"Mike, apa kau yakin dengan informasi yang kau berikan?"
Tangan Alga meremas kuat telepon genggam yang menempel di telinga kanannya.
Sementara nun jauh disana, Mike sedang berada di salah satu rooftop gedung tua yang sudah terbengkalai, seraya menajamkan fokus teropong yang lensanya sedang ia intip untuk lebih memastikannya.
Kedua tangan Mike begitu sibuk, sehingga ia sendiri bicara dengan Alga hanya lewat earphone yang terhubung langsung ke salah satu daun telinganya.
Diatas rooftop tersebut, Mike tidak sendirian.
Tepat dua belas jam setelah tim satu kehilangan jejak dokter Tara, Mike telah mengerahkan semua kekuatan untuk melacaknya.
Karena itulah begitu Mike mendapat informasi akurat tentang keberadaan akhir dokter Tara, sejak pukul tiga dini hari Mike telah turun langsung bersama seorang sniper terbaik yang selalu siaga mengintip target lewat Barrett M82, senapan semi otomatis dan anti material dengan besaran kaliber peluru 50 BMG, sehingga mampu membunuh target yang berlindung di balik dinding sekalipun, serta tiga orang anak buah lainnya, yang masing-masing dibekali dengan pistol di pinggang.
"Iya, Nona. Aku bisa menjaminnya. Beberapa menit yang lalu, aku telah melihat dengan mata kepalaku sendiri, Tuan Alfredo dan Tuan Lukas telah masuk kedalam gedung tua dengan nomor lima puluh empat, yang dijaga oleh dua orang pengawal di pintu depan."
"Kau yakin hanya ada dua orang pengawal?"
"Yakin, Nona, karena sejak dinihari tidak ada pergerakan lain yang terpantau, yang mengindikasikan bahwa gedung itu berada dalam penjagaan yang ketat."
"Baiklah. Pantau terus, Mike. Aku akan segera kesana."
Pembicaraan itupun berakhir dengan Alga yang menutupnya terlebih dahulu.
"Ku rang ajar Alfredo. Lagi-lagi dia ... entah kenapa baji ngan itu selalu saja ikut campur dengan masalahku!" umpat Alga geram.
Tanpa membuang waktu Alga telah bergerak kembali ke mejanya, langsung membuka laci atas dimana Revolver Kaliber 44 dan Glock 17 miliknya tergeletak didalamnya.
Alga menyelipkan kedua senjata kesayangannya itu ke pinggang kiri dan kanan, setelah terlebih dahulu memeriksa ulang isi peluru yang ada didalam magazine.
Belum juga sempat beranjak manakala sebuah ketukan di pintu ruangannya yang tidak tertutup membuat Alga mendongak.
Mendadak wajahnya yang sejak tadi mengeras terlihat mengendur dengan sendirinya, dan sebuah senyum ikut hadir diseluruh permukaan bibirnya yang merekah.
"Paman Albert ...?" ucap Alga dengan wajah berbinar.
Sementara itu, pria berumur empat puluh delapan tahun yang disapa Paman Albert, terlihat memasuki ruangan Alga yang pintunya tidak tertutup, dengan senyumnya yang lebar. Cara berjalannya terlihat masih sedikit tertatih meskipun telah dibantu dengan sebuah kruk.
Melihat itu Alga langsung memperbaiki letak kedua pucuk senjata kebelakang pinggangnya terlebih dahulu, sebelum akhirnya bergegas mendekat guna menyongsong langkah Albert.
"Alga, aku dengar, kemarin kau telah memerintahkan Kim untuk kembali membunuh salah seorang anak buahmu. Benarkah begitu?"
Albert bertanya, masih sambil tertatih mendekati sofa yang memang terletak di sudut terjauh dari pintu masuk, namun yang ada Alga seolah tak peduli pada pertanyaan Albert yang terlontar.
"Tidak, Alga ... tidak perlu. Aku masih bisa melakukannya sendiri ..." ucap Albert lagi. Ia menolak saat melihat Alga yang dengan sigap menggandeng lengannya, namun seperti sebelumnya, lagi-lagi Alga tak mengindahkannya.
"Tidak apa-apa, Paman kan baru saja pulih. Lagi pula aku senang melakukannya." ucap Alga sambil tersenyum, bersikeras menggandeng lengan sang paman hingga terduduk sempurna diatas sofa.
Lebih dari tiga bulan terakhir Albert telah memfokuskan diri merawat kesehatannya di luar negeri, dan semua itu juga atas keinginan Alga.
Dalam beberapa tahun terakhir kesehatan Albert memang menurun.
Selain faktor usia yang menyebabkan kondisi kesehatan tubuhnya selalu tidak stabil, menurut diagnosa dokter, semua yang dialami Albert disebabkan oleh osteoartritis primer atau lebih dikenal dengan istilah pengapuran tulang.
Pengapuran tulang sendiri merupakan kondisi dimana telah terjadi kerusakan pada tulang rawan yang sedianya berfungsi melapisi ujung tulang pembentuk sendi, sehingga kondisi tersebut menyebabkan sendi terasa nyeri dan tidak lagi dapat bergerak bebas.
Atas dasar semua itulah yang membuat Alga bersikeras mengirim Albert keluar negeri, guna mendapatkan pengobatan yang lebih intensif dari seorang dokter ahli tulang ternama yang direkomendasikan oleh dokter lokal yang menangani Albert sebelumnya.
"Alga, kau belum menjawab pertanyaan Paman." ujar Albert lagi begitu ia telah duduk sempurna diatas sofa yang terletak disudut ruangan. "Apa benar Kim telah menghabisi nyawa Jonathan ...?"
"Paman bahkan mengenal pengkhianat itu?" tutur Alga, berusaha menjaga nada suaranya agar tidak terdengar sinis.
Albert menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mengenalnya, tapi aku hanya diberitahu bahwa pria malang itu bernama Jonathan." imbuh Albert menjelaskan.
Alga melengos saat ia kembali mendengar nama 'Jonathan' telah disebut.
"Nama pria malang itu bukanlah Jonathan, Paman, melainkan pengkhianat busuk."
Albert menatap Alga yang kemudian ikut menghempaskan tubuhnya keatas sofa yang ada dihadapannya.
"Mengapa kau sekesal ini hanya karena 'mainanmu' direbut orang lain ...?" tanya Albert dengan kalimat sedikit bercanda, berusaha mengurai ketegangan diwajah Alga.
"Paman kan tahu sendiri bahwa aku tidak pernah membeda-bedakakan misi. Apapun misi yang ingin aku capai, maka aku akan melakukannya dengan serius dan penuh tanggung jawab. Misi besar, atau misi kecil, misi beresiko tinggi atau hanya sekedar main-main seperti penilaian Paman dan semua orang tentang misi penculikan dokter Tara. Intinya aku tidak suka anak buahku menganggap remeh sesuatu ... dan persoalanku dengan dokter Tara tidaklah sepele. Ini tentang pembalasan dendam, Paman. Akibat kelalaian kedua orang tua dokter itu, aku kehilangan ayah dan ibu."
Alga mengungkapkan kekesalan hatinya dengan berapi-api.
Sudah lebih dari lima belas tahun telah berlalu, namun dendam yang ada dihati Alga tidak memudar sedikit pun, yang ada malah semakin subur, apalagi saat mengetahui bagaimana indahnya kehidupan seorang dokter Tara dalam lima belas tahun penuh luka, yang harus Alga lalui dengan begitu berat.
"Paman mengerti, Alga ..." wajah Albert terlihat tenang, meskipun wajah Alga terlihat semakin menegang.
Selama ini Albert-lah yang membesarkan Alga. Sudah pasti lebih dan kurangnya sifat gadis itu telah Albert ketahui luar dalamnya sekaligus.
Memang untuk hal yang prinsip seperti ini, Alga begitu mirip Fernando Rudolp yang tak lain adalah ayahnya, bahkan sepertinya Alga justru lebih keras kepala.
"Yang Paman takutkan hanya jika kau terlalu memikirkan bagaimana caranya mendapatkan dokter itu, sehingga kau menjadi lengah dengan dirimu sendiri."
Kali ini Alga hanya diam tak menjawab. Sepertinya ia sedang meresapi ucapan sang Paman yang merupakan nasihat untuknya, namun sayangnya tekadnya untuk mendapatkan dokter Tara terlalu bulat.
"Kemarin, Juan Alessandro telah dibebaskan ..."
Mendengar kalimat Albert tersebut, Alga terhenyak kaget.
"A-appa ...?! Juan Alessandro telah dibebaskan ...?!"
Albert mengangguk. "Awalnya Paman hanya mendengar selentingan isyu, namun setelah Paman telusuri, akhirnya Paman mendapatkan bocoran atas semua berita yang tidak masuk di akal itu. Untuk itulah Paman sengaja kembali, demi memastikan segala sesuatunya tetap aman hingga saat ini ..."
"Impossible ... bagaimana mungkin aparat penegak hukum bisa semena-mena membebaskan orang yang telah dituntut hukuman mati oleh pengadilan tertinggi ...?!"
"Sepertinya keputusan atas hukumannya tersebut telah dianulir oleh hakim agung ..."
"Tidak ... tidak mungkin, Paman. Mana bisa negara ini seolah menjadi panggung stand up comedy ...?"
Alga terlihat menekuk wajahnya dengan kalut. Rasanya ia belum siap mendengar kabar buruk ini.
Setelah susah payah dirinya ikut andil dalam menjebak Juan Allesandro pada beberapa tahun silam, saat Alga bahkan belum mengambil alih kepemimpinan Klan Rudolp dari tangan Paman Albert, bagaimana bisa hari ini usahanya telah sia-sia ...?
Juan Allesandro, merupakan mafia spesialis perdagangan narkotika dan traficking kelas internasional, yang berasal dari negara tetangga.
Saat Alga masih remaja, secara diam-diam dirinya telah dimintakan kesediaan khusus dari salah seorang agen rahasia milik negara, dalam rangka misi penjebakan Juan Allesandro.
Misi tersebut, diam-diam merupakan sebuah pre village bagi Alga dalam mendapatkan hak istimewa, yang menjadi kesepakatan rahasia antara dirinya dan sang agen rahasia.
'Entah kenapa firasatku menjadi sangat buruk ...'
'Kenapa aku bahkan merasa, jika Juan Allesandro sengaja kembali untuk diriku ...?'
Alga membathin dengan dadanya yang berdegup. Selama ini dirinya bukanlah sosok pengecut yang bernyali ciut, namun kali ini ... Alga harus mengakui, bahwa nyalinya sedikit merasa kecut.
Dalam kebimbangan, ponsel Alga kembali berbunyi. Alga langsung mengangkatnya begitu nama Mike tertera disana.
"Aku akan segera kesana sekarang juga ..." pungkas Alga sebelum Mike bicara.
"Baik, Nona." jawab Mike diseberang.
Alga bangkit dari duduknya seraya menyimpan ponselnya disaku celana denim bagian depan.
"Paman, aku harus pergi. Mengenai Juan Allesandro ... nanti kita akan bicarakan lagi setelah urusanku dengan dokter itu selesai ..."
Usai berucap demikian Alga langsung beranjak keluar.
"Tapi Alga ..."
Terlambat.
Albert yang ingin menahan Alga hanya bisa terduduk pasrah, menyaksikan keseluruhan tubuh Alga yang telah lenyap dibalik pintu.
Inilah yang sebenarnya ingin diperingatkan Albert. Bahwa hanya dengan mengingat wajah Tara dengan penuh rasa dendam, Alga seolah bisa menjadi lengah oleh keselamatan dirinya sendiri, dan semua itu dikarenakan Alga telah terobsesi dengan dokter itu sekian lama ...!
Sementara itu ...
Alga yang sedang melangkah yakin terlihat menyeringai begitu wajah Tara melintas dibenaknya.
"Dokter Tara, bersiaplah, karena malaikat mautmu ... akan segera tiba ..."
...
Bersambung ...
LIKE and SUPPORT jangan lupa yah ... 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷
Malaikat Maut Yg Nantinya Jadi Bidadari Cantik Di Mata Tara 🤩
2022-04-16
2
mia rahayu
makin serius
lanjut kk
2022-04-11
1
Isnia Tun
next...next😍
2022-04-11
1