Tara sedang mensterilkan peralatan medis seadanya yang bisa ia temukan, sementara Mike duduk diam didekat jendela, sambil sesekali mengawasi kondisi diluar lewat celah tirai, sesekali tatapannya juga mengawasi gerak-gerik Tara.
Sekitar dua puluh menit yang lalu mereka bertiga telah sampai ditempat yang dimaksud Tara sebagai tempat aman untuk sementara waktu, yang bisa mereka gunakan untuk menolong membebaskan Mike yang mengalami luka tembak di paha kirinya.
Tempat yang dimaksud oleh Tara adalah tak lain sebuah bungalow kecil di pinggiran pantai miliknya, yang letaknya berada di pinggiran kota Perlin.
Pada beberapa tahun yang lalu, bungalow itu awalnya merupakan tempat healing Tara, di saat segala rutinitas kesehariannya terasa begitu menyita pikiran dan tenaga. Namun beberapa tahun terakhir telah menjadi tahun yang sangat sibuk untuk Tara, sehingga ia tak punya waktu lagi untuk sekedar bersantai.
Menjadi seorang dokter bedah sekaligus wakil direktur Rumah Sakit milik keluarga Yudhistira, yang dikepalai oleh paman Harry membuat waktu Tara sangat sempit.
Selama ini kalaupun Tara punya sedikit waktu senggang, maka Tara pasti memilih menghabiskannya bersama Lucia, sang mantan kekasih yang telah mengkhianati cintanya dengan begitu keji.
"Dokter Tara, firasatmu ternyata benar ..."
Keheningan dalam ruangan yang tidak terlalu lapang itu pecah oleh suara Alga yang baru saja masuk melewati pintu.
Tara mengangkat dagunya sedikit, mengawasi Alga yang mendekat kearahnya dengan wajah keruh.
"Tentang apa?" tanya Tara, kembali sibuk menyisihkan beberapa alat yang hendak ia gunakan, setelah terlebih dahulu ia menerapkan metode sterilisasi dengan cara merebus beberapa peralatan yang hendak ia gunakan dalam suhu tinggi, kurang lebih seribu derajat celcius dalam kurun waktu yang berkisar antara lima belas sampai dengan dua puluh menit.
"Kim telah memastikannya."
"Memastikan apa?"
"Bahwa meskipun masih dalam keadaan aman, tapi rumahmu dan rumah sakit Medika Yudhistira, saat ini sedang berada dalam pengawasan penuh oleh anak buah Juan Allesandro."
Kali ini Tara tidak menyanggahnya, hanya tersenyum kecut.
Sejak awal Tara telah menduga bahwa mau tak mau ia harus menerima kenyataan, bahwa dirinya telah terseret begitu jauh oleh kisruh persoalan para mafia, meskipun ia sendiri tidak tahu persis apa yang menyebabkan mereka bertikai.
"Dokter Tara, meskipun sekarang bungalowmu ini masih berada dalam keadaan aman, tapi aku tidak yakin semua keadaan ini akan bertahan sampai kapan ..." suara Alga terdengar lagi.
"Bahkan paman Harry tidak mengetahui tempat ini ..." imbuh Tara cuek, sambil berjalan kearah Mike dengan membawa setumpuk peralatan yang sudah siap digunakan, untuk mengeksekusi peluru yang menghuni paha kiri Mike.
"Itu bukan jaminan." pungkas Alga cepat sambil menguntit langkah Tara.
"Mike, aku akan mulai sekarang. Apa tidak sebaiknya kau berbaring saja?" Tara bicara kepada Mike tanpa mengindahkan protes Alga yang bersikeras mensejajari langkahnya.
"It's okay dokter ... mulai saja, aku sudah siap." Mike tetap bersikukuh ditempat duduknya, seolah tak mengindahkan Tara yang menyuruhnya berbaring.
"Tapi Mike ..."
Mengambang.
Tara terdiam sejenak sambil mengawasi wajah Mike yang terlihat acuh, meskipun wajahnya sedikit pucat.
Mike terkesan tidak gentar sedikitpun meskipun Tara sudah mengatakannya dengan jelas bahwa nantinya dalam proses mengeluarkan proyektil peluru, Tara tidak punya persediaan obat bius.
"Mike, aku tahu, bisa jadi sebelumnya kau pernah mengalami keadaan yang jauh lebih buruk dari keadaan saat ini. Tapi sebagai dokter, aku merasa perlu memastikan kondisimu ..."
Mike terlihat menatap Tara lekat. "Lakukan saja dokter, aku tahu pelurunya tidak dalam, dan aku bisa menahan semua rasa sakitnya."
"Tapi Mike ..."
"Dokter Tara, kenapa kau tidak mulai saja? Bukankah Mike sudah mengatakannya dengan jelas?" pungkas Alga mulai tak sabar, karena Tara yang belum juga mengambil tindakan terhadap Mike, meskipun anak buahnya itu telah menyatakan kesediaannya.
"Kau ini ... memangnya kau tahu apa ...?" Tara menatap Alga dengan wajah kesal, tapi yang ditatap malah menyeringai remeh.
"Dokter Tara, ada tiga faktor utama yang bisa menentukan tingkat keparahan luka tembak. Yang pertama, lokasi tembak dan jalur keluar-masuk peluru, yang kedua ukuran proyektil, dan yang ketiga kecepatan proyektil. Ketiganya memiliki dampak pada kondisi seberapa berbahayanya luka tembak tersebut. Aku memang bukan dokter seperti dirimu, tapi satu hal yang pasti, aku tahu persis bahwa kecepatan peluru merupakan faktor yang paling berpengaruh. Semakin cepat peluru yang ditembakkan, semakin berisiko menimbulkan dampak yang fatal."
Tara bengong mendapati kalimat panjang lebar Alga.
Sejujurnya ia justru bingung dengan apa maksud Alga menjelaskan hal tersebut kepada dirinya.
Alga menghembuskan napasnya dengan sekali hentakan. "Sengaja aku mengatakan semua itu kepadamu agar kau mengerti bahwa mengalami luka tembak bagi kami sudah biasa. Untuk kasus Mike saat ini, tentu saja Mike bisa merasakannya ... bahwa peluru yang bersarang ditubuhnya, sudah pasti tidak terlalu dalam. Lalu kenapa kau masih ragu untuk memulainya?"
Sepasang mata Tara tak berkedip menatap Alga, mulutnya bahkan sedikit terbuka.
'Wanita ini sungguh luar biasa ...! Bagaimana mungkin dia bisa begitu santai berucap demikian ...?'
'Dia bahkan tahu dengan sangat men-detail, tentang hal-hal membagongkan yang menyangkut serba-serbi peluru, begitupun dengan dampak luka tembak ...'
Mau tak mau benak Tara ikut-ikutan nge-lag, saat menyadari begitu banyak hal menakutkan yang dikuasai Alga, yang notabene seorang wanita.
"Bagaimana dokter? Apakah setelah mendengar semua penjelasan panjang lebar yang aku kemukakan, kau sudah bisa meneruskan niatmu?"
Tara mengangguk bodoh, dengan wajahnya yang masih diliputi rasa takjub ia pun menarik napasnya sepenuh rongga.
"Baiklah ..." ujar Tara kemudian, pada akhirnya ...
...
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
mantap 😍
2022-06-21
2
Nur Rahayu
Tara kagum sama Alga,nanti lama lama suka sama Alga.lanjut
2022-05-25
1