Kamu Cemburu?

Bacanya pake hati ya! Met baca🤓

"Rea, kamu datang kesini juga?" Sahut seseorang dari belakang Yati.

Rea tidak bisa melihat orang itu lantaran tertutup tubuh sang mertua. Sedangkan Arfan yang bisa melihat orang itu hanya memutarkan kedua bola matanya dengan jengah.

"Dia lagi!" Dengus Arfan.

Yati memutar tubuhnya menghadap asal suara, ia tersenyum dan menyapa lelaki itu.

"Faruk ... kau kenal Rea?" Tanya mamahnya Arfan tersebut.

"Tentu, Tan. Bahkan akupun mengenal Arfan." Ucap Faruk dengan lirikan yang memiliki arti.

"Wah bagus dong kalau gitu, yaudah mamah bawa Nathan keatas aja ya? Disini terlalu ramai." Kata Yati pada anak dan menantunya tersebut.

"Rea ikut mah," sahut Rea. Ia sama sekali tak ingin diantara kedua lelaki itu.

"Enggak kamu disini aja, biar Nathan sama mamah ya." Balas Yati, tangannya mengelus lembut pipi Rea yang berbalut bedak tipis itu.

Tak ingin menjadi menantu durhaka, akhirnya Rea mengangguk setuju dengan ucapan mertuanya tersebut. "Mamah gak peka ih!" Omelnya dalam hati.

Setelah berpamitan, Yati pergi ke lantai atas sembari menggendong Nathan yang kebetulan belum tidur.

"Rea kita ngobrol disebelah sana yuk?" Ajak Faruk, jemarinya menunjuk ke sepasang meja dan kursi bervaskan bunga mawar merah.

"Ehehem ... " Dehem Arfan. Rea dan Faruk menatap lelaki itu.

"Owh ada Arfan toh disini. Aku kira ini ayahmu loh Rey kalau dilihat dari postur tubuhnya." Ejek Faruk dengan tersenyum miring. Arfan pun tersenyum miring, tetapi tak lama ia bergerak agresif dan segera mecengkram rahang Faruk dengan ganas.

"Jaga omongan lo!" Ucap Arfan dengan pelan namun penuh penekanan.

"Sudah Kak, kenapa kalian jadi berkelahi seperti ini?" Panik Rea, telapak tangannya mencoba memisahkan dua menusia tersebut.

Arfan melepaskan cengkraman ganasnya itu dan mendorong Faruk sedikit keras, beruntung lelaki itu tidak terjatuh.

Rea menghela nafasnya, ia tidak habis fikir dengan pria dewasa didepannya ini.

"Ayo kak kita pergi!" Ajak Rea kemudian menarik tangan Arfan, gadis ini benar-benar sudah lupa akan posisinya dimata Arfan. Tanpa ragu atau gugup, Rea terus menarik tangan suaminya itu menjauh dari Faruk, ia khawatir jika dua pria itu dibiarkan bisa-bisa akan terjadi perang dunia ketiga.

Arfan menatap tangannya yang digenggam Rea dengan kaki yang terus melangkah mengikuti istrinya itu pergi.

Senyum tipis sempat tersungging dibibirnya, tetapi tak lama pudar kembali. "Sadar fan, sadar! Dia itu penyebab kematian ayah lo!" Lagi-lagi otaknya meracuni hati kecil Arfan. Lelaki itu segera melepaskan genggaman tangan Rea dengan kasar.

"Lepas! Apa yang kau lakukan!" Bentak Arfan.

Istrinya Arfan itu terdiam, sebenarnya apa mau suaminya ini? Kadang bersikap manis, kadang dingin, kadang kasar, sebenarnya apa isi otaknya itu?

"Aku mulai lelah!" Batin Rea, ia sama sekali tak sanggup mengatakan itu dihadapan suaminya tersebut.

Tanpa kata Arfan meninggalkan Rea yang berdiri mematung. Hampir saja air bening yang sedikit asin itu terjatuh dari sudut mata Rea. "Entah sampai kapan aku bertahan akan sikapmu yang kekanak-kanakan ini?" Lirih Rea.

Dirinya yang sendiri karena ditinggal Arfan si duda labil membuatnya kesepian, ia memilih mencari sahabat karibnya itu. Saat ia mengedarkan matanya keseluruh sudut ruangan guna mencari sahabatnya itu, tidak sengaja matanya melihat sahabatnya itu sedang menghampiri dirinya.

"Rey, mana si pria angkuh itu?" Tanya Faruk saat sudah dihadapan Rea.

"Husst jaga ucapanmu! Bagaimanpun dia itu suamiku!" Tegas Rea dengan mimik wajah masam.

"Sorry, sorry." Kata Faruk dengan terkekeh pelan.

Setelah itu keduanya berbicara panjang lebar seperti yang biasa mereka lakukan.

Tak terasa waktu terus berjalan dan acara pun dimulai. Terdengar musik sudah dimainkan, semua pasangan berkumpul ke tengah ruangan, kecuali Rea dan Arfan.

Arfan mencari keberadaan istri mininya tersebut. Ia mengedarkan pandangannya kesetiap sudut ruangan.

Nyut ... hatinya perih bak dipukul pakai kaktus kemudian dicabut paksa saat melihat Rea bercanda ria dengan sahabat karibnya itu. Arfan bingung tentang perasaannya pada Rea. Rasa sakit yang ia rasakan saat melihat istrinya bersama pria lain apakah itu cemburu? Arfan kalang kabut, memikirkan antara cinta dan benci yang ia rasakan itu.

Lagi-lagi Rea tersenyum lepas saat berbicara dengan Faruk. Bukan seperti terpukul kaktus lagi namun bagai tersayat dengan kulit bambu. Tidak bisa dibiarkan!

Dengan cepat Arfan menghampiri Rea yang tengah tertawa lepas. Ia tarik tangan istrinya itu dengan kencang dan berlalu pergi ketempat lain. Faruk dan orang-orang disekitarnya hanya mampu menyaksikan adegan dramatis Arfan itu.

Lelaki jangkung itu membawa Rea ketempat sepi, di belakang rumah. Tak ada penerangan lampu, hanya ada rembulan yang menerangi dengan remang-remang.

"Kamu ngapain sih ngobrol sama orang kayak dia?" Sentak Arfan, Rea menundukan wajahnya.

"Kan ... kamu tinggalin aku." Masih menunduk, wanita itu terbata-bata saat menjawab pertanyaan Arfan yang meledak-ledak.

"Nah ... berani kamu jawab!" Sentaknya lagi.

Rea diam, mendengarkan sepertinya jauh lebih baik dari pada merespon ucapannya.

"Kenapa kamu diam? Merasa bersalah udah berduaan sama dia!"

Jawab salah diam lebih salah, dasar labil!

"Mau kamu apa sih kak?" Tanya Rea penuh penekanan. Hatinya sudah muak dengan sikap Arfan yang selalu seperti ini.

"Kamu kira aku gak capek apa harus diginiin terus sama kamu!" Tangis gadis itu pecah, sudah cukup! Hatinya sangat lelah dengan ini.

"Aku tuh gak suka ya kamu deket-deket sama dia!" Masih dengan nada menyentak, pria itu sama sekali tidak merasa bersalah.

"Kenapa? Kamu cemburu?" Teriak Rea beriringan dengan tangisnya.

Arfan terdiam, sejujurnya itulah yang ia rasakan. Ingin mengiyakan pertanyaan sang istri, lalu dimana harga dirinya? Tidak! Arfan tidak segampang itu.

"Ayok pulang!" Lelaki itu kembali menarik istrinya dengan paksa menghampiri mobilnya.

"Tat ... tapi kak ... "

"Diam!"

Rea terus saja menengok kebelakang, ia memikirkan sesuatu yang tertinggal dirumah itu.

Arfan membuka pintu mobilnya dan memaksa Rea masuk, setelah itu memutar balik dan masuk dipintu kemudi, tak lama mobil pun melaju meninggalkan kediaman Anang.

"Kak_" Ucapan Rea terputus saat Arfan menatapnya dengan tajam.

Mobil itu terus melaju. Suasana didalam mobil itu sunyi, Rea menangis tanpa suara hanya ada air mata yang mengalir. Arfan diam fokus mengemudi mobil dengan kecepatan tinggi.

"Kamu mau bunuh aku kak!" Kata Rea dengan sesenggukan.

Arfan tak menjawab, dia hanya diam menatap jalanan yang mulai sepi. Rea tak tahu pasti suaminya ini akan membawanya kemana.

Arfan tak ingin suasana dimobilnya ini terasa sunyi, yang membuat suasana menjadi sedikiy horor, terlebih jalan yang mulai sepi menambah kesan menyeramkan malam itu. Klik ... telunjuknya menekan sebuah tombol.

🎶🎶🎶

Wis nasibe kudu kaya ngene

[Sudah nasibku harus begini]

Nduwe bojo kok ra tau ngapenake

[Punya suami kok enggak pernah bikin nyaman]

Seneng muring, omongane sengak

[Suka marah, bicaranya ketus]

Kudu tak trima, bojoku pancen galak

[Harus ku terima, suamiku memang galak]

Rea dan Arfan terdiam, Arfan menelan salivanya sedangkan Rea, air matanya berhenti mengalir saat mendengar lagu itu.

Saben dina rasane ora karuan

[Setiap hari rasanya tak keruan]

Ngerasake bojoku sing ra tau perhatian

[Merasakan suamiku yang tak pernah perhatian]

Nanging piye maneh atiku wes kadung tresna

[Namun bagaimana lagi? Hatiku sudah terlanjur jatuh cinta]

Senajan batinku ngampet ono njero dodo

[Meski batinku menahan sakit di dalam dada]

{Bojo Galak, Via Vallen}

Klik ... tangan Arfan kembali menekan tombol itu, lagu pun berhenti beerputar. "Siapa sih yang ngisi lagu itu!" Lirihnya dengan nada marah. Rea yang mendengar lirihan suaminya itu sedikit tersenyum.

"Kok berasa disindir gitu ya!" Batin Arfan.

Tiba-tiba Arfan memberhentikan mobilnya dengan dadakan saat mengingat sesuatu telah ia tinggalkan di rumah kakaknya itu.

"Nathan!" Pekiknya, Rea menengok kearah suaminya itu.

"Baru ingat!" Kata Rea dengan wajah sinis.

Entah bagaimana kelanjutan kehidupan keluarga kecil itu. Rasanya Rea ingin menyerah, tetapi Arfan seakan ingin tak ingin melepaskannya. Hubungan dapat terus terjalin saat keduanya saling terbuka, tidak ada keegoisan, tidak ada rasa tinggi hati, dan harus ada yang mengalah ...

Yaelah sok bijak padahal we aja gak pernah ngalamin😂.

Baca kelanjutan cerita mereka diepsd selanjutnya ya😀 babay ...

Jangan lupa like, comen, vote kalau kalian suka, jangan lupa klik ikon FAV juga. Salam hangatku☺ Rani.

Terpopuler

Comments

Lintang Lia Taufik

Lintang Lia Taufik

like

2020-07-28

0

kia

kia

semangat kak

2020-06-28

2

Susan Sinuraya

Susan Sinuraya

mampir lagiii

semangattt nextnya...

salam DANAU CINTAKU

2020-06-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!