Part 14

Cahaya matahari mulai masuk melalui celah-celah gorden kamar yang didominasi oleh warna putih gading itu. Di atas ranjang berwarna merah, seorang wanita masih tertidur pulas dalam keadaan tak berbusana di balik selimut. Ia tampak kelelahan setelah pergulatan panas bersama sang suami semalaman. Wanita itu tiada lain dan tiada bukan adalah Hanna.

Lima minggu sudah berlalu sejak insiden di mana Felix sang suami menghukumnya di atas meja kerjanya dengan cara paling tidak manusiawi yang pernah Hanna ketahui. Selama itu pula hampir setiap malam Felix selalu memintanya untuk memuaskan nafsunya. Tak peduli selelah apa pun Hanna, Felix akan tetap meminta jatahnya, sekali pun itu dengan unsur pemaksaan. Jadi, jangan heran kalau hampir setiap pagi Hanna selalu mendapat luka lebam di wajah ataupun tubuhnya.

Kedua mata Hanna perlahan terbuka karena sinar matahari yang mulai menusuk matanya. Hanna menoleh ke samping. Dengkusan kasar serta merta keluar dari bibirnya. Ya, tentu saja samping ranjangnya kosong karena Felix selalu pergi meninggalkannya sendiri di kamar itu setelah ia sudah mencapai kepuasannya. Hanna memang sudah menduga kalau ia tidak akan pernah menemukan sosok Felix di sampingnya, tetapi ia tetap saja mengecek keberadaan Felix hanya untuk memastikannya.

Hanna menegakkan tubuhnya dan duduk bersandar di dashboard ranjang. Dipandanginya keadaan ranjang dan tubuhnya yang tampak berantakan. Tawa miris keluar dari bibirnya.

"Sepertinya aku lebih pantas disebut jalangnya atau budak seksnya dibandingkan istrinya," ujar Hanna sinis, mencemooh dirinya sendiri.

Benar, lima minggu ini Hanna merasa kalau statusnya tak lebih sebagai seorang ****** atau budak *** bagi seorang Felix Alley Huang karena Felix hanya akan menemuinya kalau pria itu ingin memenuhi kebutuhan biologisnya. Bahkan, sikapnya saja lebih dingin daripada sebelum insiden itu terjadi.

Hanna mengembuskan napas lesu secara perlahan. Terserahlah, ia tak peduli dengan statusnya itu bagi Felix. Toh, sejak awal ia tahu kalau pernikahannya itu hanyalah omong kosong belaka.

Lantas, Hanna membungkus tubuh polosnya dengan selimut dan segera pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri menghilangkan aroma bercinta yang menguar dari tubuhnya.

***

Leo Zhang kembali menyesap kopinya yang hampir semenit ini dia diamkan. Saat ini, dia tengah bersantai di balkon apartemen mewahnya. Menikmati udara pagi sambil minum kopi di balkon apartemennya itu memang menjadi salah satu kegiatan favoritnya.

Leo mengembuskan napas perlahan. Lima minggu yang lalu, dia hampir saja ketinggalan momen favoritnya ini karena seorang wanita. Tebak, siapa wanita itu? Benar, dia adalah Hanna Osment, istri dari sepupunya sendiri.

Lantas, ingatannya kembali pada percakapannya dengan Felix tepat sehari setelah kunjungan terakhirnya ke mansion sepupunya itu ketika Felix datang ke kantornya.

Flashback.

"Apa tujuanmu sebenarnya mengunjungi istriku kemarin? Kau tidak berpikir untuk merebutnya dariku, 'kan?"

"Sama sekali tidak. Aku hanya khawatir padanya."

"Cih, khawatir? Atas dasar apa kau mengkhawatirkanya? Di istriku, Leo. Jangan coba-coba mendekatinya! Kau tahu kan, sudah berapa banyak orang yang kusakiti dan kuhancurkan hanya demi mendapatkannya? Aku tidak ingin menyakiti dan menghancurkanmu. Jadi, menjauhlah darinya."

"Sudah kubilang aku tidak ingin merebutnya darimu, Felix. Aku hanya khawatir kau menyakitinya sama seperti kau menyakiti orang-orang disekitarnya. Kumohon, berhentilah menyakitinya. Aku tahu, tujuanmu menikahinya hanyalah untuk membalas penolakannya padamu sembilan tahun yang lalu, 'kan? Kau tidak lagi mencintainya seperti waktu SMA dulu. Kau membencinya sama seperti kau membenci mendiang So-"

"Tahu apa kau soal perasaanku?! Aku mencintainya atau membencinya itu bukan urusanmu. Dia istriku, milikku. Jadi terserah padaku bagaimana aku akan memperlakukannya. Bukankah aku sudah pernah mengatakannya padamu? Jadi, berhentilah ikut campur!"

"Aku hanya tidak ingin kau menyesal dikemudian har-"

"Terserah! Aku sama sekali tidak peduli dengan apa yang akan kurasakan di kemudian hari. Yang kupedulikan saat ini hanyalah menuntaskan apa yang menjadi keinginanku sejak lama, dan, tidak ada seorang pun yang menghentikanku, termasuk dirimu."

Flashback end.

Leo memejamkan kedua matanya kemudian menghela napas berat. Felix, sepupunya itu memang sosok yang keras kepala sejak dulu. Apa yang menjadi keinginannya harus terpenuhi bagaimana pun caranya. Pria itu tak segan untuk menghalalkan segala macam cara guna mendapatkan apa yang ia inginkan.

Sejujurnya, Leo sedikit menyesalkan sifat Felix yang satu itu. Apalagi, kalau sesuatu yang diinginkan pria itu sampai membuatnya menjadi selayaknya monster seperti sekarang. Ia tidak pernah menyangka bahwa seorang Hanna bisa membuat Felix berbuat hingga sejauh ini. Tidak pernah.

Namun, setelah ditelisik kembali, tidak hanya Felix yang bisa berubah karena wanita itu. Leo pun pernah merasakannya tujuh belas tahun yang lalu. Bahkan, hingga saat ini ia masih mengingat dengan jelas bagaimana senyuman gadis itu bisa mengubah sosok Leo yang begitu rapuh hingga bisa berdiri kokoh setegar sekarang.

Bagi Leo Zhang, Hanna Osment bukan hanya sekedar sepupu iparnya. Wanita itu adalah sosok tingkerbell bagi dirinya. Maka dari itu, saat ini ia mencoba untuk menjadi sosok paterpan untuk Hanna.

Sebab, penyebab kerapuhan yang dialaminya dulu kini terjadi pada Hanna. Karena itulah Leo bertekad untuk melindungi Hanna dari kebencian Felix. Ia tidak ingin baik Hanna ataupun Felix mengalami nasib yang sama dengan ayah dan ibunya, orang tuanya.

***

Hanna tertawa geli saat menyaksikan adegan di layar televisi yang saat itu sedang menayangkan acara komedi tengah malam. Malam ini entah kenapa ia tidak bisa tidur. Jadi, ia memutuskan untuk menonton televisi saja dengan harapan ia akan lebih cepat mengantuk.

Well, sebenarnya hampir setiap malam Hanna memang tidak pernah bisa tidur dalam artian benar-benar tidur karena Felix selalu menemuinya untuk melakukan **** beronde-ronde yang akan membuat Hanna terjaga hingga menjelang pagi. Namun, rupanya Felix belum pulang juga hingga selarut ini. Jika harus memilih, sebenarnya Hanna bisa saja memanfaatkan kondisi ini untuk tidur nyenyak di kamarnya. Sayang, ia justru tidak bisa tidur malam ini.

"Kalau kau mengantuk tidur duluan saja," ucap Hanna pada John yang menemaninya menonton televisi.

John terkesiap. Ia yang tadi sudah hampir tertidur dalam posisi berdiri, seketika menegakkan tubuhnya kembali. "Ah tidak apa-apa, Nyonya. Saya menemani Nyonya hingga selesai menonton saja," jawab John dengan suara parau.

Hanna tersenyum. "Astaga, kau tidak perlu memaksakan dirimu! Kalau kau mengantuk, tidur saja. Aku tahu kau pasti lelah mengikutiku terus seharian, bukan?"

"Tidak apa-apa, Nyonya. Sudah tugas saya selalu berada di sisi Nyonya baik ketika dibutuhkan maupun tidak. Saya akan tidur setelah Nyonya tidur." John membalas dengan senyum tipis.

Hanna berdecak sambil menggelengkan kepalanya tak percaya. Astaga, pengawalnya itu memang keras kepala. Akan tetapi, akhir-akhir ini Hanna mulai menyukai sikap John yang sangat patuh pada perintah atasannya, walaupun sebenarnya perintah itu sangat menyebalkan baginya dan terkesan berlebihan. Apalagi, sikap John tidak sekaku lima minggu yang lalu padanya. Pria itu sudah lebih banyak tersenyum dan berbicara padanya.

"Ya sudah, kalau begitu aku juga tidur sekarang saja. Lagipula, acaranya sudah tidak menarik lagi."

Hanna mematikan televisi dan mulai beranjak ke kamarnya. Namun, belum sempat ia melangkahkan kakinya, John sudah lebih dulu menahannya. Wajahnya menunjukkan rasa tidak enak hati.

"Kalau masih belum mengantuk, lanjutkan saja menonton televisinya, Nyonya. Nyonya tidak perlu berhenti karena saya."

"Aku memang sudah mengantuk kok. Lagipula, acaranya sudah selesai. Minggirlah! Aku ingin pergi ke kamar."

Akan tetapi, John tak juga menyingkir dari hadapan Hanna. Lagi-lagi, Hanna berdecak kesal.

"Ya ampun, John! Berhentilah merasa tak enak hati padaku seperti itu! Aku benar-benar ingin tidur sekarang."

Akhirnya setelah mendengar kekesalan nyonyanya, John mempersilahkan Hanna untuk pergi ke kamarnya. Kemudian, setelah memastikan Hanna benar-benar masuk ke kamarnya, barulah John masuk ke kamarnya sendiri.

***

Hanna tidak tahu sudah berapa lama ia tertidur, yang jelas keadaan langit masih cukup gelap saat ia terbangun. Ia bisa menyimpulkan bahwa ia hanya tidur sebentar. Pelan-pelan, Hanna mengerjapkan matanya lalu bangun dari posisi berbaringnya. Wanita bersurai kecokelatan itu lantas bangkit dari ranjang dan hendak pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Ya, Hanna mudah terbangun di malam hari jika ia sedang kehausan.

Hanna keluar dari kamarnya kemudian berjalan dengan cukup perlahan menuju dapur. Namun, langkahnya kian melambat dan ia sedikit mengernyit heran saat mendapati kamar Felix yang pintunya sedikit terbuka dengan keadaan lampu yang masih menyala dari kejauhan. Apa Felix sudah pulang? Tapi, kenapa Felix tidak meminta jatah seperti biasanya?

Hanna berusaha mengenyahkan rasa heran dibenaknya kemudian kembali melangkahkan kakinya dengan langkah yang lebih cepat. Namun, lagi-lagi ia menghentikan langkahnya saat lewat tepat di depan kamar Felix. Tubuhnya seketika menegang. Matanya melotot lebar saat mendengar suara-suara nista yang berasal dari dalam kamar Felix. Dengan takut-takut, Hanna mencoba menilik ke sumber suara.

Deg!

Hanna merasa kini jantungnya merosot ke perutnya. Tubuhnya bergetar hebat akibat rasa terkejut sekaligus rasa jijik pada pemandangan yang disuguhkan dari dalam kamar Felix itu.

Di dalam sana, tepatnya di atas ranjang, ada seorang wanita tanpa busana yang sedang mengangkangi Felix—suaminya yang juga berbaring dengan keadaan telanjang bulat.

Bersambung .

Terpopuler

Comments

Neng Ati

Neng Ati

hadeeeeeuh sepertinya Felix bukan tokoh utamanya ya kok kelakuannya menjijikan gitu,awalnya dikira dia betul2 mencintai Hana cm Krn gengsi dan dendamnya aja dia bersikap seperti itu,kasian kamu hanna

2022-12-26

4

Imelda Riya

Imelda Riya

Felix asuusw

2022-10-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!