"Cepat dihabiskan makanannya keburu dingin kak," ucap Rea tanpa menoleh ke arah Arfan sedikitpun, kalimat Rea itu sukses membuat Arfan salah tingkah dan ingin segera menghabiskan makananya.
Tanpa menunggu intrupsi yang kedua kalinya, Arfan segera melahap makanan buatan Rea. Arfan ingat sekali, terakhir kali dirinya memakan masakan Rea itu dua tahun lalu, saat dirinya menyandang status sebagai tunangan Rea.
Itu merupakan yang pertama dan terakhir kalinya Arfan memakan masakan Rea. Sedap, kesan pertama dari masakan yang wanita itu buat. Bagaimanakah rasanya saat ini? Apakah sudah berubah seperti perasaanya pada Rea?
Sejenak lelaki berkumis tipis ini berhenti mengunyah saat pertama kali memasukan sesendok makanan yang dibuat oleh istrinya itu. Rea nampak sedikit gugup melihat ekspresi wajah suaminya yang seketika berhenti mengunyah masakannya. Apakah rasanya terlalu asin? Ataukah ada kerikil yang ikut kedalam nasi? Entahlah hanya Arfan yang tahu.
Tadinya Arfan berfikir akan mencoba berbohong jika masakan buatan istrinya ini telah berubah rasa, atau tidak seperti dulu. Namun niatnya itu batal saat merasakan masakan buatan Rea yang masih sama seperti dulu, enak.
"Asin ya kak?" Tanya Rea dengan gugup.
Arfan menggelengkan kepalanya kemudian kembali mengunyah makannnya.
"Lalu? Ada batunya kah?" Lanjut Rea ingin memastikan.
"Tidak Rey," kata Arfan dengan nada sedikit kesal.
Gadis yang menikahi duda satu anak ini hanya menghela nafas, suami angkuhnya ini sama sekali tidak mengerti akan perasaannya. Setidaknya jika memang tidak enak itu ditegur, atau kalau sebaliknya ya ... kasih apresiasi kek.
"Aku kira rasa masakanmu akan berubah dengan berjalannya waktu, ternyata rasanya tetap sama."
Gadis mini itu mencoba mencerna perkataan pria disebelahnya ini. Kalimat yang ambigu bagi Rea, ia tidak tahu pasti yang dimaksud Arfan itu enak atau sebaliknya. Dahulu pertama kali Rea membawakan makanan untuk Arfan, sama sekali lelaki ini tidak memberi komentar apapun untuk masakannya. Menambah beban fikiran saja duda satu ini.
Sudahlah, Rea tidak ingin mengambil pusing tentang suaminya ini, ia takut kebaperan saat mengingat sifat cuek suaminya, lebih baik ia alihkan saja pembicaraan ketopik lain, lagi pula kini suaminya itu kembali membisu.
"Apa benar besok lusa Kak Anang sama Mba Raida aniv yang ke tujuh tahun?" Tanya Rea mencoba memecah kesunyian di meja makan tersebut.
"Sepertinya .... aku lupa," simple, padat dan jelas, jawaban dari Arfan. Rea kembali menghela nafasnya, benar-benar lelaki tidak pekaan.
"Kau tahu dari mana?" Pertanyaan pendek, namun sangat panjang jawabannya jika Rea harus jelaskan.
"Panjang ceritanya, dari yang kulihat darimu sepertinya tidak ada rasa ingin tahu lebih dari ceritaku, lebih baik aku diam saja." Sudah cukup lelah Rea menghadapi pria dingin ini. Entah apa yang difikirkan Rea, mungkin dia sudah kebawa suasana akan sifat Arfan yang super cuek tadi.
Arfan menghardikan bahunya, it's okey kalau itu yang Rea mau, ia hanya mencoba memecahkan kesunyian dimeja makan ini. Niat hanya menganggap Rea sebagai teman itulah yang membuatnya sedikit acuh dan tak jarang juga sedikit perhatian pada Rea. Acuh saat mengenai sesuatu yang tidak terlalu penting baginya maupun Rea, dan perhatian saat itu menyangkut kepentingannya maupun Rea. Sungguh lelaki super irit dalam hal bersosial.
"Wah bibirmu belepotan sayang," celetuk Rea, yang tidak sengaja membuat Arfan salah faham dan salah tingkah.
Arfan yang terkejut sedikit melirik kearah wanita yang sukses membuatnya salah tingkah itu.
"Sayang cepet besar ya? Biar bunda punya temen ngobrol, bunda ngerasa sendiri disini," Arfan terkejut ternyata wanita itu berbicara kepada putranya, sedikit lega. Namun kelegaan itu segera membuyar saat tidak langsung Rea menyinggung akan sikapnya yang dingin padanya.
"(Menghela nafas) Mendadak aku merasa jadi serba salah disini," batin Arfan, sembari mengelap bibirnya dengan tisu karena sudah selesai makan.
Lain hal dengan Arfan, Rea sama sekali belum menyentuh makanannya karena masih menyuapi Nathan. Arfan diam-diam memperhatikan wanita disebelahnya ini, melihat betapa sulitnya Rea menyuapi Nathan yang terus saja menolak dot di mulutnya.
"Nathan sudah kenyang ya?" Tanya Rea sembari menaruh botol dot diatas meja.
Kryuk ... Kryuk ...
Sekuat tenaga Arfan menahan bibirnya supaya tidak tersenyum saat mendengar suara perut Rea. Ibu tiri Nathan itu hanya menunduk sembari memegang perutnya yang berbunyi. Kasihan melihat Rea yang kelaparan karena lebih mementingkan Nathan dari pada dirinya sendiri, Arfan memikirkan sesuatu.
"Biar aku yang urus Nathan, kamu makan dulu," kata Arfan, kemudian mengangkat Nathan dari pangkuan ibu tirinya tersebut. Sedangkan Rea hanya mengangguk kemudian mengambil makanannya.
"Apa setiap hari dia selalu menahan laparnya seperti itu?" Batin Arfan yang sejenak melirik Rea, kemudian meninggalkan Rea ke ruang tengah.
Tidak perlu lama bagi Rea untuk menghabiskan makanannya, setelah selesai ia segera membereskan sisa makan malam mereka tersebut. Mulai meletakan Piring dan mangkuk sisa makanan kedalam wastafel cuci piring, kemudian membersihkan meja makan yang sedikit kotor akibat nasi dan lauk yang jatuh.
Setelah selesai membersihkan meja makan, Rea kembali ke wastafel untuk mencuci piring. Tangan mungilnya mulai memutar keran kemudian membasahi peralatan makan yang kotor. Baru saja telapak tangannya hendak membasuh piring dengan spons berbusa, tiba-tiba Nathan terdengar menangis. Buru-buru lah Rea berlari menghampiri asal suara.
"Apa yang terjadi?" Tanya Rea dengan telapak tangan berbalut busa bewarna putih.
"Aku tidak tahu, tiba-tiba Nathan seperti gelisah kemudian ia menangis." Kata Arfan dengan polos sembari melihat tangan Rea yang dipenuhi busa.
"Owh ... mungkin dia mengantuk, kemarikan biar ku tidurkan dia di kamar." Rea yang menyadari keadaan tangannya, segera mengelap tangan itu ke bajunya dengan spontan.
Lagi-lagi Rea membuat Arfan tertegun dengan tindakannya itu, tetapi kali ini Arfan bukan terharu melainkan jijik.
"Apa dirumah ini kekurangan lap dan air, sehingga dia mengelap tangannya di baju?" Gumam Arfan setelah Rea pergi menuju kamarnya.
Nampak gadis mini itu menenangkan anak tirinya dengan mengelus-elus punggung kecil Nathan, perlahan tapi pasti suara tangisannya itu mulai mereda. Tidak tahu angin dari mana, Arfan membututi Rea dari belakang, mengikutinya ke kamar. Ibu tiri anaknya itu mulai memasuki ruang kamarnya, kaki Arfan pun hendak ikut memasuki kamar istrinya itu. Namun terhenti saat dirinya mengingat sesuatu, ah ... menyebalkan.
Gadis mini itu terus mengelus Nathan dengan lembut, sembari mengeyongnya dalam gendongan. Sedangkan suaminya hanya memperhatikan dari pintu tanpa suara.
Tiba-tiba Nathan memuntahkan susu yang baru saja ia minum tadi dibahu Rea, sontak membuat Rea kaget, begitupun dengan Arfan. Sudah tidak dapat mengendalikan dirinya, Arfan segera mengahampiri istrinya itu untuk membantu. Namun ...
"Aww..."
Bersambung ...
Visual Arfan
Visual Rea
Visual Nathan
🌷🌷🌷
Salam Hangatku untuk kalian semua😊.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Lizye Zahier
aq suka visualnya,,, bollywood
2021-03-06
1
Agam Nailun
kiano hehehe hehehe
2020-09-25
0
Radt_na
kq visual nya nathan wajahnya agak mirip anaknya baim wong yaa 🤔
2020-09-24
1