Part 2 - Lover Or Hate?

Suara dentuman musik menghentak ke segala penjuru Heaven club, club terbesar dan termewah di Singapura, ratusan manusia berpakaian mahal dan modis tampak meliuk-liukkan tubuhnya di atas lantai dansa. Tak jarang, di antara mereka ada beberapa pasangan yang saling mencumbu satu sama lain. Pemandangan yang sama terjadi di beberapa meja di pojok-pojok ruangan club itu.

Di antara manusia-manusia tersebut, tampak empat orang remaja yang sedang asyik menikmati hiburan malam disana. Mereka adalah Felix Alley Huang, Kevin Sang, Leo Zhang dan Sean Hao. Oh, jangan tanya bagaimana anak dibawah umur seperti mereka bisa masuk ke sana. Mereka punya banyak uang. Ditambah lagi, Kevin adalah putra pemilik Club itu. Jadi, bisa dipastikan kalau mereka bebas pergi ke sini kapanpun mereka mau. Bahkan, sudah bukan rahasia lagi kalau mereka sering minum dan one night stand di sini.

"Kau gila, Lix! Bagaimana bisa kau mencium Hanna di depan banyak orang seperti tadi?" Leo berkata. Ia menatap Felix sambil menggeleng tak percaya.

"Hey, sebenarnya apa yang kau pikirkan tadi? Aku tahu dia memang sangat cantik, tapi haruskah kau melakukannya? 'Salam perkenalan' Ck!" celetuk Kevin sambil menyeringai meneguk birnya. Di sampingnya, Sean hanya tertawa kecil sambil ikut menggeleng tak habis pikir.

Felix terpaku mendengar pertanyaan teman-temannya. Benar, untuk apa dia mencium Hanna? Ah, sebenarnya dia melakukan hal itu untuk mempermalukan Hanna. Ia ingin membalas perbuatan Hanna sekaligus menandai gadis itu agar tidak ada yang berani menyentuhnya. Felix ingin gadis itu menyesal karena telah berani mencari masalah padanya.

Namun, kenapa sekarang dia jadi terus teringat oleh wajah Hanna? Tidak hanya itu, jantungnya terus saja berdebar tak karuan setelah ciuman itu terjadi. Padahal, itu sudah kesekian kalinya ia mencium bibir seorang gadis. Melakukan yang lebih jauh dari itu pun pernah dilakukannya. Namun, itu semua Felix lakukan atas dasar nafsu dan Felix tidak berdebar ketika mengingatnya. Kali ini, semuanya sangat jelas berbeda. Felix tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya dan ia tidak menyukainya. Ia benci perasaan seperti itu. Akan tetapi, hatinya berkata bahwa ia menginginkannya. Ia menginginkan Hanna Osment.

Lantas, perasaan macam apa yang sebenarnya sedang ia rasakan?

"Woah, jangan-jangan kau jatuh cinta pada gadis itu, ya?!" Tiba-tiba Sean berseru. Felix, Leo, dan Kevin langsung menoleh terkejut padanya. Terutama Felix yang langsung mendelik karena seruannya.

"Jangan bicara sembarangan, Sean! Dia sudah mempermalukanku, jadi mana mungkin aku jatuh cinta padanya." Felix mendesis tak suka. Leo mengangkat bahu.

"Kenapa? Apa ada yang salah? Sadarlah kau, setelah ciuman itu, kau tampak berbeda? Kau jadi lebih pendiam dan sering melamun."

"Aku setuju dengan perkataan Sean." Leo angkat bicara. Ia menatap Felix serius. "Kau memang tampak berbeda, Sepupuku. Aku sudah mengenalmu dari kecil. Jadi, kalau ada yang berbeda sedikit saja darimu, aku pasti tahu."

Felix mendengkus. Presensi macam apa itu? Jatuh cinta? Mana mungkin?! Dalam kamus seorang Felix Alley Huang hanya ada ambisi dan nafsu. Mustahil seorang yang bersikap dingin seperti dirinya jatuh cinta. Apalagi, kepada Hanna Osment yang terang-terangan melawannya. Ugh, bukan khas Felix sama sekali.

"Ah, sudahlah, Lix! Terima saja kenyataan bahwa kau memang mencintainya. Lagipula, dia cantik. Bahkan, dia jauh lebih cantik daripada gadis-gadis yang sering mengejarmu atau yang pernah tidur denganmu," timpal Kevin. Ia berkedip pada Felix yang menatapnya tajam.

"Terserahlah!" Felix bangkit dari duduknya. Ia pun segera pergi dari temannya yang menjengkelkan itu untuk pulang. Hari ini, ia benar-benar kacau. Tidur adalah solusi terbaik yang harus dilakukannya.

Sementara itu, sepeninggal Felix, Kevin, Leo, dan Sean justru tertawa geli. Mereka tidak menyangka bahwa Felix itu bisa uring-uringan hanya karena seorang gadis. Yeah, ini pertama kalinya Felix bisa begitu marah saat membahas seorang gadis.

***

Dengan kecepatan yang luar biasa, Felix mengendarai mobilnya melaju membelah jalan. Ia tidak peduli pada kondisi jalanan yang masih lumayan ramai mengingat saat ini memang masih pukul sembilan malam. Felix begitu karena ia terus saja memikirkan perkataan teman-temannya mengenai Hanna. Ditambah lagi bayangan wajah Hanna selalu menghantui pikirannya.

Sungguh, ia frustrasi pada perasaannya sendiri. Ia tidak mengerti perasaan apa yang sedang dirasakannya. Kenapa seorang gadis yang sama sekali tidak tertarik kepadanya justru bisa membuat perasaannya kacau seperti ini? Benarkah ia ... jatuh cinta? Bagaimana bisa? Felix bahkan baru bertemu sekali dengan Hanna.

"Aargh!" Felix mengacak rambutnya frustrasi. "Hanna Osment sialan!"

Mobil Felix berdecit saat ia berhenti di lampu merah. Ia mengarahkan pandangannya ke luar untuk mengalihkan perhatian. Namun, seketika ia membeku. Gadis yang sejak tadi membuatnya uring-uringan ada di halte bus yang berada tak jauh dari lampu merah. Gadis itu tidak sendirian, ia bersama Michael. Mereka sepertinya sedang menunggu bus bersama sambil saling tertawa.

Saat itulah jantung Felix kembali berulah. Penyebabnya adalah senyum dan tawa lepas Hanna yang begitu mempesona. Namun, ada perasaan lain yang menggerayanginya. Perasaan seperti marah, perasaan ingin mengganti posisi Michael.

Felix cemburu.

***

Hari ini benar-benar aneh. Hanna baru saja datang dan langsung diberi ucapan selamat. Selamat untuk apa? Hanna tidak sedang berulang tahun hari ini, omong-omong. Tidak hanya ucapan selamat, para siswi sebagian menatapnya sinis dan bahkan saling berbisik. Ada apa sebenarnya?

Begitu Hanna memasuki kelasnya, situasi yang sama juga melandanya. Teman-teman sekelasnya juga mengucapkan selamat padanya. Para siswi di kelasnya juga melakukan hal yang sama dengan sebagian siswi yang ia temui di luar kelasnya. Hanna semakin bingung ketika tiba-tiba Michael menariknya untuk segera duduk di bangku mereka.

Michael kemudian menyerahkan ponselnya pada Hanna. Hanna pun menerima ponsel Michael dengan penasaran. Rupanya, Michael membuka website sekolah dan di sana ada berita yang Felix umumkan bahwa ia dan Hanna sudah resmi berpacaran.

"Apa-apaan ini?! Aku dan Felix tidak berpacaran." Hanna memekik tak terima. Ia menatap layar ponsel Michael tak percaya. "Kenapa dia mengumumkan berita bohong seperti ini? Apa maunya?" Hanna menyerahkan ponsel Michael. Wajahnya kini tersungut-sungut marah.

Michael menggeleng tak mengerti. Tiba-tiba, ia terkesiap saat Hanna bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kelas. "Hanna!"

Hanna terus berjalan keluar kelas. Ia tidak mempedulikan Michael yang terus-terusan memanggil namanya dan bahkan mengejarnya. Hanna harus menemui Felix dan meminta penjelasannya. Kalau perlu, ia juga ingin menghabisinya.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

susi 2020

susi 2020

😎😎😎🥰

2023-04-07

0

susi 2020

susi 2020

😘😘😭

2023-04-07

0

YuWie

YuWie

wowww..f4

2022-06-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!