Sudah lewat magrib, namun hujan tak juga reda, Toni masih berah duduk di kursi teras memandangi derasnya hujan dalam kebisuan sambil mengepulkan asap rokok dari mulutnya.
"Kurangi rokok mu, tak baik untuk kesehatan, apalagi kamu seorang petarung, apa kamu tak tau kalau rokok bisa membuat mu cepat mati ?!" oceh Raya yang tiba tiba menghampiri Toni dengan segelas teh panas dan singkong rebus yang masih mengeluarkan uap panasnya.
"Cih, tak ada larangan merokok untuk petarung seperti ku, lagi pula mati itu urusan takdir, orang tak merokok sama sekali saja tetap mati, kan?" jawab Toni santai.
"Nama ku Raya!" Raya menyodorkan tangannya, dia merasa belum berkenalan secara benar dengan Toni.
"Aku tau!" jawab Toni, tak berniat menyambut uluran tangan Raya.
"Ishh, maksud ku, kita kan belum berkenalan, siapa nama mu?" dengus Raya sambil menarik kembali tangannya.
"Orang orang biasa memanggil ku Lion!" jawab Toni menyambar cangkir berisi teh panas itu, tubuhnya sedikit hangat karena menempelkan cangkir panas itu di kedua telapak tangannya.
"Lion,,, Lionel atau----?" Raya terlihat penasaran.
"Orang bilang, aku seperti singa, penyendiri dan tak bisa di usik, jadi mereka memanggil ku Lion," terang Toni.
"Nama asli mu?" Raya terlihat sangat penasaran.
"Toni!" jawabnya singkat.
"Oke, Toni,,, aku akan memanggil mu dengan nama Toni saja," kata Raya dengan senyum manisnya.
"Kau mungkin orang pertama setelah ibu ku yang memanggil ku dengan nama Toni, kau juga orang pertama dan satu satunya yang berani melarang ku merokok!" ujar Toni sambil tersenyum miring dan menggelengkan kepalanya pelan.
Betapa gadis manja yang baru saja di kenalnya itu begitu lancang dan berani, selama ini tak ada satu pun yang berani melarangnya melakukan apa yang dia sukai.
"Aku hanya mengingatkan saja, kalau kamu tak suka, ya maaf!" ucap Raya tak merasa bersalah sedikitpun, karena memang menurut nya, apa yang dia katakan itu benar adanya.
"Hujan belum reda juga, apa kita tetap pulang saja, pelan pelan sepertinya bisa," kata Toni agak sedikit khawatir kalau kalau orang tua gadis itu kebingungan mencari anaknya.
"Upss,, aku lupa, kamu pasti di cariin Cila ya?" cicit Raya yang seakan baru menyadari jika pria yang sejak kemarin malam bersamanya itu adalah pacar dari temannya.
"Bukan seperti itu, maksud ku, aku takut orang tua mu khawatir, karena anak gadisnya belum pulang," Toni meluruskan kalau alasannya mengajak Raya pulang bukan seperti yang gadis itu pikirkan.
"Hahaha,,, boro boro khawatir, ulang tahun ku saja tak ada yang ngasih ucapan, mereka tak akan pernah peduli, selama aku diam, buat mereka berarti uang ku masih ada dan aku baik baik saja, ayah ku berpikir selama apapun aku pergi,dia yakin aku pasti akan mencarinya suatu hari nanti saat uang ku habis!" Raya tertawa sumbir dengan mata yang sudah berkaca kaca.
"Ooo,,," mulut Toni membulat.
Hanya seperti itu saja tanggapan Toni, se cuek itu sementara saat itu Raya baru saja menceritakan kisah pilunya.
Tak ada ucapan manis yang dapat menenangkan keluar dari mulutnya, apalagi pelukan hangat dan usapan di punggung seperti yang pria pria lain kebanyakan lakukan untuk menenangkan seorang wanita yang sedang bersedih di hadapannya.
Toni dan Raya kini duduk di ruang tamu rumah kuno peninggalan keluarga almarhum ibunya itu, karena di luar udara terasa sangat dingin.
Entah mengapa Raya merasa begitu nyaman dan tenang saat bersama Toni, meski di antara mereka lebih banyak terdiam dari pada saling bertukar cerita.
Toni yang sepertinya asik dengan asap rokok dan sibuk dengan lamunannya sendiri yang entah melamunkan apa.
Sementara Raya memilih bermain game di ponselnya dan sesekali mengintip akun sosial medianya yang di penuhi foto foto dirinya yang sedang pamer barang mewah atau sedang liburan di luar negeri.
Diam diam dengan ponselnya Raya mengambil foto Toni yang sedang duduk termenung memandangi hujan di luar jendela kaca yang lebar di samping kirinya.
Dipandanginya gambar Toni di layar ponselnya itu, sesekali bibirnya tersenyum tipis saat memandangi wajah pria sedingin es batu dengan wajah datar tanpa ekspresi dan sifat yang arogannya, namun itu semua seakan menjadi magnet tersendiri yang membuat dirinya tertarik dengan kepribadian pria di hadapannya itu, Raya seakan sejenak melupakan Martin sang tunangan, juga Cila yang dia tahu merupakan kekasih dari pria judes dan galak itu.
"Sepertinya hujan sudah lumayan reda, ayo pulang !" ajak Toni membuyarkan lamunan Raya.
"Ah, iya,,, tapi ini sudah hampir jam 10 malam, apa tidak berbahaya?" ucap Raya seakan tak rela harus mengakhiri kebersamaannya dengan pria itu.
"Kemarin bahkan kita melakukan perjalanan lewat tengah malam! Ayo,,, besok pagi aku harus berlatih, karena malamnya aku ada pertandingan!" ajak Toni.
"Hobi banget berantem, sih!" cicit Raya lirih, namun masih terdengar jelas oleh Toni.
"Ini bukan hobi, tapi pekerjaan ku, gak gelut gak makan, aku!" seloroh Toni sambil beranjak pergi dari tempat itu.
***
"Udah sampe, ya?" tanya Raya, ketika mobil yang di tumpanginya berhenti di depan gerbang rumahnya yang tertutup rapat.
Maman penjaga rumah yang sejak tadi memperhatikan mobil majikannya berhenti tapi tak kunjung masuk, langsung menghampiri mobil Raya, dan mengetuk kaca jendela.
"Maaf non Ray---" ucapan Maman terhenti ketika mendapati yang duduk di balik kemudi mobil majikannya seorang pria asing yang tampan namun memiliki tatapan mata tajam dan menakutkan.
"Buka gerbangnya, aku mau masuk !" titah Raya agar Maman segera pergi.
Maman pun berlalu dengan sejuta tanya di benaknya, siapa gerangan pria yang bersama nona nya itu, dia harus segera melapor pada Karina.
"Masuklah, aku sudah pesan ojek online tadi, nah itu, sepertinya sudah sampai ojeknya !" tunjuk Toni ke arah seseorang yang duduk di atas motor dengan jaket hijaunya.
"Oke, terimakasih !"ucap Raya,
"Terimakasih,,, untuk?" Toni menarik kembali kakinya yang hampir turun menyentuh tanah dan berbalik menengok wajah Raya yang ternyata sedang menatapnya.
Untuk beberapa saat pandangan mereka saling mengunci, namun Raya langsung tersadar.
"Terimakasih sudah menjadi orang yang pertama dan satu satunya yang mengucapkan selamat ulang tahun untuk ku," ucap Raya seraya tersenyum manis sambil melambaikan tangannya tanda perpisahan.
Tak ada jawaban apa pun dari bibir Toni yang tetap mengatup rapat, bahkan tak ada balasan lambaian tangan juga, pria itu kembali membalikan badannya dan turun dari mobil begitu saja.
Raya berpindah ke kursi penumpang, dan masuk ke rumah setelah punggung Toni menghilang dari pandangannya.
Raya mengendap endap masuk ke dalam rumah, setelah sebelumnya mengancam Maman untuk tak menceritakan kepada siapa pun tentang apa yang baru saja dia lihat.
Namun sepertinya Raya salah besar, karena semenit kemudian Maman langsung menghubungi Karina dan menceritakan apa yang baru saja terjadi di rumah itu seperti biasanya.
Karina yang saat itu sedang menginap di apartemen Martin menjadi sangat penasaran, siapa pria yang bersama Raya yang baru saja Maman ceritakan padanya.
Pagi pagi sekali Karina sudah sampai rumah,
"Hai sayang, bagaimana liburan mu di Bali, apakah menyenangkan ?" Arsan menyambut istrinya yang baru saja sampai ke rumah dengan alasan berlibur bersama teman teman sosialitanya.
"Tentu saja menyenangkan, sayang ku !" Karina memeluk mesra suaminya,
"Dimana Raya, sayang ? Kata Maman dia sudah pulang ?" tanya Karina secara tersirat mengatakan kalau Raya tidak pulang.
"Apa anak itu pulang pagi lagi ? Atau tidak pulang ?" wajah Arsan berubah tegang.
"Jangan marah dulu, sayang. Ada yang ingin aku sampaikan pada mu tentang Raya, tapi kamu harus tenang dulu," Karina mengelus dada suaminya pelan seraya berkata agar suaminya itu untuk tak emosi.
"Apa lagi yang anak itu lakukan,?" ketus Arsan
"Raya tak pulang selama dua hari, Maman bilang, dini hari tadi, Raya di antar pulang oleh seorang pria, dan entah siapa itu.Coba kamu pikir, bagaimana kalau sampai Martin tau, Raya sudah punya tunangan, tak pantas dia berkeliaran dengan pria asing sampai berhari hari," kata Karina sengaja memanas manasi hati Arsan agar emosi pria setengah baya itu membludak.
Bukan tanpa alasan Karina berbuat seperti itu, sekuat tenaga Karina harus tetap mempersatukan Raya dengan Martin, demi warisan yang kelak akan di rebutnya setelah mereka menikah, dan di nikmati oleh dirinya dan Martin tentu saja.
Jika Raya sampai berhubungan dengan pria lain, itu berarti dia akan kehilangan aset besar ahli waris satu satunya Arsan Lubis, makanya dia akan melakukan apapun demi Raya bersatu dengan Martin, dan rencananya berjalan dengan lancar.
"Bi, panggil Raya kemari sekarang juga !" titah Arsan pada salah satu pelayan yang sedang membereskan ruangan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
ghina🌺🌺
dasar zebra... moga aja tuh Mak tiri, cepet ketahuan belang nya 😠
2023-06-12
2
Satriawanty Meitridwi Irwansyah
dasar wanita parasit👹👹
2022-12-19
4