Byuuurr ...!!
Siraman air dingin kembali menerpa wajah Tara yang kepayahan. Beberapa buah lebam nampak telah menghias diwajahnya.
'Sakit sekali Tuhan ... seluruh wajahku ... seluruh tubuhku sakit sekali ...!!'
Dalam hati Tara telah berucap nyaris putus asa.
Bagaimana tidak?
Sejak ia siuman, orang-orang menakutkan ini telah mendudukkan dirinya ke sebuah kursi kayu dan mengikat tubuhnya disana.
Mulutnya yang tersumpal telah dibuka, namun kedua matanya tetap tertutup kain. Setelah itu neraka sesungguhnya mulai terjadi, dimana setiap terlontar pertanyaan yang tidak bisa dijawab Tara, maka sebuah bogem akan bersarang di wajahnya, kalau tidak tubuhnya akan dipecut seperti kerbau.
Tara terus berteriak sampai suaranya serak, melolong kesakitan dan meminta pertolongan, namun tak kunjung ada yang datang menolong.
"Aku tidak percaya baji ngan tengik ini tidak mau mengaku!" Alfredo mengumpat geram, sambil menatap wajah babak belur milik Tara yang kepayahan.
Mendengar itu Lukas malah tertawa. "Mungkin bukan karena dia tidak mau mengaku, tapi bisa jadi dia berkata benar, Alfredo ..."
Alfredo melengos. "Jadi kau percaya bahwa dia tidak mengenal Alga?"
"Maybe ..."
"Impossible ..."
"Ha ... ha ... ha ..." Lukas malah tergelak.
Alfredo tak mempedulikan tawa mengejek Lukas, ia malah memilih kembali mendekati kursi tempat dimana Tara terikat, sambil mengambil alih pecut dari tangan salah seorang anak buahnya.
"Heh, dokter! Aku akan memberikanmu kesempatan terakhir. Cepat katakan apa hubunganmu dengan Alga!"
Napas Tara kembali tercekat.
Satu pertanyaan lagi. Itu sama artinya dengan satu lagi penderitaan yang kelak akan Tara terima.
Entah sebuah bogem mentah ...
Entah sebuah cambukan ...
"Harus ... berapa kali aku ... aku ... aku mengatakan bahwa ... aku tidak ... mengenal ...
Tarrr ...!!
"Aaakkhh ...!!"
Teriakan panjang Tara kembali membahana, seiring dengan cambuk yang melingkar di tubuhnya.
Rasanya sangat perih ...!
Tara bahkan bisa merasakan bagaimana sekujur kulit tubuhnya telah melepuh karena semua penyiksaan yang telah ia terima.
"Kau benar-benar keras kepala!!" hardik Alfredo. Kemudian dengan membabi buta ia telah mengayunkan cambuk di tangannya berkali-kali ke tubuh Tara.
Tarrr ...!!
Tarrr ...!!
Tarrr ...!!
"Aaaaakkk ...!! Tolooongg ...!! Sakittttt ...!! Ampuuuunnn ...!!"
"Itu akibatnya kalau kau terus menutup mulutmu ...!!"
Tarrr ...!!
Tarrr ...!!
"D-demi Tuhan, a-aku ... aku tidak mengenal ... s-siapa yang kalian sebutkan ... aku bersumpah!!"
"Pembohong busuk!!"
Cambuk di tangan kanan Alfredo kembali terayun berkali-kali ke tubuh Tara.
"Aaawwww ...!! Tolooongg ...!! Sakittttt ...!! Ampuuuunnn ...!!"
Teriakan kesakitan Tara kembali terdengar.
Lukas yang melihat Alfredo yang mulai kalap akhirnya hanya bisa menontonnya tanpa bisa berbuat apa-apa.
Lukas tahu betul seperti apa sifat seorang Alfredo. Pria yang terlihat garang dengan cambang yang menghias di pelipis kiri dan kanan itu sungguh keras kepala dan ... sedikit bodoh!
Lukas bahkan merasa bahwa sepertinya dokter Tara tidak berbohong.
Dokter Tara benar-benar tidak mengenal Alga Rudolp, kendati pun sang Nona Mafia telah mengincarnya sejak lama.
Tapi di sisi lain Lukas tahu persis, bahwa meyakinkan Alfredo yang sedang dipenuhi amarah seperti ini ... bukanlah hal yang mudah ...
🔳🔳🔳🔳🔳
Dari sebuah bangunan terlantar lainnya ...
Hotel Kings merupakan hotel tua terbengkalai dengan dua puluh satu lantai.
Letaknya di pinggiran kota Perlin, dan merupakan salah satu bangunan tua selain beberapa bangunan lainnya yang berada di kawasan yang sama.
Lima tahun yang lalu sebuah kebakaran besar di sebuah pabrik konveksi yang ada disana ikut meluluhlantakkan beberapa bangunan yang berada disekitar, yang sebagian besar berupa ruko serta sebuah gudang yang menjadi tempat penampungan mebel.
Dampak dari kebakaran hebat tersebut telah membuat roda perekonomian disekitarnya ikut terpengaruh, termasuk didalamnya Hotel Kings.
Setelah kejadian itu Hotel Kings menjadi kurang diminati pengunjung. Semakin hari semakin sepi, dan akhirnya gulung tikar karena besar pemasukan tak lagi bisa menutupi biaya operasional.
Pada akhirnya Hotel Kings pun tinggal kenangan.
Penampilan luarnya menyeramkan, dan tak pernah ada lagi orang yang datang kesana, sehingga tak ada yang tahu, bahwa dalam tiga bulan terakhir beberapa bangunan menyeramkan yang berada disana telah berpindah tangan kepada seseorang ... termasuk didalamnya Hotel Kings.
Yah, seseorang. Seseorang yang bukan sembarang orang.
Disebuah kamar mewah, setara tipe kamar Presidential Suite di hotel bintang lima.
Seorang pria berperawakan tinggi tegap juga terlihat sedang mengintip dari balik teropong.
Dia adalah Juan Allesandro. Seorang mafia yang mempunyai kekuasaan cukup besar dalam dunia hitam pada beberapa tahun yang lalu, sebelum semuanya hancur pasca dirinya dijebloskan ke penjara, karena terjebak oleh sebuah persekongkolan yang begitu keji dan rapi.
Tak banyak yang tahu jika saat ini Juan Allesandro telah dibebaskan, setelah kekuasaan uang telah berhasil membuat hakim agung menganulir keputusan hukuman mati yang telah dikeluarkan oleh pengadilan tinggi tempo hari.
Juan Allesandro berada di lantai lima belas Hotel Kings, pada sebuah kamar yang terletak sangat strategis, dimana di sebelah kiri terdapat bangunan gudang tua, yang saat ini didalamnya sedang terjadi penganiayaan yang dilakukan oleh si bodoh Alfredo Angelo dan anak buahnya kepada seorang dokter muda bernama Tara Yudhistira, sementara di sebelah kanan, diatas rooftop sebuah bangunan, dua orang sniper serta empat pria berbekal pistol di pinggang, sedang memantau keadaan gudang tersebut. Mereka semua berasal dari Klan Rudolp.
"Tuan Juan, semua pasukan sudah bersiap di tempatnya."
"Bagus. Bersabarlah ... karena kita akan bergerak, usai mereka saling sapu bersih ..." ucap Juan sambil menyeringai.
"Tuan, aku rasa pada akhirnya kita akan berhadapan dengan Nona Alga dan anak buahnya ..."
Juan Allesandro tersenyum. "Tentu saja. Alfredo bukan lawan Alga. Dia hanya seorang pria yang terlihat garang namun kenyataannya sangat ceroboh."
"Benar sekali, Tuan, bagaimana mungkin dia mencuri dokter itu dari tangan Nona Alga kemudian menyekapnya, tapi anehnya dia hanya menaruh dua orang pengawal untuk berjaga?"
"Alfredo terlalu percaya diri."
Ingin rasanya Juan Allesandro tertawa. Dia bahkan tak habis pikir jika seorang Alfonso Angelo bisa memiliki pewaris tunggal sebodoh dan seceroboh Alfredo.
Sejujurnya saat ini Juan Allesandro seolah sedang menunggu detik-detik pertikaian terlebih dahulu, karena sudah jelas Alga Rudolp tidak akan mengampuni pria itu.
Dokter Tara Yudhistira.
Kalau bukan karena dendam masa lalu, mana mungkin Alga Rudolp bersusah payah mencari tahu dengan sangat detail tentang keberadaan serta keseharian pria itu?
...
NEXT
Sebelum NEXT, jangan lupa di LIKE and SUPPORT dulu yah ... 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
selamat pagi author hebat 😍❤️😘
2022-04-18
1
V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷
Wah...Wah...Ngbayangin nya Kalo di bikin Film Action Pasti Kereen 🤔🤔
2022-04-16
2
Nur Rahayu
lanjut
2022-04-15
1