Datang

Keesokan pagi nya, Duke Lizt datang ke istana. Kedatangan nya disambut oleh Puteri kesayangan nya.

"Ayahhh kemarin aku takut sekali yah."

"Apakah kau tak apa - apa nak?"

"Ga apa - apa kok yah, cuma aku sekarang sangat takut untuk keluar istana."

"Yang aku dengar Raja Jason kemarin sangat panik, dia memanggil semua tabib istana. Siapa yang terluka?"

Matilda pun mengeluarkan jurus andalan nya, air mata buaya betina.

"Budak berambut hitam itu yah, dia yang terluka. Jason sangat mengkuatirkan nya, sampai tega tidak menghiraukan ku yah."

Belum sempat ayah nya bereaksi, Jason sudah memotong pembicaraan itu,

"Dia terluka karena menjadi tameng ku paman, mana mungkin aku tega membiarkan bawahan ku mati begitu saja."

"Hati mu selalu saja lemah Jason! Lain kali kau harus lebih memperhatikan Matilda."

"Baik paman, daripada kita berbicara di sini lebih baik kita berbincang di taman atau ruang kerjaku."

"Tidak, aku penasaran bagaimana rupa budak itu. Antar aku ke sana."

"Paman, tempat itu sangat lah jauh dan kotor. Sangat tidak pantas untuk paman yang terhormat ini."

"Jika kau memang tidak mau membawaku ke sana, biar Matilda yang mengantarku. Ayo nak."

Senyum kemenangan tergurat jelas di wajah cantik nya, "Baik ayah."

Jason hanya mengekor di belakang mereka.

Duke Lizt menyadari, jika bangunan jelek yang di maksud oleh Jason adalah gedung yang di pakai oleh permaisuri terdahulu. Tempat ini tidak berubah, hanya saja kesederhanaan nya telah terkikis oleh waktu dan banyak bagian gedung yang rusak serta tembok nya banyak ditumbuhi lumut.

Dari kejauhan, terlihat seorang wanita sedang duduk di samping kolam ikan. Rambut hitam panjang nya di ikat ke samping berharap tidak mengenai luka di punggung nya,

"Charlene!" Matilda berteriak kepadanya, dengan anggun Charlene pun menoleh. Seketika Duke Lizt terkejut, wanita di depannya sangat mirip dengan almarhum permaisuri saat muda, keanggunan dan paras cantik nya yang dulu sempat mencuri hati sang Duke, tetapi apa daya nya ketika sang Raja menikahi wanita pujaan hati nya.

'Itu tidak mungkin, wanita itu sudah meninggal, dan usia gadis ini sepantaran dengan Matilda. Tetapi gadis ini tampak tidak asing baginya. Siapakah dia sebenar nya.

"Ayah! Ayah!" Suara Matilda memecah lamunan nya.

"Maafkan aku nak. Ayah hanya berpikir seperti nya aku mengenal nya."

Keringat dingin mulai muncul di telapak tangan Charlene, 'Bagaimana jika aku ketahuan? Apakah ayah Matilda pernah melihat wajah Arlon?'

Jason mulai panik, dia harus bisa melindungi Charlene apabila sang Duke mulai mencari gara - gara dengan nya. 'Tapi tunggu, kenapa orang seperti grand Duke bisa tidak asing dengannya. Siapa kah dia?'

Di sisi lain Charlene hanya menundukkan kepala nya, dia tidak berani menatap Duke Lizt.

"Siapa nama mu?" Suara lantang Duke Lizt terdengar di seluruh taman.

Charlene hanya diam membisu, dia sangat takut jika sang Duke mengenali suara nya.

"Apa kau Tuli?! Ayahku sedang berbicara padamu. Jawablah budak!" Matilda tampak lebih tidak sabar menghadapi Charlene.

"Nama hamba Charlene yang mulia."

"Charlene.." Sang Duke berusaha membuka seluruh memori yang berada di kepala nya. Tetapi nihil, dia tidak mengenal wanita itu, tetapi perasaan tak asing selalu muncul di kepala nya.

Charlene sungguh beruntung, terakhir kali Duke Lizt bertemu dengan Arlon ketika sang pangeran masih kecil, sehingga perubahan suara dan wajah nya tidak membuat Duke Lizt berpikir sejauh itu.

Namun dia masih penasaran karena Charlene memiliki paras yang hampir mirip dengan almarhum Permaisuri.

Sang Duke pun menginterogasi kembali, "Darimana asal mu Charlene?"

Jason tidan menghalangi Duke Lizt, karena dia pun menantikan jawaban yang sama. Rasa penasaran terus menghantui Jason membuat hati nya tidak dapat terbuka secara keseluruhan.

"Hamba berasal dari desa yang cukup jauh dari sini yang mulia. Desa hamba sudah terbakar habis akibat kemarahan Raja Arcton."

"Owh begitu.. Apakah sebelumnya kita pernah bertemu? Seperti nya wajahmu tak begitu asing."

"Yang mulia Duke pasti bercanda, mana mungkin rakyat rendahan seperti hamba dikenali oleh yang mulia."

Belum lagi pertanyaan grand Duke mendapat jawabannya, seorang prajurit datang dengan napas terengah - engah.

"Lapor yang mulia, salah seorang prajurit pelaku insiden di hutan kemarin yang tertangkap sudah mengaku, bahwa sasaran mereka adalah Puteri Matilda. Mereka tidak puas, karena Grand Duke telah menaikkan pajak hasil panen mereka."

Duke Lizt naik pitam mendengar bahwa sasaran pembunuhan itu adalah Puteri kesayangannya.

"Kurang ajar!! Berani nya mereka mencoba membunuh anakku!! Ayo tunjukkan jalan padaku. Aku harus menemui bedebah itu."

Matilda memeluk lengan Jason dan mulai merengek, "Kau dengar itu Jason? Mereka hendak membunuhku. Ini sangat mengerikan, aku takut kejadian ini terulang kembali."

"Kau tenang saja Matilda, kembalilah ke kamar mu. Biarkan aku dan ayah mu yang menyelesaikan nya."

Dengan tergesa - gesa Duke Lizt dan Jason menuju penjara bawah tanah, tempat salah satu tersangka ditangkap.

Charlene menghembuskan napas lega, melihat orang - orang menjauh dari nya,

'Buset, bisa gila aku. Aku tak pernah takut mati, tetapi jika aku harus mati disini dengan cara di eksekusi, seperti nya itu pilihan yang buruk'

Charlene mengusap perlahan tengkuk nya, membayangkan kejadian terburuk yang dapat menimpa dirinya.

Sesampainya nya di sana Grand Duke sangat marah, mengetahui jika prajurit yang di tangkap tersebut telah meninggal bunuh diri.

Dia melampiaskan kekesalannya pada sipir penjara, Di pukul nya wajah sopir tersebut hingga tersungkur di tanah.

"Kenapa Kau biarkan dia mati!!"

"Lapor yang mulia Duke, dia telah bunuh diri dengan menggigit lidah nya. Hamba juga tak bisa berbuat apa - apa."

Dengan mendengus kesal, Duke Lizt meninggalkan tempat itu, dan mengabaikan Jason. Seperti nya dia melupakan fakta bahwa bagaimana pun Jason adalah Raja nya. Jason masih bersikap tenang, dia menantikan saat yang tepat untuk menyingkirkan nya.

Sesampainya Duke Lizt di kamar Matilda, Matilda menyambut nya dengan tangisan histeris. Duke Lizt sudah benar - benar muak, ini adalah salah satu sifat jelek Matilda yang tidak dia sukai.

"Matilda, apakah kau tahu kenapa Jason tidak menyukai mu dan lebih memilih budak itu?"

Matilda terkejut ayah nya mengganti topik pembicaraan, bahkan membandingkan diri nya yang Agung dengan budak rendahan itu.

"Apa maksud ayah? Jelas saja dia mungkin menggunakan ilmu Hitam yang membuat Jason terbuai."

"Bodoh!! Aku tahu kau memang sedikit polos seperti almarhum ibu mu, tetapi kali ini aku menyebutmu bodoh! Kau lihat sendiri kelakuan mu dan dirinya bagai bumi dan langit, coba lah kau tiru sikap tenang nya dan cara nya berbicara. Tidak seperti diri mu yang selalu bersikap arogan, bahkan dengan ayahmu sendiri! Jangan merengek padaku jika Jason menendang mu dari posisi calon Permaisuri."

Matilda pucat pasi, bagaimana jika prediksi ayah nya menjadi kenyataan. 'Tidak itu tidak boleh terjadi, aku adalah calon permaisuri negeri ini. Posisi itu harus menjadi milikku.'

"Aku harus bagaimana yahhh."

"Kau dengar nak, perlakukan Jason lebih lembut. Mengalah dan bersabar adalah kata kunci nya. Hilangkan kebiasaan merengek mu, bagi seorang pria itu sangat menjijikan. Jika kau memang ingin Jason menjadi milikmu, segera lah hamil supaya Jason lebih cepat menikahi mu."

Matilda yang sedikit kekanakan terkejut, ayah nya mengajari nya hal yang begitu menjijikan dan bahkan berbicara begitu vulgar pada nya.

"Aku tak mau melakukannya! Itu sangat memalukan"

Duke Lizt sangat kesal pada kebodohan anak nya, bahkan jika dia menjadi Jason, dirinya tetap akan memilih budak itu daripada anak nya sendiri.

"Terserah kau saja! Yang pasti ingat pesanku anakku, jika kau menginginkan seorang pria mempertahankan mu, bersikap lah seperti seorang wanita yang sesungguhnya, di siang hari dia akan bermartabat dan di malam hari dia akan liar seperti seorang pelacur. Untuk sekarang ini yang dapat membantu diri mu bukan lah aku, melainkan dirimu sendiri. Camkan itu!"

-

-

-

Halo semua 🙏☺

baca juga novel author yang lain ya

**RED SUNSET

R +18 terdapat adegan kekerasan verbal

Bijaklah dalam membaca.

Berawal dari kematian saudara kandung nya, perceraian kedua orang tua nya hingga membuat ibu nya gila sampai tewas bunuh diri, membuat Ardian Wicaksono membulatkan tekad untuk membalas dendam pada Gunadi Prakoso. Orang yang sudah memporak porandakan kehidupan keluarga Ardian yang sebelumnya sangat harmonis.

Target utama Ardian adalah Dheandra Prakoso, Puteri semata wayang bapak Gunadi. Dia akan membuat kehidupan Dhea dan keluarga nya menjadi hancur seperti keluarga nya.

Tetapi satu hal yang luput dari rencana Ardian, bahwa Dhea wanita dengan masa lalu yang kelam sekaligus cantik rupawan dan mampu membolak balikan hati Ardian.

Ketika akhirnya Ardian berhasil membalas dendam, tapi mengapa justru timbul masalah yang lebih rumit dan berkaitan dengan hati nya.

Mampukah Ardian berdamai dengan masa lalu nya, dan memulai lembaran baru bersama Dheandra**.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!