Sembilan

Dengan ragu ragu Toni mengoyang pelan kepala Raya yang masih bersandar bahunya, gadis itu tertidur setelah lelah menangis.

Raya masih terlelap, sepertinya dia dia benar benar lelah, tanpa di sadari Toni memendangi wajah cantik yang kini bertengger di bahunya itu, dengan pelan Toni mengusap pipi mulus Raya, lalu memandangi rahang lancipnya, bibir merah, kelopak mata dan alis teratur, semua serba pas tak ada yang berlebihan.

'Sungguh ciptaan Tuhan paling indah !' pujinya dalam hati.

Namun suara ketukan kaca jendela mobil dari sampingnya membuyarkan lamunan Toni, dengan sedikit terkejut pria itu menurunkan kaca jendela mobil mewah milik Raya itu sampai terbuka setengahnya.

"Apa anda tertidur ? Jalanan sudah di buka kembali !" ucap pria itu sambil menunjuk ke arah depan yang sudah tak terlihat lagi deretan mobil berhenti.

"Ah iya, maaf !" jawab Toni menyalakan mesin mobil dan melajukan kendaraannya meski agak sedikit susah karena tanggan kirinya harus memegangi kepala Raya agar tak terjatuh dari bahunya, sementara tangan kanannya memegangi kemudi.

Tak lama kemudian, Raya membuka matanya, dan mengerjap beberapa kali menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.

"Di mana ini ?" tanya Raya seraya membenarkan posisi duduknya.

"Jalan menuju rumah mu, sebentar lagi sampai," jawab Toni.

"Aku gak mau pulang !" rengek Raya tiba tiba.

ciiittt,,,,

Toni mengerem mobil itu tiba tiba.

"Apa maksud mu tak mau pulang ?" tanya Toni.

"Aku kesal dengan orang rumah ku yang tak peduli dengan ku, please,,, aku ingin menikmati hari ulang tahun ku !" mohon Raya.

Toni terlihat berpikir, meski tak tau apa yang sebenarnya sedang dia pikirkan.

"Aku bukan pengangguran, aku harus bekerja, besok !" ketus Toni beralasan.

Kerja ? jelas jelas dia pria pengangguran, hanya mengandalkan bertarung untuk sekedar bertahan hidup, meski uang yang di dapatnya dari bertarung lumayan banyak, biasanya hanya dalam dua tiga hari sudah habis, uangnya tak jarang fia gunakan untuk berfoya foya, seperti berjudi, mabuk mabukan, terkadang dia sungkan jika harus mabuk dengan minuman gratis di klub milik Rolan, jadilah dia juga sering membeli minuman sendiri, dan meminumnya di kamar kos sempitnya itu.

"Bolos sehari ya, tolong lah, aku akan membayar mu setara satu bulan gaji mu di tempat kerja, qdal kamu mau menemani ku, cukup mengemudi dan menjadi teman curhat ku, kita berkeliling seharian," ajak Raya terus membujuk agar Toni mau mengabulkan permintaannya.

"Aku bukan pria bayaran !" ketus Toni, sepertinya dia tersinggung dengan ucapan Raya yang bersedia membayarnya setara satu bulan gaji asalkan dirinya mau menemani gadis galau itu.

"So--- sorry,, aku gak ada maksud ke sana." gugup Raya terbata, dia tau kalau saat ini Toni sedang tersinggung dan marah atas ucapannya.

"Lebih baik kau pulang, tak pantas seorang gadis keluyuran sampai tak pulang !" ucap Toni.

"Tolong, aku tak ingin pulang hari ini, aku hanya ingin menenangkan diri ku, antar aku ke suatu tempat, anggaplah ini hadiah ulang tahun dari mu untuk ku," Raya si gadis manja dan tengil itu menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya seraya memohon pada Toni.

Toni merasa tak tega melihat Raya memohon seperti itu pada dirinya, tanpa berbicara apapun, akhirnya Toni kembali melajukan kendaraan mewah itu.

"Ke arah luar kota, kita akan ke Bandung !" ucap Raya dengan entengnya.

"Jauh sekali ?!" protes Toni.

"Ya sudah, tepikan saja mobilnya, kamu boleh pulang naik taksi, aku akan menyetir sendiri, ke sana," ucap Raya lirih dengan nada seperti putus asa.

Toni menghela nafas kasar, sepertinya sudah tak ada pilihan lain selain mengantarkan gadis manja itu ke tempat yang dia inginkan, tak mungkin juga baginya membiarkan Raya berkendara sendirian dini hari seperti ini ke luar kota.

Meski dengan hati yang agak sedikit dongkol, karena dengan terpaksa harus mengikuti keinginan gadis yang baru dua kali di temuinya itu, namun Toni tetap mengantarkan Raya, menembus gelapnya malam dan membelah jalanan yang sepi karena tak banyak orang beraktivitas pada saat itu , dimana waktu sudah menunjukan pukul tiga dini hari.

Raya sejak tadi tak tidur dan menemani Toni berkendara, meski tak banyak yang mereka bicarakan di sepanjang perjalanan panjang itu, namun setidaknya tidak ada perdebatan lagi di antara mereka.

Setelah mereka keluar dari jalan tol, Raya menunjukkan arah jalan yang harus mereka lalui.

Matahari pagi sudah bersinar meski agak malu malu saat mereka tiba di sebuah perkebunan teh yang terhampar luas, kabut tipis nampak mengiasi pucuk pohon teh yang menjadi pemandangan di kiri dan kanan jalan yang mereka lalui.

"Berhenti di sana !" tunjuk Raya pasa sebuah bangunan seperti rumah kuno jaman dulu, tapi masih tampak terawat, terlihat dari halaman luas rumah itu yang bersih meski pepohonan rindang mengelilingi rumah itu, pasti seseorang setiap hari membersihkan daun daun kering yang jatuh di sana.

"Ayo, turun !" ajak Raya.

Masih dengan mode bisunya, Toni mengekor langkah Raya,di lihatnya pemandangan sekitar, itu sungguh menakjubkan bagi Toni yang setiap hari hanya bertemu dengan kamar kost nya yang sempit, sasana tinju, dan klub malam.

Tak sia sia berkendara hampir lima jam ke tempat ini, pikir Toni.

"Ayo masuk !" seru Raya lagi, karena Toni lebih memilih duduk di kursi ters rumah tua itu.

"Kau masuk lah duluan, aku ingin menikmati suasana sambil menikmati ini !" ucap Toni seraya mengacung kan sebungkus rokok yang kemudian dia geletakan di atas meja kayu jati yang ada di hadapannya.

Raya hanya memajukan bibirnya dan berlalu masuk ke dalam rumah itu.

Lima menit kemudian, Raya keluar membawa dua cangkir minuman di tangannya, segelas teh untuknya dan kopi untuk Toni.

"Katanya ngerokok lebih enak kalo di temenin kopi," seloroh Raya sambil menyodorkan cangkir berisi kopi yang masih mengepulkan asap, Toni hanya melirik cangkir itu sekilas lalu mengalihkan lagi pandangannya ke hamparan kebun teh yang lebih menarik perhatiannya.

Masih terlihat ramai pekerja sedang memetik pucuk teh, kadang mereka saling bersenda gurau dan tertawa lepas di sela melakukan pekerjaannya.

"Aku membuatnya sendiri, lho,,,!" ujar Raya yang merasa dirinya kini di abaikan Toni, karena Toni lebih tertarik menatap para pekerja di kebun.

Tapi pandangan Toni masih saja tertuju ke hamparan hijau pohon teh.

"Apa ada pekerja kebun yang sedang kau taksir di sana ? Dasar playboy, ingat Cila, woy,,,!" ucap Raya menggerak gerakan tangannya di depan wajah Toni, agar pria aneh itu berhenti memandangi kebun dan para pekerja, entah kenapa hatinya tak suka melihat Toni tertarik dengan hal lain, sementara dirinya ada di hadapan pria itu.

Kali ini usaha Raya berhasil, Toni beralih melirik kopi yang konon Raya buat itu, lalu meraih gagang cangkir itu dan menyeruputnya perlahan.

"Tadinya aku sempat ragu mau meminum kopi buatan mu, aku tak yakin, gadis manja yang hanya tau shopping dan hura hura bisa membedakan mana gula dan mana garam,tapi,,,rasa kopi buatan mu tidak buruk !" ucap Toni yang lumayan membuat Raya kesal dengan ucapan pria tanpa ekspresi itu.

"Kau memang lebih baik tak bersuara, ucapan mu menyebalkan !" cebik Raya, sementara Toni hanya tersenyum tipis bahkan hampir tak terlihat, sambil terus menikmati kopinya.

"Aku akan ke sana, kamu mau ikut ? Hanya sebentar, setelah itu kita pulang," kata Raya menunjuk jauh suatu tempat di depannya.

"Ayo,!" ucap Toni seraya bangkit dari tempat duduknya.

Toni ingin menikmati tempat yang indah itu, dia merasa akan sangat rugi jika hanya duduk menunggu Raya di teras rumah, sementara pemandangan alam di sana sangat memanjakan mata.

"Apa masih jauh ?" tanya Toni, setelah sekitar sepuluh menit mereka berjalan menyusuri perkebunan tapi tempat yang di tuju Raya belum sampai juga.

"Apa kamu lelah ?" ledek Raya dengan seringai mengejek.

"Cih, tentu saja tidak !" decih Toni.

Raya memasuki sebuah area pemakaman yang letaknya memang agak jauh dari perkebunan.

"Kamu akan bosan jika ikut aku ke dalam, jika kamu malas, kamu boleh berjalan jalan di sekitar sini, sepuluh menit kemudian kita bertemu lagi di sini," ucap Raya, yang lantas di angguki Toni tanpa pertanyaan apapun.

Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Tiga
4 Empat
5 Lima
6 Enam
7 Tujuh
8 Delapan
9 Sembilan
10 Sepuluh
11 Sebelas
12 Dua Belas
13 Tiga Belas
14 Empat Belas
15 Lima Belas
16 Enam Belas
17 Tujuh Belas
18 Delapan Belas
19 Sembilan Belas
20 Dua Puluh
21 Dua Satu
22 Dua Dua
23 Dua Tiga
24 Dua Empat
25 Dua Lima
26 Dua Enam
27 Dua Tujuh
28 Dua Delapan
29 Dua Sembilan
30 Tiga Puluh
31 Tiga Satu
32 Tiga Dua
33 Tiga Tiga
34 Tiga Empat
35 Tiga Lima
36 Tiga Enam
37 Tiga Tujuh
38 Tiga Delapan
39 Tiga Sembilan
40 Empat Puluh
41 Empat Satu
42 Empat Dua
43 Empat Tiga
44 Empat Empat
45 Empat Lima
46 Empat Enam
47 Empat Tujuh
48 Empat Delapan
49 Empat Sembilan
50 Lima Puluh
51 Lima Satu
52 Lima Dua
53 Jalani Saja
54 Kebahagiaan Palsu
55 Menukar Kebahagiaan
56 Hilangnya Arsan
57 Stay waras,,,Raya
58 Hati yang Porak Poranda !
59 Ketindihan Setan ?
60 Kondisi yang Rumit !
61 Double Date ?
62 Tamu Istimewa
63 Curhatan Mantan
64 Rencana Gila
65 Kucing Oren
66 Cila Vs Brina
67 Ayam Sayur
68 Sayang ?
69 Sama Sama Cemburu
70 Merubah Hitam Menjadi Pink
71 Perjalanan Dinas
72 Informasi oh Informasi !
73 Pria Belok
74 Hari Sial Sedunia
75 Rindu
76 Karma Karina
77 Rumah Siapa
78 Ada Hantu
79 Ijinkan Aku Egois
80 Pawang Singa
81 Namanya Juga Bucin
82 Bebaskan Aku
83 Biar Takdir yang Berbicara
84 Bukan Rambo !
85 Titik Terang
86 Berbahagialah Kalian !
87 Aku Cemburu
88 Kisah Karina
89 Rencana
90 Serangan Untuk Cila
91 Badut Ulang Tahun
92 Terlalu Bodoh
93 Buktikan
94 Godaan Lagi
95 Celetukan Maut
96 Saling Curiga
97 Yama
98 Tidak Tampan
99 Hilang
100 Lolongan Serigala
101 Tolong Bangunlah,
102 Apa tawaran mu masih berlaku ?
103 Ujian Cinta
104 Pura Pura Bahagia
105 Ayah !
106 Ini terlalu kejam,
107 Hampir saja
108 Yes I Do !
109 SAH !!!
110 LDR
111 Menderitalah lebih lama
112 Informasi
113 Perang segera dimulai!
114 Mengibarkan bendera perang,
115 Boom!
116 Kenapa Cila
117 Panen karma
118 Permohonan
119 Menjadi Narasumber
120 Palu Thor
121 Semua yang Tertunda
122 Detik-detik pertempuran
123 Ini Istri ku
124 Siapa itu?
125 Adik?
126 Duet Maut
127 Chaos
128 Ayah!
129 Awan Hitam
130 Itu bisa di atur
131 Bergerak
132 Beban !
133 Maju kena Mundur kena
134 Emosi
135 Hebat dan Pemberani
136 Kecewa
137 Jebakan
138 Kesepakatan?
139 Karma
140 Jebakan
141 Aku akan menikahi istri mu
142 Jompo
143 Musuh dalam Selimut
144 Perdebatan Batin
145 Pertemuan
146 Tendangan Maut
147 Bukan Malaikat
148 Bad News is Good News
149 'Ngeyel'
150 Perang dingin
151 Siasat
152 Di Luar skenario
153 Apa Semua Sudah Berakhir?
154 Dilema
155 Sahabat yang Menyusahkan
156 Kabar Bahagia
157 Aktris hebat
158 Tamu Tak Diundang
159 Robot
160 Semakin Berkobar
161 Dibalik Kematian Rolan
162 Kebohongan
163 Kolaborasi Cila
164 Hai Mantan,
165 Dari Hati ke Hati
166 Pasangan sakit jiwa
167 Monster Makan Tisyu
168 Kembali ke Pertempuran
169 Apa Kami Terlambat ?
170 Akhir kisah
Episodes

Updated 170 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Tiga
4
Empat
5
Lima
6
Enam
7
Tujuh
8
Delapan
9
Sembilan
10
Sepuluh
11
Sebelas
12
Dua Belas
13
Tiga Belas
14
Empat Belas
15
Lima Belas
16
Enam Belas
17
Tujuh Belas
18
Delapan Belas
19
Sembilan Belas
20
Dua Puluh
21
Dua Satu
22
Dua Dua
23
Dua Tiga
24
Dua Empat
25
Dua Lima
26
Dua Enam
27
Dua Tujuh
28
Dua Delapan
29
Dua Sembilan
30
Tiga Puluh
31
Tiga Satu
32
Tiga Dua
33
Tiga Tiga
34
Tiga Empat
35
Tiga Lima
36
Tiga Enam
37
Tiga Tujuh
38
Tiga Delapan
39
Tiga Sembilan
40
Empat Puluh
41
Empat Satu
42
Empat Dua
43
Empat Tiga
44
Empat Empat
45
Empat Lima
46
Empat Enam
47
Empat Tujuh
48
Empat Delapan
49
Empat Sembilan
50
Lima Puluh
51
Lima Satu
52
Lima Dua
53
Jalani Saja
54
Kebahagiaan Palsu
55
Menukar Kebahagiaan
56
Hilangnya Arsan
57
Stay waras,,,Raya
58
Hati yang Porak Poranda !
59
Ketindihan Setan ?
60
Kondisi yang Rumit !
61
Double Date ?
62
Tamu Istimewa
63
Curhatan Mantan
64
Rencana Gila
65
Kucing Oren
66
Cila Vs Brina
67
Ayam Sayur
68
Sayang ?
69
Sama Sama Cemburu
70
Merubah Hitam Menjadi Pink
71
Perjalanan Dinas
72
Informasi oh Informasi !
73
Pria Belok
74
Hari Sial Sedunia
75
Rindu
76
Karma Karina
77
Rumah Siapa
78
Ada Hantu
79
Ijinkan Aku Egois
80
Pawang Singa
81
Namanya Juga Bucin
82
Bebaskan Aku
83
Biar Takdir yang Berbicara
84
Bukan Rambo !
85
Titik Terang
86
Berbahagialah Kalian !
87
Aku Cemburu
88
Kisah Karina
89
Rencana
90
Serangan Untuk Cila
91
Badut Ulang Tahun
92
Terlalu Bodoh
93
Buktikan
94
Godaan Lagi
95
Celetukan Maut
96
Saling Curiga
97
Yama
98
Tidak Tampan
99
Hilang
100
Lolongan Serigala
101
Tolong Bangunlah,
102
Apa tawaran mu masih berlaku ?
103
Ujian Cinta
104
Pura Pura Bahagia
105
Ayah !
106
Ini terlalu kejam,
107
Hampir saja
108
Yes I Do !
109
SAH !!!
110
LDR
111
Menderitalah lebih lama
112
Informasi
113
Perang segera dimulai!
114
Mengibarkan bendera perang,
115
Boom!
116
Kenapa Cila
117
Panen karma
118
Permohonan
119
Menjadi Narasumber
120
Palu Thor
121
Semua yang Tertunda
122
Detik-detik pertempuran
123
Ini Istri ku
124
Siapa itu?
125
Adik?
126
Duet Maut
127
Chaos
128
Ayah!
129
Awan Hitam
130
Itu bisa di atur
131
Bergerak
132
Beban !
133
Maju kena Mundur kena
134
Emosi
135
Hebat dan Pemberani
136
Kecewa
137
Jebakan
138
Kesepakatan?
139
Karma
140
Jebakan
141
Aku akan menikahi istri mu
142
Jompo
143
Musuh dalam Selimut
144
Perdebatan Batin
145
Pertemuan
146
Tendangan Maut
147
Bukan Malaikat
148
Bad News is Good News
149
'Ngeyel'
150
Perang dingin
151
Siasat
152
Di Luar skenario
153
Apa Semua Sudah Berakhir?
154
Dilema
155
Sahabat yang Menyusahkan
156
Kabar Bahagia
157
Aktris hebat
158
Tamu Tak Diundang
159
Robot
160
Semakin Berkobar
161
Dibalik Kematian Rolan
162
Kebohongan
163
Kolaborasi Cila
164
Hai Mantan,
165
Dari Hati ke Hati
166
Pasangan sakit jiwa
167
Monster Makan Tisyu
168
Kembali ke Pertempuran
169
Apa Kami Terlambat ?
170
Akhir kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!