"Rea?"
Istrinya Arfan ini tertegun saat mendengar suara maskulin itu, sudah lama dirinya tidak mendengar suara itu memanggil namanya. Wajahnya seketika menunduk, hatinya merasakan bermacam rasa, antara sedih, haru, dan bahagia.
Hampir saja sebulir air bening meluncur dari sudut matanya. Tangan yang tengah menggendong Nathan tetiba bergetar, lidahnya kelu tak bisa menjawab seruan tersebut.
"Rey? Kau mendengarku?" Tanyanya lembut.
Masih tidak ada jawaban. Merasa terabaikan, pria bersuara maskulin ini menghampirinya.
"Sayang, kamu lupa mengaitkan kancing yang sebelahnya," sembari menunjuk pergelangan tangan kirinya menggunakan dagu.
Deg ...
"Ah ... iya maaf," Rea segera menurunkan Nathan yang tengah iya gendong ke kasur. Kemudian segera mengaitkan biji kancing suaminya tersebut. Bibirnya tersenyum merekah saat mendengar Arfan memanggilnya dengan panggilan 'Sayang'. Ia sangat berharap, Arfan akan terus memanggilnya dengan panggilan seperti itu.
"Selesai," kata Rea dengan sumringah, memamerkan senyumnya yang paling manis kehadapan suaminya tersebut.
"Terima kasih sayang," Ucap Arfan, Rea mengangguk, masih tersenyum manis.
"Maafin aku ya? Kalau selama ini sudah bersikap dingin padamu." Arfan menangkup wajah istrinya tersebut.
"Emm ... iya tidak apa-apa." Masih dengan senyum manisnya.
Keduanya saling bertatap mata dengan sangat dalam. Angin pagi memasuki setiap sudut ruang kamar Rea. Rambutnya yang sedikit bergelombang menari-nari pelan karena angin pagi tersebut.
Mata Rea berbinar saat memandang pria yang sangat ia cintai ini. Hatinya berdebar, tidak percaya bisa memandang pria yang pernah menyatakan kebencian padanya ini cukup lama.
Wajah Arfan mulai mendekati wanita dihadapannya ini. Sedikit menunduk, perihal tubuh istrinya yang pendek. Rea menduga-duga apa yang akan suaminya ini lalukan. Waktu yang terus berjalan membuat wajah Arfan semakin mendekat, sampai nafasnya pun dapat Rea rasakan. Gadis mini ini memejamkan matanya. Dan ...
Derrt ... Derrt ... Gawainya berdiring.
Semua membuyar, Rea membuka matanya kembali. Istri Arfan Rahardian ini menengok keseluruh sudut ruangan mencari suaminya. Namun kosong, Arfan tidak ada dikamarnya saat ini. Ternyata tadi hanya khayalannya saja, Rea segera menggelengkan kepalanya.
"Dasar bo*oh," rutuk dirinya sendiri.
Gawainya yang bergetar sudah berhenti, tetapi tak lama kembali bergetar. Rea segera mengambilnya diatas nakas.
"Revina?" Ia segera menggeser ikon bewarna hijau, kemudian mengarahkan gawainya tersebut ketelinga.
📞 "Assalamualaikum?" Salam Revina diujung sana.
" Waalaikumssalam, maaf ya vin baru bisa aku angkat."
📞 "Iya tidak apa-apa, emm ... bagaimana perjuanganmu?"
"Alhamdulillah, dia sudah mulai terbuka untukku," Rea tersenyum saat mengingat kesehariannya bersama Arfan beberapa hari ini.
📞 "Alhamdulillah, semangat terus ya!"
"Oiya pasti dong, makasih ya kamu sudah bantuin aku untuk mendapatkan kembali hatinya kak Arfan."
Deg ...
Tidak sengaja Arfan mendengar ucapan istrinya barusan.
📞 "Jangan berterima kasih padaku, berterima kasihlah pada Allah yang sudah melancarkan urusanmu, aku hanya perantaranya saja."
"Hehe iya ... ngomong-ngomong aku kangen nih sama kamu, nanti kita ketemuan yuk?"
"Apa katanya, Kangen? Terus, mau ketemuan?" Batin Arfan.
"Oke nanti kita ketemuan ya, lupyu sahabatku yang paling manis," kata Rea dengan sedikit manja.
"Sahabat? Apa dia sedang berbicara dengan ..." batin Arfan enggan menyebut nama sahabat Rea tersebut.
"Apa yang aku lakukan, seharusnya biarkan saja, lagian apa urusanku dengannya?" Kata Arfan kemudian meninggalkan Kamar Rea.
Otaknya terus saja mengelak bisikan hati kecilnya yang mengatakan dirinya risau akan sahabat karib Rea tersebut.
📞 "Yaudah sampai ketemu nanti, assalamualaikum?"
"Oke, waalaikumssalam." Jawab Rea kemudian menekan ikon merah digawainya.
"Yeay ... nanti kita jalan-jalan sayang," Kata Rea kemudian mencium Nathan yang masih terlelap dalam tidurnya.
"Eh iya, bunda lupa sama ayahmu Tan." Rea beranjak dari kasurnya untuk mencari Arfan.
Saat membuka pintu, terlihat dari lantai dua suaminya itu sedang berjalan menuju pintu depan, wanita ini segera menghampiri suaminya tersebut.
"Tunggu kak!"
Arfan yang sedang membuka pintu rumah seketika menoleh keasal suara. Terlihat diluar sudah ada Adit yang menunggu disebelah mobilnya.
Rea segera menarik pergelangan tangan suaminya itu dan segera mengaitkan biji kancingnya.
"Selesai, maaf aku lupa." Arfan hanya membalas dengan senyum tipis, kemudian memutar badan akan menghampiri Adit.
"Kak, nanti aku ketemuan sama temanku boleh gak?" Tanya Rea penuh harap.
"Siapa?" Tanya Arfan yang seketika kembali menghadap Rea. Adit diluar sana mengernyitkan dahinya.
"Revina kak."
Suaminya itu memanggukan kepalanya, ada kelegaan tersendiri dihatinya saat mendengar pernyataan istrinya. "Ternyata bukan dia," batinnya.
"Nathan bagaimana?" Lanjut Arfan.
"Aku akan membawanya," Rea meyakinkan suaminya itu.
"Baiklah, hati-hati!" Kata Arfan datar kemudian membalikan tubuhnya menghampiri mobil Adit. Adit yang menyender pada mobilnya segera berdiri tegap sembari merapihkan jasnya.
Walau ucapannya yang datar, Rea sama sekali tidak pedulikan hal itu, lantaran didalam kalimat Arfan yang bernada datar, tersirat rasa perduli padanya, hiyak.
🌷🌷🌷
Sorenya, setelah ashar Rea berangkat menuju cafe tempat biasa ia berkumpul dengan Revina sewaktu sekolah.
"Assalamualaikum ya ukhty?" Sapa Rea saat melihat wanita berhijab cukup lebar dihadapannya.
"Waalaikumssalam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab Revina cukup terkejut lantaran kedatangan Rea yang tiba-tiba.
"Udah pesan makanan belum?" Tanya Rea.
"Udah kok, duduk loh kamu ini! Ngapain masih berdiri gitu!"
"Hehe iya-iya," Rea tersenyum kikuk.
"Hemm ... aura mukamu jauh beda banget pas pertama ketemu waktu itu, ada apa nih cerita dong!" Seru Revina.
"Enggak ah, aku kesini tuh mau nostalgia sama kamu." Tolak Rea tak lupa dengan senyumnya.
"Hiss ... malesin!" Revina merajuk, dibalas tawaan lepas dari Rea.
"Emm ... vin? Ini Nathan."
"Owh ini toh anak tirimu, wah ganteng juga ya, tembem lagi pipinya." Kata Revina sembari menoel-noel pipi Nathan.
"Hiss ... jangan dipegang, Rabies." Canda Rea, dengan menepis tanga Revina, gadis berhijab itu segera mengerucutkan bibirnya.
"Jahanam kamu Rey!"
"Bercanda kali vin, nanti aja mainnya kalo dia udah bangun, kalo dia bangun gara-gara kamu toel pipinya, nanti tangisannya bisa gemparin secafe tau." Jelas Rea, Revina hanya mengangguk faham.
"Kalau anaknya comel kayak gini, gimana ayahnya ya?" Goda Revina pada Rea.
"Ya gitulah, eits jangan dibayangin ya!" Kata Rea penuh penekanan, Revina hanya terkekeh pelan.
"Aduh kamu nih ada-ada aja, oiya aku ke toilet dulu ya, kebelet nih!" Kata Revina kemudian bergegas pergi. Tak lama setelah kepergian Revina terdengar seseorang memanggilnya.
"Rea?" Sapa seorang pria dari belakang Rea. Seketika gadis mini ini menghadap asal suara tersebut.
"Kau!" Rea cukup terkejut melihat lelaki ini, sudah lama ia menghilang dari kehidupannya.
"Sedang apa kau disini?" Tanyanya kemudian duduk tepat didepan Rea.
"Janjian sama temen," kata Rea dengan senyum, jujur hatinya sangat gembira karena posisi lelaki ini sama seperti Revina, sahabat karibnya.
Hal serupa pun dirasakan lelaki itu, teramat bahagia saat bisa bertemu dengan wanita dihadapannya ini. Mereka berbicara sangat akrab, terkadang tertawa saat mengenang masa kecil keduanya. Tanpa disadari, ada yang tengah mengawasi pergerakan keduanya dari kejauhan.
"Jadi ini sahabat yang kamu bilang Rey!" Batinnya.
"Fan! Itu Rea kan? Dia sama siapa?" Benar lelaki itu adalah Arfan, dan lelaki yang bersamanya adalah Adit.
"Batalin pertemuan kita sama clien hari ini, gue bad mood!" Kata Arfan kemudian meninggalkan Adit sendiri didalam Cafe.
"Ini dia cemburu ya?" Adit menggaruk kepalanya yang tetiba gatal saat melihat tingkah teman satunya itu.
🌷🌷🌷
Pukul 15:05 ...
Rea memasuki rumah bercat putih tulang tersebut, dengan tangan yang mendorong kereta bayi didepannya. Kakinya mulai melewati ruang tamu, kemudian ruang tengah. Langkahnya terhenti saat melihat Arfan berdiri didepannya dengan melipat kedua tangannya didada.
"Jam lima lewat delapan menit, dari mana aja kamu?" Introgasi Arfan dengan tatapan tajamnya.
"Emm ... seperti yang aku katakan tadi pagi, aku bertemu dengan sahabatku." Jelas Rea sedikit bergetar saat melihat tatapan tajam suaminya tersebut.
"Bisa gak sih, kalau kamu jawab pertanyaan aku itu langsung to the point!" Setelah mengucapkan kalimatnya Arfan meninggalkan Rea yang berdiri kaku diruang tengah.
Bersambung ...
🌷🌷🌷
Butuh kritik dan masukan nih ... salam hangatku untuk kalian semua😊Rani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Bibit Iriati
mulai cemburu
2021-01-07
0
Maerthizjoei
sukA
2020-09-25
0
Lintang Lia Taufik
maaf kak baru mampir
2020-07-26
0