Wanita Rempong

Sepulangnya dari rumah sakit, keluarga kecil itu tidak ada yang istirahat sampai malam hari. Terutama Arfan, hampir seharian ia menggendong Nathan yang terus saja rewel karena suhu tubuhnya yang belum turun. Lelaki itu baru bisa istirahat saat menjelang sore lantaran Nathan yang mulai tenang.

Setelah menjelang maghrib Rea mengelap tubuh Nathan menggunakan handuk yang dicelupkan kedalam air hangat. Nathan sedikit tenang saat ibu tirinya itu mengelap tubuhnya yang mulai bersuhu normal.

"Pangeran Bunda udah mendingan ya, tadi kenapa rewel hee ..." Ucap Rea, sembari memakaikan baju pada putranya tersebut.

Nathan menggeliat dan tersenyum sangat manis, sesekali ia memainkan kelopak matanya. Walau tidak bersuara, tetapi Rea tahu kalau anak tirinya itu sedang mengajaknya berbicara.

"Aaapaa? Nathan mau ngomong apa sama bunda?" Tanyanya dengan sedikit manja, selayaknya seorang ibu kepada anak kandungnya.

Gadis mini itu sedikit berfikir, sepertinya ia melupakan sesuatu. "Hari ini kan anivnya Mba Raida sama Kak Anang." Lirihnya saat kembali mengingat hal yang ia lupakan.

Rea segera mengangkat tubuh Nathan kedalam gendongannya dan beranjak dari dipannya menuju pintu kamar, ia akan menghampiri Arfan.

Tok ... Tok ... tangan Rea mengetuk pintu kamar suaminya. Tak kunjung dibuka, Rea menyelonong masuk kedalam kamar suaminya tersebut yang kebetulan tidak dikunci.

Deg ...

Arfan terduduk diatas sajadah, dengan sarung melingkar rapih dipinggangnya. Telunjuk kanannya ia acungkan, tak lama ia turunkan kembali. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Lirihnya, sembari memalingkan wajahnya kekanan. Kemudian kembali mengucap salam dengan menoleh kekiri.

Sejuk, itu yang Rea rasakan saat melihat suaminya tengah menunaikan kewajiban kepada tuhannya. Entah sudah berapa lama Rea tak melaksanakan kewajiban terhadap tuhannya tersebut, tetapi yang jelas hatinya sangat sejuk saat melihat pemandangan itu.

"Rea, ada apa?" Tanya Arfan yang keheranan melihat Rea ada didalam kamarnya.

"Emmm ... emm ... anu kak .... anu." Gugup Rea. Hatinya yang tersentuh oleh kesejukan sisi lain suaminya itu cukup membuat otaknya lamban mencerna fikirannya.

"Anu apa? Kamu itu kalau ngomong yang jelas." Kata Arfan sembari membereskan sajadah dan membuka lipatan sarung yang ia kenakan.

"Loh-loh kok lepas sarungnya didepan aku sih, kan jadi salah tingkah aku." Cemas Rea sembari memalingkan wajahnya kesegala arah.

"Kamu itu kenapa Rea?"

"Tidak! Aku tidak kenapa-napa." Kata Rea tetapi wajahnya masih ia palingkan kearah lain.

Arfan mulai mendekati Rea, gadis itu semakin salah tingkah, ia memutar tubuhnya membelakangi Arfan. Dibelakangnya, Arfan mengerutkan dahinya. "Ada apa dengan gadis ini." Batinnya, tangannya masih asik membenarkan sarungnya.

"Anivnya Kak Anang!" Teriak Rea panik, perasaannya yang gugup sangat berpengaruh pada sistem fikirnya. Sampai-sampai ia tak dapat mengolahnya lagi sebagai pertanyaan, tetapi langsung pada intinya.

"Kenapa?" Tanya polos Arfan.

"Jadi atau tidak!" Kata Rea dengan cepat.

"Iyaaa ... jadi, nanti setelah isya kita berangkat." Jelas Arfan, Rea mengangguk kemudian bergegas keluar kamar suaminya tersebut.

"Aneh!" Gumamnya saat pintu sudah ditutup dari luar oleh Rea.

🌷🌷🌷

Setelah isya ...

Arfan berdiri dengan posisi tangan masuk kedalam saku celana, pria itu sedang menunggu istrinya selesai berdandan. Sesekali ia menarik tangannya guna melihat arlojinya. Malam sudah menunjukan pukul 19:45 seharusnya Rea sudah selesai berdandan.

Tak lama terdengar suara langkah kaki menuruni tangga, pria itu menoleh keasal suara. Arfan terkejut melihat penampilan wanita yang ia tunggu-tunggu tersebut.

"Kamu kenapa pake baju itu?" Tanya Arfan.

"Emang kenapa?"

Arfan menepuk dahinya, ia lupa memberikan sesuatu pada Rea. "Maaf aku lupa, Kak Anang ngadain acara dengan tema biru dongker. Jadi dia ngirimin baju couple buat kita." Jelas Arfan. Kita? lo aja kale!

"Yah ... berarti aku ganti baju lagi dong!" Ucap Rea penuh kecewa.

"Ambil bajunya dilemariku, aku menggantungnya." Titah Arfan pada istrinya tersebut.

"Yaudah nih gendong Nathan." Kata Rea sambil menyerahkan Nathan pada sang ayah.

Rea bergegas menaiki tangga dan memasuki kamar suaminya. Ia mulai membuka kedua pintu lemari suaminya tersebut. Dengan jeli ia melihat semua pakaian yang tergantung disana.

"Ini?" Lirih Rea saat menemukan pakaian yang akan ia kenakan diacara aniv iparnya tersebut.

"Aku salin dimana ya?" Gumam Rea, ia bingung mau mengganti pakaian dimana. Tidak mungkin kalau ia mengganti pakaiannya dikamar suaminya itu. Namun akan ribet juga saat ia mengganti pakaian dikamarnya, huuh perempuan memang rempong!

"Huft ... kekamarku ajalah." Ucapnya, sembari meninggalkan ruang pribadi suaminya tersebut.

Sedangkan dilantai bawah ...

"Si*l! Kenapa aku lupa memberikan pakaiannya, jadi lama kan!" Rutuk dirinya. Lelaki itu masih menggendong Nathan.

"Kenapa Wanita kalau berdandan lama sekali!" Lanjutnya yang masih merutuki istrinya tersebut.

Arfan melirik arlojinya, sudah pukul 20:29. Lelaki itu mendengus kesal, ia tahu ini kesalahannya tetapi mengapa harus selama ini! Ayahnya Nathan itu geram, ia hendak melangkahkan kakinya menyusul Rea kekamar.

Dag ... dig ... dug ... der ... jantungnya berdegub kencang, langkahnya terhenti, bibirnya menganga, dan tetiba salivanya sulit ditelan.

Nampak dari lantai satu, wanita itu menutup pintu kamarnya, terlihat cantik walau dari kejauhan. Wanita itu melajukan kakinya menghampiri anak tangga.

Kepala Arfan bagaikan CCTV, ia selalu menyorot pergerakan Rea. Sampai akhirnya wanita yang ia pandangi dari kejauhan itu, kini berada dihadapannya.

"Lama ya?" Tanya Rea, jemarinya menyibakkan poni yang sedikit mejuntai kedepan. Lelaki dihadapannya hanya diam tanpa pergerakan, Rea menyilang-nyilangkan kedua tangannya didepan wajah suaminya tersebut. Lelaki itu mengerjapkan matanya, ia mulai sadar dari lamunanya.

"Aaa ... ayo kita berangkat!" Ajaknya dengan tangan yang mempersilahkan Rea untuk jalan terlebih dahulu.

Gadis mini itu nampak anggun saat menggunakan long drees bewarna biru dongker. Sederhana namun terkesan elegan.

Malam ini pasutri itu nampak serasi saat menggunakan pakaian bewarna senada. Keduanya segera berangkat menuju rumah Anang dan keluarga.

🌷🌷🌷

"Wah pasti kita telat ini!" Protes Arfan saat turun dari mobilnya. Kini keluarga kecil yang entah kapan bisa bahagia itu, sudah menapaki rumah Anang.

"Suruh siapa lupa ngasih baju aku!" Lirih Rea namun masih bisa didengar Arfan.

"Kamu bilang apa!"

"Enggak, ayo masuk!" Ajak Rea yang tengah menggendong Nathan.

Pertama kali memasuki rumah Anang, mata mereka langsung disambut dengan dekorasi serba biru dongker. Rea dan Arfan menyepu seluruh sudut ruangan dengan matanya.

"Lumayan." Lirih Arfan, Rea menengok kearah suaminya itu.

"Ini warna kesukaan mba Raida." Jelas Arfan, hatinya tahu perihal apa istrinya itu menengok kearahnya.

"Owh ... " Balas Rea dengan lirih sembari menganggukan kepalanya.

"Wah kalain sudah datang!" Sambut seorang wanita paruh baya.

"Iya mah," Ucap keduanya bebarengan sembari mencium tangan Yati.

"Inii cucuk nenek makin hari makin ganteng aja ya!" Kata Yati penuh antusias.

"Siapa dulu ayahnya!" Narsis Arfan dengan jemari yang membenarkan dasi pita dileherya.

Tak lama keduanya terkekeh pelan, tetapi lain hal dengan Rea. Ia merasa asing disini, ia merasa tak punya ikatan apapum dengan keluarga Rahardian ini. Walau ia sudah menikah dengan Arfan, tetapi itu hanya sebatas status. Jika saja ia tidak mengingat bahwa ini adalah acara bahagia iparnya, pasti air bening itu sudah jatuh dari sudut matanya.

"Acaranya sudah dimulai ya mah?" Tanya Rea, gadis itu mengalihkan topik pembicaraan.

"Belom kok." Jelas Yati, terlihat dari raut wajahnya ia menutupi sesuatu.

"Kenapa mah?" Tanya Arfan.

"Raida belum pulang." Bisik Yati pada pasutri dihadapannya itu. Setelah mendengar bisikan sang mertua, sepertinya Rea memikirkan sesuatu. "Apa yang aku lihat tadi siang itu_" Batin Rea enggan mengatakan prasangkanya itu, ia khawatir akan menjadi kenyataan.

"Rea, kamu datang kesini juga?" Sahut seseorang dibelakang Yati. Rea tidak bisa melihat orang itu lantaran tertutup tubuh sang mertua. Sedangkan Arfan yang bisa melihat orang itu hanya memutarkan kedua bola matanya dengan jengah.

"Dia lagi!" Dengusnya.

Bersambung ...

Salam hangatku untuk kalian semua😊Rani.

Terpopuler

Comments

Bibit Iriati

Bibit Iriati

K2 iparnya selingkuh

2021-01-07

0

Lintang Lia Taufik

Lintang Lia Taufik

semangat

2020-07-28

0

kia

kia

nyicil dulu kak

2020-06-28

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!