Memanah

Hari - hari pun berganti dengan cepat, tanpa terasa sudah satu minggu Jason tidak menjenguknya. Rasanya kesepian juga sendirian di gedung utara tanpa ada lawan bicara.

Siang itu seorang pelayan mendatangi Charlene, dia membawa pesan dan hadiah dari Jason.

Charlene membuka pesan tersebut,

*Hadirilah perjamuan minum teh sore ini di rumah kaca istana timur. Aku sudah menyiapkan gaun untukmu, jangan sampai terlambat*

Charlene pun membuka kotak hadiah tersebut, isinya sebuah gaun berwarna kuning muda yang sedikit norak dan berlebihan untuk sebuah jamuan minum teh.

Gaun itu terlalu menggembung menurut Charlene, 'Aku akan tetap datang, tetapi aku tidak mau menggunakan gaun pemberian mu ini. Aku akan menggunakan gaun sederhana dan tidak mencolok. Itu akan jauh lebih baik.'

Charlene menatap dirinya di cermin, sederhana tetapi sangat anggun, Charlene cukup puas dengan penampilannya. Tak lama kemudian dia pun beranjak menuju istana Timur untuk menghadiri pesta minum teh. Dia tidak menyadari saat melewati taman istana, terdapat sepasang mata mengawasinya dari balik jendela.

"Dheen, ada acara apa di istana timur hari ini?

" Lapor yang mulia raja, sore ini Puteri Matilda mengadakan perjamuan minum teh dengan mengundang beberapa puteri bangsawan."

Jason terdiam sejenak, kemudian dia bergegas menyelesaikan pekerjaannya yang tersisa sedikit lagi.

"Dheen bersiaplah, sebentar lagi kita akan menuju istana timur."

Dheen yang terheran - heran hanya bisa mematuhi perintah Raja nya.

Di istana timur, para wanita bangsawan sudah berkumpul, gelak tawa mereka terdengar dari jauh.

"Puteri Matilda, dimana badut yang kau janjikan itu?"

Dengan senyum licik nya Matilda pun tersenyum, "Kita tunggu saja pertunjukkan seorang badut rendahan yang menginginkan bintang milik orang lain."

Para wanita itu pun kembali tertawa, ada juga beberapa dari mereka saling berbisik - bisik.

"Apa yang dimaksud badut itu? apakah kau tau?" Brenda puteri dari seorang Earl berbisik dengan teman sebelahnya.

"Yang aku dengar, Puteri Matilda mengirimkan gaun yang berlebihan dan norak kepada seorang budak, kemudian dia mengundang budak itu ke acara ini."

"Untuk apa seorang budak menghadiri acara minum teh? Bahkan seorang pelayan saja tidak diijinkan untuk menghadiri tanpa ijin dari tuan rumah."

"Sssttt.. sudah kau tidak perlu banyak bertanya, tidakkah kau dengar tadi Puteri Matilda menyebutnya badut, sudah pasti dia akan dipermalukan disini. Kau tidak usah ikut campur, jangan sampai kena masalah dengan Puteri Matilda."

"Jahat sekali.." Brenda merasa Puteri Matilda sudah keterlaluan.

Tak lama kemudian masuk lah pelayan Puteri Matilda dan berbisik di telinga nya, Senyum pun mengembang di bibir nya.

"Ladies, Mari kita sambut badut kita, Budak rendahan yang tersayang, Charlene."

Charlene pun kebingungan ketika dia melangkahkan kaki nya masuk ke ruangan itu, gelak tawa dan semua tatapan mencibir ke arah nya.

Dia pun menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sosok Jason, tapi tidak ditemukannya.

Para bangsawan menatap ke arahnya, budak itu tidak lah norak sama sekali. Gaun yang dikenakan nya sangatlah sederhana tetapi terkesan anggun dan santai untuk acara perjamuan minum teh. Wajah nya pun cantik tidak mengerikan seperti yang di bicarakan oleh Puteri Matilda.

Putri Matilda sangat geram, melihat para bangsawan mulai memuji Charlene,

'Kenapa dia tidak menggunakan gaun yang aku kirimkan padanya? Aku harus mencari cara mempermalukan nya.'

"Selamat datang di pestaku nona Charlene"

Charlene merasa perasaannya tidak enak, merasa pasti ada hal buruk yang akan terjadi, Charlene pun berbalik dan hendak meninggalkan tempat itu. Tiba - tiba dua orang pelayan Matilda memegang tangannya dan menahannya untuk tidak pergi dari tempat itu.

"Apa yang kalian lakukan? Lepaskan!!"

Charlene memberontak berusaha melepaskan diri dari pelayan itu.

Namun kedua pelayan Matilda lebih besar tenaganya, mereka mendorong Charlene hingga berlutut di depan Matilda.

"Apakah kau benar - benar ingin meninggalkan tempat ini?" Matilda menepuk pipi kanan Charlene, Charlene hanya diam tak menjawab apa pun.

"Aku akan membiarkan mu pergi, tetapi dengan satu syarat. Kau harus menemaniku bermain."

Charlene berkata perlahan, "Permainan apa yang kau inginkan?"

"Hahahaha ini baru budak yang bisa menyenangkan majikan. Baiklah, kalian berdua siapkan sebuah apel, sebuah busur dan anak panah. Dan kau budak, berdirilah di ujung sana dan letakkan apel yang dibawa pelayan ku di atas kepalamu."

Kedua pelayanan Matilda membawakan barang sesuai perintah.

Para wanita bangsawan disana memekik ngeri, ketika Matilda meletakkan apel di atas kepala Charlene dan mulai membidiknya.

"Tunggu dulu Puteri, apakah yang kau lakukan ini tidak keterlaluan?"

Brenda nekat mengeluarkan pendapatnya, padahal dia sangat tahu resiko menentang Puteri Matilda.

"Nona Brenda, apakah kau berani membela budak ini? Atau kau berani mengganggu kesenanganku?"

Ancaman Matilda membuat nyali Brenda menjadi ciut, akhirnya Brenda hanya bisa terdiam menyaksikan kekejaman di depan mata nya.

"Lakukanlah, sesuka hati Puteri Matilda. Hamba akan menerima konsekuensi dari permainan ini. Tetapi, jika apel ini tidak bisa kau panah, maka itu berarti giliran kita untuk bertukar tempat." Dengan berani Charlene menantang Matilda.

Matilda semakin naik pitam mendengar tantangan Charlene, "Atas dasar apa budak rendahan seperti mu berani menantang seorang Matilda? Hah?! Jawab?!"

Belum sempat Charlene membalas perkataan Matilda, tiba - tiba Jason masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Aku yang akan menjadi saksi, Betul yang Charlene katakan jika panah mu tidak dapat mengenai apel itu maka keadaan akan berbalik. Dan aku sendiri yang akan menilai, apakah kau memang membidik apel itu secara benar atau sengaja untuk memanah ke arah lain."

Tangan Matilda bergetar mendengar ucapan Jason, bagaimana mungkin dia berani mempertaruhkan keselamatan tunangannya sendiri.

Untung nya para bangsawan sedang menunduk ke arah Jason, jadi mereka tidak melihat tangan Matilda yang bergetar

"Apa yang kau tunggu Matilda? Mulailah."

Matilda pun menarik busur nya sekuat mungkin, tetapi dikarenakan tangannya bergetar, belum juga mencapai target, anak panah tersebut sudah jatuh terlebih dahulu.

Keringat dingin mulai menghiasi wajah cantik Matilda.

Dengan suara nyaring Jason berseru, "Tukar posisi!"

Ketiga pelayanan Matilda pun berlutut di depan Jason, "Yang mulia raja, mohon ampuni tuan Puteri kami. Mohon yang mulia menyudahi permainan ini."

Matilda hanya terdiam menyaksikan ketiga pelayannya memohon ampun untuknya.

Jason hanya melirik ke arah mereka, "Apakah kalian ingin membuat aku menjadi Raja yang menjilat air ludah nya sendiri, terlebih di hadapan seluruh wanita bangsawan ini?"

Ketiga pelayan itu hanya terdiam, dan para bangsawan di ruangan itu mulai berbisik - bisik. "Tukar posisi?!"

Perintah kedua Jason sebagai raja adalah mutlak. Dengan langkah yakin, Charlene pun maju dan menyerahkan buah apel tersebut ke telapak tangan Matilda. Dengan tangan bergetar, Matilda menyerahkan busur dan anak panah nya, kemudian berjalan ke sudut ruangan tempat Charlene berdiri tadi.

"Jason, kau pasti tahu jika terjadi sesuatu terhadap diriku Ayahku tidak akan menerima hal ini."

Matilda masih berusaha supaya permainan ini diakhiri. Tetapi Jason hanya diam saja.

"Mohon tuan Puteri berdiri tenang, supaya apel yang saya bidik tidak bergerak dan melukai tuan Puteri." Dengan santai nya Charlene mulai memposisikan panah nya.

Sattt

Anak panah pun melesat dengan kuat, dan menembak apel tersebut dengan tepat. Puteri Matilda yang terkejut saat datang nya anak panah mendekati kepala nya hanya bisa terkejut dan jatuh pingsan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!