Hanna menatap tak suka pada pantulan dirinya di cermin. Rasanya ingin sekali ia menenggelamkan dirinya sendiri ke dalam laut saat ini. Lihatlah, ia benar-benar tampak murahan sekarang. Gaun yang dipakai olehnya lah penyebabnya.
Sebenarnya gaun merah itu sangat cantik. Gaun itu adalah gaun dengan lengan terbuka yang panjangnya mencapai mata kaki, tetapi berbelahan tinggi di daerah paha hingga betis kanan. Bagian punggungnya sangat terbuka, mempertontonkan keseluruhan punggung mulusnya. Sungguh, rasanya Hanna seperti telanjang. Ia tidak pernah berpakaian seterbuka ini sebelumnya.
Untung saja pelayan tidak memberikan riasan yang terlalu tebal sehingga ia tidak tampak seperti ****** sungguhan.
"Suami macam apa yang membiarkan istrinya memakai pakaian yang mengekspos tubuhnya seperti ini? Dasar tidak waras!" maki Hanna sambil menuruni anak tangga menuju ruang tengah. Felix sudah menunggunya di sana.
"Ayo berangkat!" Hanna berujar ketus sesampainya ia di hadapan Felix.
Felix yang tadinya membelakangi Hanna kini berbalik. Dia meneliti penampilan Hanna dari ujung kaki hingga ujung kepala. Rahang Felix mengeras, kemudian dia memaki cukup kencang.
"Sial!"
"Ap-mmp!"
Hanna terkejut saat Felix tiba-tiba menarik tengkuk Hanna dan menyatukan kedua material basah milik mereka. Hanna memberontak, tetapi Felix tetap mengecap manis bibirnya. Dia ******* bibir atas dan bawah Hanna bergantian.
Setelah beberapa detik, barulah Felix menjauhkan tubuhnya dari tubuh Hanna disertai geraman.
"Kau sudah gila?! Lihat, lipstikku berantakan karenamu!" omel Hanna. Wanita itu mengambil cermin dari dalam clutch yang dibawanya. Dengan mengerucutkan bibir kesal, ia memperbaiki riasannya yang berantakan.
Sementara itu, Felix berdecih. "Masih untung aku tidak menerkammu di sini saat ini juga, Hanna. Kau tahu, penampilanmu membuatku ingin berada didalammu detik ini juga, tetapi aku menahannya."
Hanna menatap Felix tak percaya kemudian tergelak pelan. "Dasar mesum! Salahmu sendiri memberikanku gaun yang begitu terbuka seperti ini. Kau tahu, aku seperti tel—"
"—diamlah atau aku akan benar-benar menerkammu di sini!"
Hanna terbungkam dengan ancaman Felix. Namun, raut wajahnya menunjukkan bahwa ia masih kesal. Ayolah, siapa suruh dia Memberikan gaun sialan ini pada Hanna? Mana ia tahu kalau memakai gaun ini saja sudah bisa memancing hasrat Felix, bukan?
"Daripada bertengkar, lebih baik kita berangkat sekarang."
Felix berjalan mendahului Hanna yang mencibirnya dengan berbagai macam umpatan dan makian. Tentu saja, Felix tidak mendengarnya karena Hanna mengatakannya didalam hatinya. Bahkan, ia juga berandai-andai betapa menyenangkannya kalau heels yang dipakainya bisa terlempar mengenai kepala pria itu.
***
Jepretan kamera menyambut kedatangan Felix dan Hanna saat mereka memasuki ballroom Paradise Hotel. Seperti biasa, Felix hanya memasang wajah datarnya menghadapi para wartawan yang mengabadikan ia dan Hanna dalam sebuah foto. Sementara itu, Hanna yang terpaksa merangkul mesra lengan Felix hanya menyunggingkan senyum tipis yang juga dipaksakan.
Wartawan-wartawan itu mencecar dengan berbagai macam pertanyaan. Namun, Felix dan Hanna langsung berlalu tanpa menjawab satu pun pertanyaan-pertanyaan tersebut. Hanya senyum tipis yang sesekali Hanna berikan sebagai respon. Berbeda dengan Felix yang tampak tak acuh.
"Jadi, ini alasanmu mengajakku ke pesta ini?" bisik Hanna sedikit kesal. Mereka sudah terbebas dari kungkungan para wartawan yang mengerumuni mereka. Sungguh, ia tidak suka menjadi objek foto banyak kamera seperti tadi. Ia tidak suka jika harus menjadi pusat perhatian orang banyak.
Felix tersenyum sinis. "Aku sudah tahu kalau aku pasti akan menjadi pusat perhatian para wartawan seperti tadi. Maka dari itu, aku mengajakmu agar tidak bertanya macam-macam perihal ketidakhadiranmu. Bagaimana pun aku tidak ingin mereka berspekulasi macam-macam soal kita."
"Tapi kau kan bisa bilang aku sakit atau apa pun itu! Aku tidak suka menjadi pusat perhatian untuk kedua kalinya setelah resepsi pernikahan kita waktu itu."
"Sayangnya, aku tidak peduli kau suka atau tidak."
Hanna menatap kesal pada Felix yang terus menggiringnya semakin memasuki ballroom hotel baru milik Kevin itu.
Hanna memindai sekeliling ruangan yang bernuansa emas itu. Banyak sekali orang-orang yang berwajah asing dimatanya. Namun, ada juga yang ia kenali, yaitu para politisi dan selebritis. Ada juga beberapa orang yang sempat Hanna kenal sebagai rekan bisnis ayahnya-mungkin Felix juga.
Karena sibuk memindai ruangan, Hanna sampai tak sadar kalau kini ia dan Felix tengah berjalan menghampiri si pemilik hajat-Kevin-yang sedang sibuk berbincang dengan Leo dan Sean.
"Hey, Brother! Akhirnya kau datang juga!" seru Sean yang menyadari kedatangan Felix dan Hanna.
Lantas, Kevin dan Leo pun mengarahkan atensi mereka pada sepasang suami istri itu. Kevin tersenyum tak kalah lebar dari Sean. Namun, Leo tampak terkejut dan canggung.
Felix sepertinya menyadari sikap canggung Leo karena dia langsung melirik Leo dan tersenyum sinis. Dia melirik Hanna yang masih merangkulnya. Wanita itu tampak biasa saja.
Namun, ketika mereka berdua semakin mendekat, raut wajah ketiga sahabat itu perlahan berubah. Mereka seperti ... takjub?
"Aku tahu, istriku terlihat seksi malam ini, bukan?" seloroh Felix sambil tersenyum miring.
Dia merasakan tubuh Hanna yang menegang. Wanita itu bahkan menoleh terkejut pada Felix yang tidak balas menatapnya.
Leo, Kevin, dan Sean seketika mengalihkan pandangan mereka dari Hanna ke Felix.
"Oh? Ah, ya. Hanna terlihat ...." Kevin tertawa sedikit canggung. "... seksi."
Di samping Kevin, Sean hanya tersenyum canggung sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sebagai respon dari perkataan Felix. Sedangkan Leo tampak tidak nyaman dengan perkataan sepupunya itu. Pria itu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Hanna beda lagi, ia tampak kesal dengan perkataan Felix yang seolah merendahkannya.
"Well, selamat atas peresmian hotel barumu, Kevin," ujar Felix beberapa saat kemudian.
Kevin tersenyum lebar. "Terima kasih juga telah menyempatkan diri untuk datang, Bro. Aku tahu kau sedang sibuk mengurus proyek barumu itu, tapi aku tidak menyangka kalau kau sudi untuk datang ke sini bersama istrimu."
Felix menyeringai. "Mana mungkin aku tidak menghadiri pesta sahabatku sendiri? Justru kukira kau tidak mau mengundangku karena masih marah soal pertemuan terakhir kita di kantorku waktu itu."
"Siapa yang marah? Aku hanya tidak nyaman saja dengan candaanmu itu, kau tahu." Kevin mendengkus. "Lagipula aku tidak menyangka saja kau bisa bicara seperti itu."
Felix menyeringai. Sementara Hanna, Leo, dan Sean tampak kebingungan.
"Memang apa yang Felix katakan?" Sean bertanya. Dia mengerutkan kening penasaran.
Kevin hendak menjawab pertanyaan Sean, tetapi Felix lebih dulu berkata, "Aku mengatakan kalau Hanna mungkin saja bisa menghangatkan tubuhnya."
Hanna, Leo, dan Sean langsung melotot terkejut begitu mendengar perkataan frontal Felix itu. Hanna sampai melepaskan rangkulan tangannya pada lengan Felix. Sepertinya, ia sakit hati pada perkataan Felix karena tatapan dan raut wajah menunjukkannya dengan sangat jelas.
"Kenapa reaksi kalian seperti Kevin waktu itu sih? Aku kan hanya bercanda," ujar Felix ringan.
"Tapi bercandamu itu keterlaluan, Felix. Bagaimana mungkin kau bicara seperti itu soal istrimu sendiri? Seolah-olah Hanna itu wanita murahan saja." Leo angkat bicara. Raut wajahnya menunjukkan kalau ia tidak suka dengan pernyataan Felix.
Kini, semua orang menatapnya heran. Termasuk Hanna yang merasa tidak percaya atas pembelaan Leo terhadap dirinya. Di sampingnya, Felix menatap Leo tajam.
"H-hei Leo, jangan bereaksi berlebihan!" Sean menonjok pelan bahu Leo sambil tertawa canggung. "Mana mungkin Felix membiarkan Hanna menghangatkan tubuh orang lain? Dia kan sangat mencintai istrinya bahkan setelah mereka berpisah selama sembilan tahun lamanya. Buktinya, mereka sekarang menikah."
"Benar," ujar Felix sambil merangkul Hanna yang tadi sempat menjauhkan diri darinya. Dia kemudian menatap Hanna dengan tatapan yang begitu intens. Tatapan kesal yang ditunjukkan Hanna kini perlahan melembut.
"Aku sangat mencintai Hanna. Aku mencintainya sejak dulu bahkan hingga sekarang. Maka dari itu ...." Felix mengalihkan pandangannya pada Leo yang masih tampak kesal. "Aku tidak membiarkan seseorang membiarkannya pergi dari sisiku."
Leo yang merasa bahwa tatapan tajam Felix ditujukan padanya, segera mengalihkan pandangannya sembari mendengkus.
Sementara Hanna? Wanita itu tampak syok mendengar pernyataan yang dilontarkan Felix. Ia tidak tahu apakah Felix berbohong soal itu atau tidak, tetapi yang jelas ia merasakan sesuatu yang tidak pernah ia rasakan ketika mendengar pernyataan Felix selama ini soal perasaanya. Yaitu perasaan berdebar.
"Nah, kau dengar sendiri perkataan Felix, bukan? Aku tidak menyangka bahwa kau bisa mengatakan hal seromantis itu, Fel." Sean tersenyum bangga sambil bertepuk tangan. Kevin juga ikut menonjok pelan bahu Felix sambil tersenyum lebar.
Sementara Leo yang sejatinya mengetahui kebenaran soal pernikahan Felix yang bukan berlandaskan cinta itu hanya mampu bungkam.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Ronawati Bend
ceritanya bikin nagih thoor.
2022-12-19
3