Dua pasang kaki mulai melangkah melewati ruang demi ruang bernuansakan putih dan kelabu. Tak sedikit terpajang barang-barang indah, berbahankan kaca berbalut tembaga berwarna emas didalam etalase kaca, menambah kesan mewah pada rumah yang tak lain adalah kediaman keluarga Rahardian.
Sepasang telapak tangan yang tak lagi terlihat kencang kulitnya dengan lembut menuntun tubuh Rea menuju kamar suaminya. Tidak sepenggal kalimat pun yang keluar dari bibir Rea.
Lidahnya sungguh kelu mengingat keputusannya dahulu. Hati nuraninya terisak saat mengetahui seseorang meninggal tersebab keputusannya tersebut.
Semakin teriris, itu yang Rea rasakan saat ini, merasakan orang yang tidak sengaja ia sakiti saat ini sangat baik padanya.
Tak jarang matanya mencuri pandang wanita yang dengan lembut dan sabar menuntun menuju kamar putranya. Terbayang dibenaknya memikirkan terbuat dari apakah hati mertuanya itu.
Handle pintu segera diputar, ruangan bernuansakan biru muda dengan putih itu nampak sangat elegant.
Keduanya memasuki kamar itu, Yati mendudukan menantu barunya tepat bersebelahan dengannya.
Tak ada rasa benci, kecewa, ataupun intimidasi dalam pandangan matanya, yang ada hanya tatapan kasih sayang ibarat seorang ibu pada anaknya.
Lagi-lagi Rea merasakan nyeri didalam hati nuraninya, andai saja dan pasti saja, itulah yang terlintas difikirannya yang melaknat keputusannya dua tahun lalu.
"Rea apa yang sedang kau fikirkan nak," pertanyaan Yati berhasil membuyarkan semua andai-andaian Rea.
"Tidak ada mah ..." Yati hanya tersenyum.
"Mamah harap, Rea dan Arfan bisa berhubungan baik seperti dulu lagi, Mamah yakin masih ada cinta dihatinya untukmu." Rea hanya diam, tidak percaya dengan perkataan ibu mertuanya tersebut. Pasalnya selama ini, sama sekali tidak ada komunikasi diantara mereka setelah kejadian dua tahun lalu.
"Mamah akan selalu berdoa untuk kebahagian kalian. Apa saat ini kau masih mencintai Arfan, Rey?"
"Sangat mah ... bahkan melihatnya bahagia dengan wanita lain, tak membuat rasa itu pudar dihatiku sedikitpun." Rea hanya bisa diam dan menjawabnya dalam hati.
Sangat jelas ... dan tidak perlu penegasan kalimat, sebab Yati sudah mengerti apa yang Rea rasakan saat ini.
"Diammu itu membuat semuanya makin jelas Rey ... Mamah tau kamu masih mencintai Arfan, iya kan?" Hanya air mata yang menetes dipipi Rea, mewakilkan jawaban dari pertanyaan mertuanya.
Pertanyaan lembut penuh sabar itu sangat mengiris hati Rea, bagaimana mungkin ada orang setegar ini, disaat ia mengetahui suaminya terkena serangan jantung akibat keputusannya.
"Kenapa anda begitu baik padaku? Bukankah pak Dimas terkena serangan jantung akibat ulahku? Rasanya tidak pantas bagiku menerima kebaikan anda saat ini." Pertanyaan itu akhirnya keluar juga dari bibir Rea.
"Tidak," bantah Yati dengan cepat, telapaknya meraih wajah Rea, matanya terlihat berkaca-kaca.
"Hidup dan mati seseorang dengan cara seperti apa? Itu sudah ditakdirkan, begitupun dengan Waktu Hidup dan mati seseorang sudah ada yang mengatur, ini bukan kesalahanmu," bijak Yati.
"Tapi_"
"Mamah tau siapa dalang kejadian dibalik semua ini, Rey," tatap Yati penuh sendu mengingat nasib malang menantu barunya.
Flashback on//
Dalam ruangan dengan pencahayaan cukup redup, Rea dan Vera tengah duduk diatas ranjang yang sudah dirias cantik sedemikian rupa. Bunga bermacam warna menghiasi kamar pengantin itu, namun air mata Vera merubah suasana diruangan itu.
"Batalkanlah pernikahanmu dan biarkan Arfan menikahi Amel, Rey."
"Apa maksudnya, Bu? Aku sangat mencintai kak Arfan."
"Selama hidupku tidak pernah kumerasakan kebahagian yang sempurna." ucap Vera berinai air mata.
"Kau dan Ibumu selalu saja mengambil alasan kebahagianku, dulu Ibumu mengambil hati Ayahmu, dan sekarang kau pun akan mengambil hati orang yang putriku cintai."
"Apa maksud Ibu, bukankah aku ini putri kandungmu?"
"Kau bukan putri kandungku," pekik Vera. Kedua wanita itu tak menyadari akan kehadiran Yati yang terkejut dibalik pintu kamar.
"Aku dan Ayahmu menikah karena dijodohkan, perlahan Ayahmu mulai menganggap aku sebagai istrinya. Waktu terus berjalan, tiga tahun pernikahan kami jalani namum belum juga dikaruniai anak."
"Keluarga ayahmu tidak sabaran akan hal itu, mereka memilih menikahkan kembali ayahmu dengan mantan pacarnya, yang tak lain ibumu, Anita." Vera menghentikan sejenak ucapannya.
Seketika wajah Rea berubah pucat, air mata mengalir tanpa perintah, lidahnya kelu. Jadi ini, alasan wanita dihadapnya tidak pernah menyayangi ia sebagaimana menyayangi kakaknya, Amel.
"Setelah ayahmu menikah dengan Anita tidak lama aku hamil anak pertamaku, Amel. Sungguh cobaan yang sangat berat bagiku, aku harus rela membagi suami dengan wanita lain disaat aku hamil."
"Selang tiga bulan Anita mengandungmu. Saat melahirkan, Ibumu mengalami pendarahan yang mengakibatkan ia kehilangan nyawanya. Aku semakin sengsara saat harus mengurusi dua anak sekaligus."
"Ayahmu tidak bisa membantuku karena depresi akibat kepergian Anita. Penderitaan terus menerpa, saat melihat putriku yang selalu sakit-sakitan. Aku merasa sangat tidak diadili didunia ini, Tuhan sangat tidak adil padaku." Vera menenggelamkan wajahnya ditelapak tangannya, memperlihatkan betapa terpuruknya ia.
"Melihat putriku murung dan memilih mengalah terhadapmu, membuatku sedih. Kau tidak tahu kan? Amel diam-diam mencintai Arfan dan pura-pura bahagia dihadapnmu," Vera berhenti sejenak.
"Mengapa hanya kesedihan yang selalu aku terima, Rey?" Pekik Vera.
"Tinggalkan Arfan, maka aku akan menyayangimu sebagaimana aku menyayangi Amel."
Tatapan mata penuh cairan bening itu sangat meluluhkan hati Rea. Rea sangat mencintai Arfan, tapi ia juga sangat menyayangi ibu dan kakaknya itu.
Hati Rea berkata. "Lebih baik aku kehilangan cinta dari pada kehilangan kedua orang yang sangat aku sayangi."
Dibalik pintu kamar, Yati hanya menggelengkan kepalanya berharap Rea tidak menuruti keinginan ibu tirinya itu.
Tapi apalah daya, Rea yang tidak melihat Yati, dengan berat hati dan air mata yang bercucuran mengiyakan permintaan Vera. Seketika Vera memeluknya penuh Haru.
Flashback off//
Kilas kisah dua tahun lalu membuat keduanya menangis dalam diam, hanya dentingan jam dinding yang mengisi ruangan.
Memecah kesunyian, Yati mencoba memperkenalkan hal-hal yang disukai putra bungsunya itu.
"Arfan itu suka masakan rumah, dia tidak akan makan diluar, kau yang harus masak. Arfan alergi dengan seafood. Setiap pagi Arfan mengawali aktifitasnya dengan minum susu coklat, dia sangat menyukai minuman itu."
"Arfan terbiasa hidup dengan segala fasilitas yang telah disediakan, jadi kau harus menyiapkan setiap pagi. Arfan tidak bisa memasang dasi dan kancing kemeja pergelangannya sendiri."
"Sebenarnya masih banyak lagi, kebiasaan Arfan yang harus kamu ketahui." Sejenak terhenti dan memandang penuh kasih pada Rea.
"Mamah akan selalu dukung perjuanganmu merebut kembali cinta Arfan rey," lanjut Yati dengan tersenyum. Membangun kembali mental menantunya yang telah menciut, mengingat perilaku dingin putranya kepada Rea. Rea hanya mengangguk mengerti.
"Bagaimanapun perlakuannya padamu saat ini, tetaplah statusnya sebagai suamimu. Mintalah izin kepada suamimu jika ingin keluar, beritahu akan kemana dan bertemu siapa. Jangan pernah melanggar larangannya, atau Allah dan malaikatNya akan melaknatmu."
"Terima dengan baik setiap hajatnya, patuhi segala perintahnya selama tidak dalam jalan kemungkaran. Jaga amanahnya dengan baik, seperti harta benda dan hatinya saat ia pergi. Jangan tinggikan suara melebihi suaranya ... " jelas Yati, panjang lebar.
"Terima kasih atas nasihatnya Mah," ucap Rea yang segera merangkul Yati.
"Sudah jangan menangis lagi, ada Mamah yang akan terus membantu dan mendukungmu disni." Melepaskan pelukan seraya menghapus air mata Rea.
Rindu Rea akan kasih tulus seorang ibu kini ia Rasakan dalam diri Yati. Walau Vera sudah menerima ia sebagai putrinya, tetepi tetap saja, tidak ada rasa seperti saat-saat bersama Yati.
"Mulai hari ini aku janji akan lebih bersyukur lagi atas setiap takdir yang aku dapatkan, terimakasih ya Allah." Batin Rea.
**Berusahalah untuk menemukan kebahagian di sela kerasnya kehidupan. Cobalah untuk tetap tersenyum walau rasanya perih. Sebab bahagia itu bukan milik mereka yang punya dan bisa segalanya, tetapi milik mereka yang mensyukuri apa yang mereka punya.
@ranimutiara31**
Bersambung ...
🌷🌷🌷
Assalamualaikum ... Bellow readers ... semoga readers ngerti ya sama alurnya. Terima kasih yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca ceritaku. Ayo dukung author dg like,comen dan votenya ya😊. Semoga selembar cerita ini dapat mengisi hari libur kalian😊.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Larti Astuti
suka ma cerita nya thor
2021-04-25
1
Mulya Dewi
mantep wewejang nya sangat baik
2021-03-12
1
Bibit Iriati
lanjut
2021-01-07
0