Nuansa Baru

Keesokan hari nya, Jason mengirimkan dua orang pelayan ke tempat Charlene. Charlene terkejut, rupanya Jason tidak bercanda dengan kata - katanya.

Kedua pelayan itu terlihat masih sangat muda usia nya, "Siapa nama kalian?"

"Nama hamba Regis dan nama nya Belinda."

Charlene kikuk menghadapi dua orang pelayan di depannya, secara sejak dia tinggal di panti asuhan dia belum pernah merasakan memiliki bawahan.

"Hmmmm.. Hilangkan kata nona dan hamba. Aku tak menyukainya, disini kita adalah keluarga."

"Kami tak berani nona, jika yang mulia Raja mengetahui nya maka kami berdua bisa dihukum karena telah tidak sopan pada nona Charlene."

"Ya sudah, kalian ga papa memanggil aku nona, tetapi hilangkan kata hamba gantilah dengan aku atau saya, itu jauh lebih baik di telingaku."

"Baik nona."

Charlene pun bingung dengan kehadiran mereka berdua, 'Tidak aku harus berbicara pada Jason nanti.'

"Kalian lakukan saja yang harus dilakukan, aku ada perlu sebentar."

"Baik nona."

Charlene pun pergi menuju istana utama, sesampai nya disana Charlene menemui Dheen.

"Mr. Dheen, apakah aku bisa menemui yang mulia raja?"

"Lapor nona Charlene, yang mulia sedang berlatih di lapangan. Jika nona berkenan silahkan memenemui beliau di tempat latihan."

Charlene pun menuju tempat Jason berlatih, sesampai nya disana Charlene pun terpukau. Roti sobek bertebaran dimana - mana, para prajurit yang sedang berlatih tanpa pakaian sangat sedap dipandang.

Hingga terdengar siulan panjang seorang prajurit saat melihat Charlene, diikuti dengan teriakan para prajurit lainnya. Tiba - tiba Charlene menjadi malu, tepat saat dia membalikan badan nya dia menabrak seseorang.

"Sedang apa kau disini Charlene?" Suara Jason tampak tidak senang dengan kehadirannya di sana.

"Uhmm.. hamba mencari yang mulia."

Semua tatapan menuju ke arah mereka, terutama banyak tatapan para prajurit mengarah pada Charlene.

Jason pun berdecak, kemudian menarik tangan Charlene, "Ikuti aku."

Dengan berlari - lari kecil Charlene mengikuti Jason, "Yang mulia, bisakah pelan sedikit? dan tolong jangan tarik tangan ku seperti ini, aku malu dilihat para pelayan."

Dengan kasar nya Jason mendorong Charlene ke sebuah sudut ruangan, tangannya semakin kuat mencengkram tangan Charlene.

"Apakah kau bahagia Charlene?"

"Apa maksudmu yang mulia?"

"Kau bahagia dipuja oleh semua pasukan ku tadi?"

"Apa maksud anda yang mulia? Mana aku tahu semua pria melihat ke arahku."

"Lantas untuk apa kau kesana Charlene?"

Charlene memutar bola mata nya, "Jelas aku ingin menemuimu."

Dengan terheran - heran Jason pun menanti jawaban Charlene, "Untuk apa kau menemuiku Charlene?"

"Sudah jelas aku mau kau menarik kembali kedua pelayan yang telah kau kirimkan pagi ini. Aku merasa tidak nyaman."

Jason pun tersenyum melihat Charlene yang melotot marah, biasa nya orang lain tidak akan berani melawannya. Tetapi wanita ini memang berbeda, Jason semakin jatuh hati padanya.

"Biarkan kedua pelayan itu di sisimu Charlene, mereka bisa meringankan tugasmu. Lain kali aku melarang mu menemui ku di depan para prajurit, infokan saja pada Dheen bahwa kau memanggilku. maka aku akan datang padamu."

Charlene hanya mengangguk, dia tak suka jika Jason mulak posesif seperti ini.

Tiba - tiba Dheen datang menemui Jason, dia berbisik pada Jason, seperti nya begitu penting dan rahasia. Dengan wajah serius Jason mendengarkan dengan seksama.

Setelah terdiam beberapa saat, Jason pun memberi perintah pada Dheen, "Siapkan baju sederhana untukku. Aku akan keluar istana."

Wajah Charlene pun berbinar - binar, dia sudah sangat bosan berada dalam istana. "Aku ikut."

Baik Dheen maupun Jason kedua nya memandangi Charlene. Jason pun menggeleng "Tidak, ini berbahaya. Aku bukan pergi berlibur Charlene."

Charlene terus memandangi Jason dan secara perlahan dia berkata "Please.."

Jason menghela napas panjang, akhirnya dia pun menyerah.

"Dheen aku akan membawa enam prajurit paling handal dan juga Charlene. Tolong kau siapkan semua nya. Dan perintahkan para prajurit untuk mengikuti ku diam - diam. Aku tidak mau penyamaran ku terbongkar."

Dheen pun mengangguk dan melaksanakan semua perintah Jason.

Di tempat lain, Duke Lizt sedang duduk sambil memainkan cincin di tangannya.

Dia memandangi surat di tangannya, surat undangan pertemuan dengan para aliansi nya di sebuah bar.

"Sergio, bagaimana menurutmu? Apakah aku harus pergi?"

Sergio tampak berpikir keras, "Menurut hamba, untuk sekarang sebaiknya anda tidak usah bergerak terlebih dahulu Duke. Karena permasalahan dengan Puteri Matilda kemarin, sudah pasti Raja Jason sedang mengawasi anda. Sangat gegabah jika anda ikut bergerak sekarang."

Sang Duke pun tertawa, "Kau benar sekali Sergio, dia pasti mengawasi pergerakan ku, dan sedang mencari kelemahan ku. Baiklah aku belum bergerak sekarang. Biarkan para cecunguk rendahan itu saja yang bergerak. Jika kedua belah pihak saling berperang dan mulai melemah kita akan serang dan menjadi pemenangnya."

Tawa Grand Duke pun menggelegar.

Di istana utama, Shira melaporkan pada Puteri Matilda bahwa dia melihat Charlene dan Jason berjalan bersama di Koridor istana, dan Jason menggunakan pakaian rakyat biasa.

"Kurang ajar!! Seperti nya Jason ingin bermain denganku. Ayo kita pergi Shira."

Rupanya kedatangan Matilda sudah terlambat. Jason sudah pergi dan Charlene pun tidak terlihat batang hidung nya.

Dheen yang selalu berada di ruang kerja Jason pun menjadi kambing hitam.

"Mr. Dheen, kemana perginya Jason? Apakah Jason dan Charlene pergi bersama?"

Dheen hanya diam, dia merasa tidak memiliki kewajiban untuk menjawab pertanyaan Matilda.

"Mr. Dheen, aku bertanya padamu, siapakah aku? Dan apa posisi ku di istana ini?"

"Anda adalah tuan Puteri Matilda, seorang Puteri grand Duke sekaligus calon ratu Iceberg."

"Jika kau sudah tahu hal itu, kenapa kau tidak mau menjawab ku? Apakah mereka bersama? Dan kemana?"

"Lapor tuan Puteri, yang mulia mengajak nona Charlene untuk melihat kota pusat perdagangan Iceberg."

Matilda mengepalkan tangannya hingga kuku panjang nya pun menancap di telapak tangannya.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun dia kembali ke kamar nya.

"Shira, sampaikan pada ayahku untuk mengirimkan pembunuh bayaran ke kota. Aku ingin seseorang membunuh Charlene si budak itu. Entah bagaimana pun cara nya."

Shira hanya menundukkan kepala nya, sebetulnya hati nurani nya berat untuk melaksanakan perintah Puteri Matilda, tetapi apa daya, dia hanyalah pelayan.

Pesan singkat itu pun meluncur ke kediaman Duke Lizt. Ayah Matilda heran, ini pertama kali nya anak nya meminta dirinya mencarikan pembunuh bayaran untuk menghabisi seseorang.

"Siapa itu Charlene? Anak bangsawan manakah dia?"

Sergio dengan cekatan memberi informasi secara lengkap pada tuannya, "Lapor tuanku, dari info yang hamba dapatkan. Nona Charlene asal usul nya tidak jelas, ada kemungkinan dia merupakan budak yang kabur. Sekarang ini dia berada di bawah perlindungan yang mulia Raja Jason. Kabar burung mengatakan Charlene merupakan calon selir agung tuanku."

Duke Lizt naik pitam, "Kurang ajar Jason!! Berani nya dia membandingkan anakku yang berharga dengan seorang budak. Sergio, segera kirim pembunuh bayaran seperti yang diminta oleh anakku."

"Baik tuanku."

Terpopuler

Comments

Septi Verawati

Septi Verawati

👍👍👍👍💪💪💪💪

2022-05-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!