"Loe enggak kenapa-kenapa kan, Fan?" tanya Adit saat mobilnya sudah meninggalkan kediaman Arfan.
"He'em," simple Arfan tanpa embel-embel.
Tak ingin komentar, takut di unfollow oleh Arfan, lebih baik Adit diam saja. Toh disaat yang tepat, cepat atau lambat teman satunya ini pasti akan cerita juga padanya.
Setengah jam mengarungi jalan raya super padat, akhirnya mobil Adit berhenti juga di sebuah bangunan kokoh yang menjulang tinggi. Kedua pria jangkung dengan pakaian rapih ini bergegas keluar dan memasuki bangunan tersebut yang tak lain ialah kantor perusahaan Arfan.
"Selamat pagi pak," sapa ramah resepsionis wanita pada Arfan, namun yang disapa hanya menjawab dingin.
"Iya," datar Arfan.
"Pagi juga, Mela," Jawab Adit yang berhenti tepat didepan meja resepsionis tersebut, dengan anatomi tubuh sedikit ganjen.
Arfan yang mendengar suara Adit seketika langkahnya terhenti, dan melihat kebelakangnya namun tidak ada Adit disana.
Tak sengaja matanya menatap Adit yang tengah berdiri sembari menyenderkan tubuhnya dimeja resepsionis dengan sedikit mencondongkan kepalanya kearah sang karyawan wanita tersebut.
Arfan menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan teman satunya ini, playboy akut!
"Adit!" teriak Arfan, Adit segera bangkit dari posisinya dan segera merapihkan pakaiannya, kemudian menghampiri Arfan.
Melihat Adit sudah menghampirinya, Arfan segera melanjutkan perjalanan menuju ruangannya. Namun dari belakang Adit masih sama, sebelum mengikuti Arfan dari belakang secepat mungkin ia melambaikan tangannya kearah karyawan wanita itu, kemudian berlalu pergi setelah mendapat respon balik.
Kedua pria jangkung yang terkenal dengan ... emm ketampanannya ini memasuki lift yang kebetulan sedang terbuka.
Ting ...
Tak lama pintu lift kembali terbuka setelah melewati lima belas lantai dari bawah. Tak ingin berlama-lama di dalam lift, keduanya segera menuju ruang kerja Arfan.
Ceklek ...
Pintu ruangan dibuka, nampaklah sesosok pria yang tidak asing dimata Arfan tengah memangku batita.
"Maaf ya Kak, ngerepotin?" sahut Arfan setelah memasuki ruangan kerja yang diikuti oleh Adit dari belakang.
"Hemm ...," jawab lelaki itu yang tak lain adalah Andre, kakak kedua Arfan.
"Tuh makan bekalnya!" Lanjutnya.
Itu benar, selama ini Andre lah yang selalu membawakan masakan rumah untuk Arfan ke kantornya. Seperti yang diucapkan Yati, Arfan memang sangat menyukai masakan rumah. Jika sudah terdesak, barulah dirinya memakan masakan luar.
"Wah mantep nih masakan Mamah!" Sahut Arfan dengan bersemangat.
"Udah ada Rea juga masih aja nyusahin orang," ceplos Andre tanpa memikirkan perasaan pendengarnya.
Masa bodoh, tidak menghiraukan ucapan kakaknya itu, Arfan memakan sarapannya dengan lahap tanpa menawarkannya pada siapapun di ruangan tersebut.
Masih memangku putrinya, Andre sesekali melihat kearah Arfan yang asik menyuapkan nasi sesendok demi sendok kemulutnya.
"Kamu tuh coba nerima Rea loh, Fan!"
"Uhuk ... uhuk," Arfan tersedak mendengar kalimat itu, tangannya menggapai air minum diatas meja kemudian meminumnya. Sang kakak hanya Menggeleng melihat tingkah adik bungsunya.
"Siip bener itu Mas Andre," kali ini Adit ikut menimpali, padahal ia tak tahu pasti permasalahan sebenarnyanya.
Tak takut lagi saat memikirkan di unfollow oleh Arfan, karena ia sudah memiliki teman komentar satu tujuan sekarang, Andre.
Sejenak kedua adik kakak itu menengok ke arah Adit, dengan tatapan datar. Adit yang menyadari itu segera memalingkan wajahnya sembari bersiul-siul. Tak lama adik kakak itu menggelengkan kepalanya secara bersamaan melihat tingkah Adit.
"Gak bisa kak!" Tegas Arfan.
"Setidaknya kalau enggak kayak dulu, terimalah Rea itu sebagai temanmu, mau sampai kapan kamu cuekin dia kayak gini. Bagaimanapun dia udah nerima anak kamu loh, Fan." Mendengar ucapan sang kakak yang ada benarnya juga, Arfan nampak terdiam sejenak menimbang-nimbang perkataan Andre.
"Owh jadi itu, sekarang aku tau masalahnya," batin Adit sembari menggut-manggut karena paham jalan pembicaraan kedua adik kakak tersebut.
Sekilas Arfan melirik Adit, ah apa mau dikata Adit sudah terlanjur mengetahui ini, jadi tidak ada lagi yang harus disembunyikan darinya.
Mengingat itu Arfan jadi tidak nafsu makan lagi, ia pun menaruh sendok yang dipegang kemudian meminum tiga teguk air putih. Kemudian memulai aktifitas kantornya setelah Andre pamit pulang.
Sorenya dikediaman Arfan ...
Hari ini jadwal Arfan tidaklah padat, hanya menghadiri sekali pertemuan dengan clien dan sedikit menandatangani beberapa berkas maka dari itu ia pulang lebih awal.
"Thanks ya dit?" kata Arfan kemudian turun dari mobil Adit.
"Oke, BTW jangan unfollow gue ya?" celetuk Adit, Arfan tidak mengerti apa maksud dari ucapan sahabatnya itu.
"Unfollow?" mengernyitkan dahinya. "Kenapa gue harus ngunfollow dia? " Tanya Arfan dalam hati.
"Owh dia gak ada niatan toh, Syukur ... Followers gue aman, yes!" Batin Adit.
"Dah lah gue pamit pulang, ya?" kata Adit kemudian bergegas meninggalkan pelataran rumah Arfan.
Melihat mobil Adit yang sudah melewati gerbang rumahnya, Arfan segera membuka pintu rumahnya.
Deg...
Jantunya berdebar, tak tahu kenapa saat melihat pemandangan yang cukup menyejukan menurutnya.
Tengah duduk seorang wanita dengan menyenderkan punggungnya pada sandaran sofa berwana merah hati. Matanya terpejam sembari memeluk sesosok bayi yang tengah tertidur pula.
"Desiran apa ini Fan?" Tanya Arfan dalam hati, telapaknya ia letakan didada, merasakan detak jantung yang sudah tidak beraturan.
Nampak Nathan sedikit menggeliat yang membuat Rea terbangun dari tidurnya. Arfan yang sadar Rea mulai membuka matanya segera mengatur nafasnya, mencoba mengontrol detak jantungnya yang tidak beraturan dan bergegas pergi.
Rea yang sudah bangun mencoba membenarkan posisi tubuhnya yang sedikit turun kebawah, kemudian berdiri dan menggendong Nathan untuk pindah ke kamar. Saat berbalik tak sengaja matanya melihat Arfan yang hendak menaiki tangga.
"Kakak sudah pulang?"
"He'em."
"Kakak lapar enggak? Aku buatin makanan, ya?" Kali ini Rea tidak mau membazir makanan, jadi lebih baik ia bertanya dahulu pada Arfan sebelum memasak.
Sejenak Arfan terdiam dan sedikit menunduk menatap anak tangga. Hatinya bergelut dengan otaknya pasal perkataan kakaknya Andre tadi. Haruskah ia mengabaikan lagi perlakuan Rea? Ataukah mencoba menerimanya kembali?
"(menghela nafas) Baiklah, kita makan malam bersama," singkat Arfan kemudian meninggalkan Rea yang tengah menggendong Nathan.
"Setidaknya hanya sebatas teman, ini demi Nathan," batin Arfan, mencoba mengelak desiran didalam hatinya yang mengatakan masih ada rasa yang lain untuk Rea.
"Sayang kau dengar itu tadi? Ayahmu akan makan malam bersama kita nanti," ucapnya pada Nathan yang masih tertidur.
Tak ingin mengecewakan Arfan, Rea segera menidurkan Nathan dikamarnya dan bergegas turun menyiapkan masakan untuk makan malam nanti, Rea berusaha semaksimal mungkin membuat kesan sedap pada masakannya malam ini. Senangnya hati Rea sungguh teramat hingga sesekali dirinya bersenandung di dapur sembari memasak.
Pukul 18:25 waktu begitu cepat berlalu. Arfan menuruni tangga sesuai janjinya tadi pada Rea, bahwa malam ini ia akan makan malan bersama. Mata tajamnya langsung disambut dengan bermacam-macam makanan yang tersusun rapih diatas meja. Namun ada satu yang tidak nampak, Rea.
"Kemana wanita itu?" Gumam Arfan.
"Cie nyariin," sahut Rea yang berjalan melewati Arfan tanpa menoleh sedikitpun pada lelaki itu, sang lelaki hanya salah tingkah dibuatnya.
"Nathan belum tidur?" Tanya Arfan mengganti topik pembicaraan saat melihat Rea menggendong putranya.
"Seperti yang kau lihat," singkat Rea, hati Arfan berdesir lagi, mengapa rasanya aneh saat wanita ini menjawab pertanyaannya dengan singkat seperti itu.
"Apa dia tidak merepotkanmu?" Tanyanya lagi. Kali ini Rea benar-benar senang, sudah makan bersama, dapat perhatian pula dari Arfan!
"Jangan geer," ketus Arfan saat melihat Rea sedikit tersenyum.
"Tidak! Sama sekali tidak merepotkan, lagi pula Nathan juga belum makan, jadi sekalian saja aku bawa kesini."
Sungguh jawaban diluar dugaan Arfan, tadinya ia berfikir bahwa Rea akan memilih meninggalkan Nathan sendiri dan makan malam bersamanya, tetapi ternyata dia tidak seburuk yang difikirkan Arfan.
Arfan mengangguk dan duduk dikursinya, sedikit aneh itu yang ia rasakan, tidak percaya bahwa ia bisa makan lagi bersama wanita ini.
Rea segera menuangkan nasi dan lauk diatas piring Arfan sembari menggendong Nathan, Arfan hanya melihatnya dengan tatapan haru. Namun sebisa mungkin ia menyembunyikan tatapan itu jangan sampai Rea mengetahui itu.
"Selamat makan," Kata Rea dan beralih mengambil sebotol kecil susu formula untuk Nathan.
Lagi-lagi Arfan dikejutkan dengan tindakan Rea. Masih saja dirinya bisa mementingkan urusan Nathan dari pada dirinya sendiri.
Dengan cekatan Rea mulai memasukan ujung dot botol itu pada Nathan yang berada dipangkuannya tersebut. Arfan yang hendak memasukan sesendok nasi kedalam mulutnya seketika terhenti melihat pemandangan yang menyejukan ini.
"Cepat dihabiskan makanannya keburu dingin kak," ucap Rea tanpa menoleh ke arah Arfan sedikitpun, kalimat Rea itu sukses membuat Arfan salah tingkah dan ingin segera menghabiskan makananya.
Bersambung...
🌷🌷🌷
Salam hangatku untuk kalian😊.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Om Rudi
mampir juga dong ke karya Om Rudi:
Muslimah bintang 7
Cinta Seleher Botol
Harzai1: Ratu Suku Lix
2020-10-25
0
kia
aku suka ceritanya
2020-06-28
3
Rabaniyasa
selalu suka mampir kesini 🤗🤗
2020-06-20
1