I Hate You
Nine years earlier ....
Satu embusan napas pelan kembali lolos dari mulut Hanna Osment. Matanya tak henti-hentinya menatap tak suka pada adegan yang terjadi beberapa meter dari mejanya. Di sana, empat orang siswa yang sedang tertawa puas mengerjai seorang siswa lainnya. Empat orang siswa itu menyuruh siswa tersebut untuk menari dengan gaya yang aneh.
Hanna menggerutu dalam hati. Baik di Amerika, maupun di Singapura kenapa penindasan yang begitu dibencinya masih saja terjadi? Ini adalah hari pertamanya bersekolah di River Halley High school, sekolah terbaik dan ter elit di Singapura. Awalnya, ia mengira bersekolah di tanah kelahirannya itu akan lebih baik daripada di Negri Paman Sam. Namun nyatanya, tidak berbeda sama sekali.
"Siapa mereka?" Hanna bertanya pada Michael, teman sekelas sekaligus teman sebangkunya yang makan di meja yang sama dengannya.
"Mereka Felix Alley Huang, Kevin Sang, Leo Zhang, dan Sean Hao. Mereka penguasa sekolah ini," jawab Michael sambil ikut menatap ke arah sumber kehebohan di Kafetaria itu.
"Penguasa?"
"Yap." Michael menoleh pada Hanna. "Kau tahu F4 di drama Boys Over Flower, 'kan? Nah, mereka adalah F4 di dunia nyata."
Hanna berdecih. "Aku tidak tahu kalau hal kekanakan seperti itu masih terjadi di Singapura."
Michael hanya mengangkat bahu sambil meringis.
Hanna kembali menatap kearah penindasan itu terjadi. Ini sudah tidak bisa dibiarkan lagi. Ia sungguh tidak tahan melihat hal semacam itu terjadi di depan matanya. Ia tidak bisa diam saja. Hanna bangkit dari duduknya, hendak menghampiri Felix Alley Huang dan teman-temannya itu. Namun, Michael mencekal pergelangan tangannya. "Hanna kau mau ke mana? Jangan bilang kalau-"
"Ya, Mic. Aku ingin menghentikannya. Aku tidak bisa diam saja." Hanna melepas cekalan tangan Michael. Michael hanya pasrah saat Hanna benar-benar berjalan ke meja Felix dan teman-temannya.
Hanna menghampiri meja Felix dan teman-temannya dengan waktu yang dibilang tepat. Saat itu, Felix baru saja akan menumpahkan saus ke baju siswa yang ditindas olehnya. Langsung saja Hanna mendorong botol saus itu hingga isinya mengenai baju Felix. Felix dan teman-temannya memekik kaget. Terutama Felix yang langsung memaki.
Perhatian semua murid yang ada di Kafetaria kini sepenuhnya ditujukan pada Hanna. Ini pertama kalinya ada murid yang berani menolong korban penindasan Felix dan teman-temannya. Selama ini, tidak ada seorang pun yang berani melawan mereka karena akan kekuasaan keluarga mereka. Terutama keluarga Felix.
Felix dan teman-temannya menatap Hanna terkejut. Kemudian, tatapan terkejut itu berubah menjadi tatapan terpana. Wajar bila mereka begitu karena itu pertama kalinya mereka melihat Hanna. Apalagi Hanna memanglah sangat cantik.
"Hentikan! Semua ini tidak lucu," ujar Hanna sambil menatap Felix dengan teman-temannya sengit. Felix dan teman-temannya langsung tersadar. Felix secepat kilat mengubah tatapannya menjadi tatapan marah.
"Apa yang telah kau lakukan, hah? Berani-beraninya kau membela si cupu ini. Kau pikir kau siapa? Dan lihat-" Felix menunjuk bajunya yang kotor oleh saus. "-bajuku kotor karenamu."
Hanna tersenyum sinis. "Kau bertanya siapa aku? Aku memang bukan siapa-siapa, tapi aku tidak suka penindasan." Hanna pun mengeluarkan tissue basah dari saku seragamnya. Ia mengacungkannya di depan Felix. "Pakailah ini untuk membersihkan bajumu." setelah mendorong kasar tissue itu ke dada Felix, Hanna langsung menarik tangan siswa yang ditolongnya untuk pergi. Namun, Felix sudah terlebih dahulu mencengkeram tangannya. Hanna pun menyuruh siswa yang ditolongnya agar segera pergi.
"Urusan kita belum selesai." Felix mendesis sambil menatap Hanna tajam. "Sebenarnya kau ini siapa? Kau tidak tahu ya, siapa aku, maka dari itu kau berani melawanku?"
"Aku tidak peduli kau itu siapa. Aku berani melawanmu karena aku benci pada seseorang yang suka menindas seperti dirimu."
"She's that girl!" Tiba-tiba, Sean berseru heboh sambil menunjuk Hanna. Hanna, Felix, dan Leo menatapnya bertanya-tanya.
Sean berdecak. "Dia ini Hanna Osment, si gadis pindahan dari Amerika yang sedang jadi perbincangan hangat hari ini."
Kevin menjentikkan jarinya. Dengan wajah berbinar, ia berkata, "Benar. Dia murid pindahan yang katanya cantik itu, 'kan? Woah, ternyata dia benar-benar cantik." Kevin menyeringai menatap Hanna. Leo yang tidak berkata apa-apa hanya bersiul menggoda Hanna.
"Oh, jadi kau murid pindahan?" Felix angkat bicara. Ia tersenyum sinis pada Hanna. "Kalau begitu, kau harus menerima salam perkenalan dulu dariku."
Hanna mengernyit tak mengerti dengan perkataan Felix. Sejurus kemudian, Felix menarik tubuh Hanna agar mendekat padanya. Hanna terkejut saat Felix dengan lancangnya mencium bibirnya. Teman-teman Felix langsung bersorak heboh. Murid-murid lain memekik terkejut, terutama murid perempuan. Hanna segera berontak dengan mendorong tubuh Felix. Namun, Felix justru ******* pelan bibirnya. Hanna melotot terkejut dan semakin mendorong tubuh Felix agar menjauh darinya.
Akhirnya, Felix pun menarik diri. Hanna langsung menghadiahi Felix dengan tamparan keras di pipinya. Wajah gadis itu terlihat sangat marah. "Brengsek!" Hanna memaki Felix dan langsung menghentakkan kakinya meninggalkan Kafetaria. Dan, Felix hanya menatap punggung Hanna yang menjauh tanpa ekspresi di wajahnya.
***
"Felix Alley Huang tidak akan melepaskanmu setelah apa yang telah kau lakukan padanya, Hanna."
Michael menyusul Hanna yang kabur ke atap sekolah. Kini, ia duduk di samping Hanna yang wajahnya masih mengeras karena amarah. Michael mengembuskan napas pelan. "Kau tahu, dengan menciummu dia telah menandaimu sebagai miliknya." Michael kembali berujar. Hanna menoleh terkejut pada Michael. Michael menatapnya serius.
"Apa maksudmu?"
"Seperti yang kukatakan tadi, dia tidak akan membiarkan hidupmu tenang di sekolah ini. Dia mungkin akan terus mengganggumu dan mengusikmu. Dan tidak ada satupun orang di sekolah ini yang boleh menyentuhmu dalam beragam makna kecuali dia."
Hanna mendengkus. Ia mengepalkan tangannya kuat. Felix Alley Huang brengsek! Hanna tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya. Ia bukannya marah karena Felix merebut ciuman pertamanya. Ia tidak seperti gadis-gadis lain yang peduli pada hal-hal semacam itu. Ini semua soal harga diri. Harga dirinya begitu terluka karena Felix menciumnya tanpa permisi di depan banyak orang seperti tadi.
"Maaf, tadi aku sudah mencoba memperingatkanmu, tapi ...."
Hanna mengangguk mengerti. Ia tersenyum tipis pada Michael yang tampak merasa bersalah padanya. "Aku tahu, Mic. Maaf karena aku bersikap egois dan tidak mau mendengarkanmu. Kau tidak perlu merasa bersalah seperti itu. Ini semua salahku. Kau tenang saja, aku bisa menghadapi Felix dan teman-temannya. Jangan khawatir."
"Aku akan membantumu menghadapi mereka." tekad Michael.
Hanna menggeleng. "Jangan, kau bisa dapat masalah nanti. Ini masalahku. Aku sendiri yang akan menghadapinya." Michael menatap Hanna ragu.
Hanna menghela napas frustrasi. "Mic, please trust me. Aku bisa menghadapi mereka sendiri. Apa pun yang terjadi, jangan terlibat dengan masalah ini, oke? Kalau aku kesulitan menghadapi mereka, aku akan mengatakannya padamu, bagaimana?"
Michael tampak berpikir. Sebenarnya ia tidak setuju dengan gagasan Hanna. Namun, melihat Hanna yang bersikeras ingin menghadapi Felix dan teman-temannya seorang diri, ia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Alhasil, ia pun terpaksa mengangguk setuju. Hanna tersenyum melihatnya. "Terima kasih, Mic."
"Anytime."
Hanna meneguhkan tekadnya bahwa ia tidak akan membiarkan Felix dan teman-temannya mengusik hidupnya seenak hati mereka.
Bersambung.
Tadi aku otak-otak data di HP lama, eh, ketemu sama cerita ini. Cerita ini udah lama banget, umurnya sudah dua tahun dan sebelumnya ini fanfiction, tetapi aku udah ubah namanya dan settingnya sebelum aku up di sini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Sugeng Yestiwi
berasa baca dracin ya shayyyyy....
2022-08-08
1
Erlin Pramudyas
halooo aq mampir kak, sweet sweet gimanaa gitu awal ceritanya 🥰
2022-06-04
2
Hikmah Junaedi
penulisan nama kurang teliti.contoh nya hanna jadi lisa.felix jadi michael.mohon diperhatikan.
2022-04-07
2