Perasaan

Perasaan hangat menyelimuti hati Charlene, lagi - lagi perasaan ingin menangis muncul kembali, 'Apakah ini perasaanmu Arlon? Kau terharu, ternyata masih ada seseorang yang memperhatikanmu selain ibumu?'

"Kenapa kau menangis Charlene?" Sebastian berjalan mendekati nya.

"Owh tidak ada apa - apa Sir, mata saya kelilipan debu."

Angin cukup kencang kalau itu, dan banyak pasir di taman, Sebastian memaklumi hal tersebut.

"Disini anginnya memang cukup kencang."

Sebastian mengajak Charlene duduk di gazebo

"Charlene, apakah kau membuat masalah dengan Matilda?"

Charlene mengernyitkan dahinya, dia merasa tidak pernah bertengkar dengan Matilda, Charlene hanya menggelengkan kepala nya.

"Dengarkan aku Charlene, jangan pernah mencari masalah dengan Matilda, dia bukanlah lawan sepadan untukmu. Sepupu ku itu merupakan anak dari Duke Lizt, seseorang yang memiliki kekuasaaan di bawah Raja. Apakah kau mengerti maksudku?"

"Tapi sir -"

"Panggil aku Sebastian, oke."

"Baik, Sebastian aku tak pernah mencari masalah dengan Matilda, bahkan dia yang terlebih dahulu mencari menampar ku."

Sebastian sangat hapal dengan kelakuan sepupunya itu, bahkan para bangsawan di seluruh Iceberg tidak ada yang berani berurusan dengannya, karena Matilda selalu bernaung di bawah kekuasaan ayahnya.

"Kenapa kau mengkuatirkan ku, sir?"

Sebastian sempat tercengang dengan rasa percaya diri gadis itu, kemudian dia pun tertawa terbahak - bahak sampai air matanya keluar.

"Dengar lah nona Charlene, aku hanya menasihatimu bukan mengkuatirkan mul m obvitdan berterima kasihlah pada wajahmu yang mirip dengan pangeran Arlon, sehingga aku berbelas kasihan padamu. Sudahlah jika aku disini kau hanya akan bertambah salah paham akan maksud baikku, aku pergi dulu Charlene. Dan kau harus mengingat nasihat ku tadi, jangan mencari masalah dengan Matilda, atau riwayatmu akan tamat."

Dengan mengisyaratkan dua buah jarinya berada di leher, Sebastian pun pergi meninggalkan Charlene yang teramat sangat malu sampai pipinya memerah seperti udang rebus.

"Gila!! aku gila banget, bisa - bisanya aku kepedean berkata seperti itu pada Sebastian. Duhhh malu banget.. malu banget.. Apa yang harus aku katakan jika bertemu lagi dengannya. Aku benar - benar sudah gila."

"Ya kau memang gila."

Charlene menjerit kecil karena terkejut, tak disangka Jason sudah berdiri dibelakangnya.

"Yang Mulia kau mengejutkan ku."

Jason hanya menaikkan satu alisnya saja, "Owh ya? justru sebaliknya Charlene, aku lebih terkejut padamu. Kemarin kau berurusan dengan Matilda, dan hari ini kulihat kau berurusan dengan Sebastian. Apakah kau pikir kami para bangsawan tidak bisa bermain - main dengan nyawa kecilmu? Dan apakah kau memang memiliki kebiasaan berbicara sendiri seperti orang yang kurang waras?"

Charlene melotot, "Yang mulia, apakah karena kau berpikir dirimu seorang raja maka kau bisa seenaknya saja menguntit orang lain?"

"Wow wow sabar nona, siapa yang kau maksud sebagai penguntit?"

Charlene melipat tangan di depan dadanya,

"Tentu saja Raja Jason yang terhormat, jika kau tidak menguntit ku bagaimana kau tahu jika aku baru saja bertemu dengan Marquis Sebastian?"

Jason tertawa geli, baru kali ini ada seseorang yang berani berkata seperti itu dengannya, terlebih seorang wanita, "Dengarlah nona Charlene, aku tadi melihat Sebastian dalam perjalananku kemari."

Pipi Charlene kembali merona, 'Sialan para pria di zaman ini. Kenapa aku menjadi salah tingkah di depan mereka.'

Melihat Charlene yang malu seperti itu membuat Jason gemas, dia benar - benar terpesona pada wanita itu.

"Tapi Charlene, kau seharusnya mendengarkan nasihat Sebastian. Matilda bukanlah lawan yang sepadan untukmu"

Charlene menjadi melotot marah pada Jason, "Kau menguping semua nya? Sejak kapan kau menguntit ku? Kau tidak dapat berkelak lagi yang mulia."

Kali ini Jason benar - benar tak dapat membendung gelak tawanya, "Hahaha, nona Charlene ekspresi wajahmu itu sungguh lucu sekali. Baiklah aku akan berkata jujur padamu, sudah sejak tadi aku berada disini. Lebih tepatnya ketika kau berlatih memanah tepat sebelum kedatangan Sebastian."

"Ini memalukan, sungguh memalukan. Jadi kau melihatku sedang berlatih? Kenapa kau bersembunyi seperti seorang penjahat?"

"ehmm. Itu karena aku ingin tahu orang seperti apa kau sebenarnya?"

Charlene berkacak pinggang, "Lalu orang seperti apa aku di matamu yang mulia?"

Jason tersenyum, "Di Mataku kau orang yang layak mendapatkan undangan resmi mengikuti festival perburuan yang akan diadakan tiga hari lagi."

Mata Charlene berbinar - binar, ini adalah kesempatan langka, dia dapat benar - benar berburu di hutan yang belum terjamah oleh tangan manusia zaman modern. Pasti menyenangkan sekali, "Apakah aku boleh ikut berburu dan menunggangi kuda?" Tanpa sadar Charlene mengatakan hal tersebut, padahal di zaman modern satu kalipun dia belum pernah menunggangi kuda, mana mampu anak panti seperti dirinya membayar mahal untuk mengambil kelas berkuda.

'Seperti nya pangeran Arlon menyukai berkuda dan memanah, hati ini terasa sangat senang ketika membayangkan berkuda dan memanah.'

"Kau dapat menunggang kuda? Berarti keluarga mu di desa mu cukup kaya nona?" Jason cukup heran jika raja Arcton sampai hati menghancurkan desa yang makmur dan potensial, jika itu benar maka Raja Arcton benar - benar bodoh.

Charlene menjadi salah tingkah, entah bagaimana harus menjelaskan pada Jason.

"Ehmmm maksud hamba, hamba sangat senang jika diberi kesempatan untuk menunggang kuda, karena selama ini hamba ingin mencoba untuk memanah sambil menunggangi kuda seperti para Ksatria di medan perang yang mulia."

"Jika itu keinginanmu aku dapat mengabulkannya. Besok aku akan menyuruh Dheen menyiapkan kuda yang jinak untukmu jadi kau dapat berkeliling hutan dengan leluasa, atau kau dapat berkuda denganku Charlene, pasti akan menjadi hal yang menyenangkan."

"Maaf yang mulia, seperti nasihat tuan Marquis Sebastian, hamba tidak mau mencari masalah dengan puteri Matilda. Hamba tidak berani menunggang kuda bersamamu, hamba tidak mau jika Puteri Matilda salah paham pada hamba dan yang mulia."

"Hahahahaha" Jason tertawa terpingkal - pingkal sampai menitikkan air mata di sudut matanya.

"Maksudku adalah kau menunggangi kuda mu dan aku menunggangi kuda ku, kita dapat berkuda berdampingan sambil berburu. Bukan berarti kita akan menunggangi satu kuda yang sama, walau pun aku menyukai ide itu, tetapi aku tidak akan bisa berburu jika harus terus memelukmu di depanku nona Charlene."

Charlene berjongkok dan menutupi wajahnya dengan tangan dan lututnya, "Yang mulia maafkan hamba."

'Ternyata menggoda Charlene seperti ini sangat menyenangkan. Suasana ini sangat berbeda dengan suasana saat aku berduaan dengan Matilda.'

"Baiklah nona Charlene, jika itu maumu, aku akan menyampaikan pada Dheen untuk menyiapkan satu kuda saja."

"Arghhh jangan!! jangan yang mulia. Bukan begitu maksud hamba, tetap di rencana semula saja, mohon siapkan satu ekor kuda yang jinak untuk hamba. Itu sudah lebih dari cukup!"

"Hahahaha, kenapa kau sepanik itu Charlene? Aku hanya menggoda mu, ternyata mengerjai mu sangatlah menyenangkan. Hari sudah sore, beristirahatlah Charlene, sampai jumpa besok."

Jason pun melenggang pergi dengan perasaan gembira.

Terpopuler

Comments

Septi Verawati

Septi Verawati

raja yg iseng 😂😊

2022-05-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!