukul 12 siang.

Pemetikan daun teh memang biasa di lakukan pagi hari karena akan masih membutuhkan proses yang panjang untuk menjadi bubuk teh kering yang siap di seduh dan minum. Daun teh yang baru di petik itu harus segera di bawa ke tempat pelayuan agar tidak busuk di jalan.

Beberapa pekerja menyapa ramah Raya saat mereka berpapasan di sepanjang jalan yang mereka lewati.

"Mereka pekerja mu?" tanya Toni.

"Pekerja almarhum ibu ku, ini kebun milik ibu, namun sekarang di urus oleh salah satu orang kepercayaan ibu yang sudah ikut bekerja pada ibu semenjak dulu.

"Kenapa kamu atau ayahmu tidak mengelolanya?" tanya Toni lagi yang menyayangkan aset sebesar ini bila harus terbengkalai karena di abaikan pemiliknya.

"Ayahku mana ada waktu mengurus perkebunan seperti ini, untuk mengurus bisnisnya saja 24 jam seakan tak cukup baginya, sampai aku, anak satu satunya tak pernah lagi di perhatikan, baginya memberi banyak uang adalah bentuk perhatian nya, dan itu sudah lebih dari cukup," keluh Raya, secara spontan menceritakan kehidupannya dan mengalir begitu saja.

"Lalu, kenapa bukan kamu saja yang mengurusnya?" ucap Toni enteng.

"Haish, aku mana bisa mengurus hal seperti ini," seloroh Raya.

"Tidak bisa atau tidak mau? Aku lupa, yang kau bisa hanya membuang buang uang, bukan bekerja!" cibir Toni santai.

"Kau! aku tidak seperti itu!" Raya menghentikan langkahnya, berbalik dan mengacungkan telunjuknya ke depan wajah Toni sambil mendengus kesal, namun Toni yang di perlakukan seperti itu oleh Raya tak menggubrisnya, dengan santai dan cuek dia tetap melanjutkan langkahnya, seolah tak terganggu dengan perlakuan Raya padanya.

"Ish,,, pria menyebalkan !" cicit Raya menghentakkan kakinya kesal, lalu menyusul langkah Toni yang meninggalkannya dalam suasana hati yang dongkol.

Lama mereka berjalan jalan menikmati suasana perkebunan di daerah pangalengan Bandung itu, tak terlihat rasa lelah di wajah mereka, meski tak banyak obrolan di antara mereka di sepanjang perjalanan, tapi mereka terlihat sangat menikmatinya.

Entah itu menikmati alam yang memang sangat indah, atau menikmati kebersamaan mereka, dua orang asing yang tiba tiba menghabiskan waktu bersama sejak semalam.

"Sudah jam setengah dua, ayo ke rumah, mang Dasep pasti sudah memasak makanan untuk kita, aku lapar!" cicit Raya sambil memegangi perutnya.

"Hmm," deham Toni sambil mengangguk tanda setuju, perutnya pun ternyata merasakan rasa lapar yang sama, namun saking asiknya menikmati pemandangan alam di sana, mereka sampai lupa waktu dan lupa makan.

***

"Neng Raya darimana saja, Mamang dari tadi nyari nyari, ke makam, ke kebun, sampai kebingungan dan ketakutan!" sambut mang Dasep di pintu depan.

"Jalan jalan, mang!" jawab Raya.

Benar saja, berbagai makanan sudah tersaji di meja makan, mang Dasep sepertinya tak main main dalam menjamu tamu istimewa yang merupakan putri dari pemilik perkebunan teh dan peternakan sapi yang kini di kelolanya itu.

"Ayo makan dulu, sebelum semuanya dingin." mang Dasep mempersilahkan.

"Terimakasih, mang!" jawab Raya seraya mengajak Toni untuk makan bersamanya.

Ada rasa hangat menyeruak di dada Toni si pria singa liar itu, saat mereka sedang makan berdua di meja makan bersama Raya, pikiran Toni bekerja keras memikirkan kapan terakhir kali dirinya makan makanan rumahan di temani seseorang, biasanya dia hanya makan nasi bungkus di kamar kostnya, kalau tidak, dia makan di warteg langganannya di ujung jalan yang tak jauh dari tempat kostnya.

Selesai makan, Raya berpamitan pada mang Dasep untuk kembali ke Jakarta, namun tiba tiba langit menghitam, dan hujan turun dengan derasnya, seakan alam tak mengijinkan Raya dan Toni untuk meninggalkan tempat itu.

"Neng, sebaiknya tunggu hujan reda dahulu, akan sangat berbahaya melakukan perjalanan di tengah hujan deras seperti ini, kabutnya juga sangat tebal," cegah mang Dasep merasa sangat hawatir.

Raya menoleh ke arah Toni meminta pendapat pria arogan itu.

Namun Toni seperti biasa hanya mengangkat kedua bahunya tanpa bersuara, seolah berkata 'Terserah !'

Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Tiga
4 Empat
5 Lima
6 Enam
7 Tujuh
8 Delapan
9 Sembilan
10 Sepuluh
11 Sebelas
12 Dua Belas
13 Tiga Belas
14 Empat Belas
15 Lima Belas
16 Enam Belas
17 Tujuh Belas
18 Delapan Belas
19 Sembilan Belas
20 Dua Puluh
21 Dua Satu
22 Dua Dua
23 Dua Tiga
24 Dua Empat
25 Dua Lima
26 Dua Enam
27 Dua Tujuh
28 Dua Delapan
29 Dua Sembilan
30 Tiga Puluh
31 Tiga Satu
32 Tiga Dua
33 Tiga Tiga
34 Tiga Empat
35 Tiga Lima
36 Tiga Enam
37 Tiga Tujuh
38 Tiga Delapan
39 Tiga Sembilan
40 Empat Puluh
41 Empat Satu
42 Empat Dua
43 Empat Tiga
44 Empat Empat
45 Empat Lima
46 Empat Enam
47 Empat Tujuh
48 Empat Delapan
49 Empat Sembilan
50 Lima Puluh
51 Lima Satu
52 Lima Dua
53 Jalani Saja
54 Kebahagiaan Palsu
55 Menukar Kebahagiaan
56 Hilangnya Arsan
57 Stay waras,,,Raya
58 Hati yang Porak Poranda !
59 Ketindihan Setan ?
60 Kondisi yang Rumit !
61 Double Date ?
62 Tamu Istimewa
63 Curhatan Mantan
64 Rencana Gila
65 Kucing Oren
66 Cila Vs Brina
67 Ayam Sayur
68 Sayang ?
69 Sama Sama Cemburu
70 Merubah Hitam Menjadi Pink
71 Perjalanan Dinas
72 Informasi oh Informasi !
73 Pria Belok
74 Hari Sial Sedunia
75 Rindu
76 Karma Karina
77 Rumah Siapa
78 Ada Hantu
79 Ijinkan Aku Egois
80 Pawang Singa
81 Namanya Juga Bucin
82 Bebaskan Aku
83 Biar Takdir yang Berbicara
84 Bukan Rambo !
85 Titik Terang
86 Berbahagialah Kalian !
87 Aku Cemburu
88 Kisah Karina
89 Rencana
90 Serangan Untuk Cila
91 Badut Ulang Tahun
92 Terlalu Bodoh
93 Buktikan
94 Godaan Lagi
95 Celetukan Maut
96 Saling Curiga
97 Yama
98 Tidak Tampan
99 Hilang
100 Lolongan Serigala
101 Tolong Bangunlah,
102 Apa tawaran mu masih berlaku ?
103 Ujian Cinta
104 Pura Pura Bahagia
105 Ayah !
106 Ini terlalu kejam,
107 Hampir saja
108 Yes I Do !
109 SAH !!!
110 LDR
111 Menderitalah lebih lama
112 Informasi
113 Perang segera dimulai!
114 Mengibarkan bendera perang,
115 Boom!
116 Kenapa Cila
117 Panen karma
118 Permohonan
119 Menjadi Narasumber
120 Palu Thor
121 Semua yang Tertunda
122 Detik-detik pertempuran
123 Ini Istri ku
124 Siapa itu?
125 Adik?
126 Duet Maut
127 Chaos
128 Ayah!
129 Awan Hitam
130 Itu bisa di atur
131 Bergerak
132 Beban !
133 Maju kena Mundur kena
134 Emosi
135 Hebat dan Pemberani
136 Kecewa
137 Jebakan
138 Kesepakatan?
139 Karma
140 Jebakan
141 Aku akan menikahi istri mu
142 Jompo
143 Musuh dalam Selimut
144 Perdebatan Batin
145 Pertemuan
146 Tendangan Maut
147 Bukan Malaikat
148 Bad News is Good News
149 'Ngeyel'
150 Perang dingin
151 Siasat
152 Di Luar skenario
153 Apa Semua Sudah Berakhir?
154 Dilema
155 Sahabat yang Menyusahkan
156 Kabar Bahagia
157 Aktris hebat
158 Tamu Tak Diundang
159 Robot
160 Semakin Berkobar
161 Dibalik Kematian Rolan
162 Kebohongan
163 Kolaborasi Cila
164 Hai Mantan,
165 Dari Hati ke Hati
166 Pasangan sakit jiwa
167 Monster Makan Tisyu
168 Kembali ke Pertempuran
169 Apa Kami Terlambat ?
170 Akhir kisah
Episodes

Updated 170 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Tiga
4
Empat
5
Lima
6
Enam
7
Tujuh
8
Delapan
9
Sembilan
10
Sepuluh
11
Sebelas
12
Dua Belas
13
Tiga Belas
14
Empat Belas
15
Lima Belas
16
Enam Belas
17
Tujuh Belas
18
Delapan Belas
19
Sembilan Belas
20
Dua Puluh
21
Dua Satu
22
Dua Dua
23
Dua Tiga
24
Dua Empat
25
Dua Lima
26
Dua Enam
27
Dua Tujuh
28
Dua Delapan
29
Dua Sembilan
30
Tiga Puluh
31
Tiga Satu
32
Tiga Dua
33
Tiga Tiga
34
Tiga Empat
35
Tiga Lima
36
Tiga Enam
37
Tiga Tujuh
38
Tiga Delapan
39
Tiga Sembilan
40
Empat Puluh
41
Empat Satu
42
Empat Dua
43
Empat Tiga
44
Empat Empat
45
Empat Lima
46
Empat Enam
47
Empat Tujuh
48
Empat Delapan
49
Empat Sembilan
50
Lima Puluh
51
Lima Satu
52
Lima Dua
53
Jalani Saja
54
Kebahagiaan Palsu
55
Menukar Kebahagiaan
56
Hilangnya Arsan
57
Stay waras,,,Raya
58
Hati yang Porak Poranda !
59
Ketindihan Setan ?
60
Kondisi yang Rumit !
61
Double Date ?
62
Tamu Istimewa
63
Curhatan Mantan
64
Rencana Gila
65
Kucing Oren
66
Cila Vs Brina
67
Ayam Sayur
68
Sayang ?
69
Sama Sama Cemburu
70
Merubah Hitam Menjadi Pink
71
Perjalanan Dinas
72
Informasi oh Informasi !
73
Pria Belok
74
Hari Sial Sedunia
75
Rindu
76
Karma Karina
77
Rumah Siapa
78
Ada Hantu
79
Ijinkan Aku Egois
80
Pawang Singa
81
Namanya Juga Bucin
82
Bebaskan Aku
83
Biar Takdir yang Berbicara
84
Bukan Rambo !
85
Titik Terang
86
Berbahagialah Kalian !
87
Aku Cemburu
88
Kisah Karina
89
Rencana
90
Serangan Untuk Cila
91
Badut Ulang Tahun
92
Terlalu Bodoh
93
Buktikan
94
Godaan Lagi
95
Celetukan Maut
96
Saling Curiga
97
Yama
98
Tidak Tampan
99
Hilang
100
Lolongan Serigala
101
Tolong Bangunlah,
102
Apa tawaran mu masih berlaku ?
103
Ujian Cinta
104
Pura Pura Bahagia
105
Ayah !
106
Ini terlalu kejam,
107
Hampir saja
108
Yes I Do !
109
SAH !!!
110
LDR
111
Menderitalah lebih lama
112
Informasi
113
Perang segera dimulai!
114
Mengibarkan bendera perang,
115
Boom!
116
Kenapa Cila
117
Panen karma
118
Permohonan
119
Menjadi Narasumber
120
Palu Thor
121
Semua yang Tertunda
122
Detik-detik pertempuran
123
Ini Istri ku
124
Siapa itu?
125
Adik?
126
Duet Maut
127
Chaos
128
Ayah!
129
Awan Hitam
130
Itu bisa di atur
131
Bergerak
132
Beban !
133
Maju kena Mundur kena
134
Emosi
135
Hebat dan Pemberani
136
Kecewa
137
Jebakan
138
Kesepakatan?
139
Karma
140
Jebakan
141
Aku akan menikahi istri mu
142
Jompo
143
Musuh dalam Selimut
144
Perdebatan Batin
145
Pertemuan
146
Tendangan Maut
147
Bukan Malaikat
148
Bad News is Good News
149
'Ngeyel'
150
Perang dingin
151
Siasat
152
Di Luar skenario
153
Apa Semua Sudah Berakhir?
154
Dilema
155
Sahabat yang Menyusahkan
156
Kabar Bahagia
157
Aktris hebat
158
Tamu Tak Diundang
159
Robot
160
Semakin Berkobar
161
Dibalik Kematian Rolan
162
Kebohongan
163
Kolaborasi Cila
164
Hai Mantan,
165
Dari Hati ke Hati
166
Pasangan sakit jiwa
167
Monster Makan Tisyu
168
Kembali ke Pertempuran
169
Apa Kami Terlambat ?
170
Akhir kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!