Persiapan

Shira berlari dengan tergesa-gesa dan langsung memasuki kamar Puteri Matilda.

"Shira apakah kau sudah lupa bahwa aku adalah majikanmu? Kenapa kau tidak mengetuk pintu terlebih dahulu?"

Matilda tampak tak senang dengan kelakuan pelayannya itu.

"Maafkan hamba tuan Puteri, hamba membawa kabar yang mengejutkan."

Matilda hanya melirik ke arah pelayannya, dia pun penasaran Shira datang membawa berita apa sampai dia terburu - buru seperti itu.

"Lapor tuan Puteri, hamba mendengar bahwa Mr. Dheen menyuruh penjaga kuda untuk mencarikan seekor kuda untuk festival kuda besok lusa"

"Hemmm. Lalu apa yang membuat mu terkejut dengan berita seperti itu? Kita semua tahu lusa akan diadakan festival perburuan."

"Bukan itu maksud hamba yang mulia. Tetapi kuda yang disiapkan untuk Mr. Dheen akan digunakan oleh budak berambut hitam itu."

"Apa?! Apa Jason sudah gila? Dia membiarkan seorang budak untuk mengikuti festival perburuan bahkan menyiapkan kuda khusus untuknya."

Matilda meremas cangkir teh yang dipegangnya dan membantingnya ke lantai. Para pelayan ketakutan melihat ekspresi Matilda.

"Ta-tapi Puteri, bukankah semua orang termasuk rakyat jelata yang sudah terdaftar boleh mengikuti festival ini?" Salah satu pelayan Matilda tanpa sengaja mengatakan kalimat yang menyulut emosi tuan Puteri mereka.

Dengan langkah cepat, Matilda menghampiri nya dan menampar pipinya.

"Tahu apa kau tentang etika kerajaan? hah?! Pelayan rendahan seperti mu sudah berani mencela pembicaraanku! Apa kau sudah bosan hidup?"

Pelayan tersebut ketakutan, dia berlutut dan terus meminta maaf pada junjungannya itu.

"Ampuni hamba tuan Puteri. Ampuni hamba."

"Dasar pelayan tidak berguna!!"

Shira hanya menghela napas, bukan pertama kali dia melihat Matilda memukul seorang pelayan, oleh sebab itu selama ini Shira berusaha setia pada junjungannya itu supaya tidak bernasib sama seperti pelayan lainnya.

"Lalu Puteri, apa yang akan kita lakukan?"

"Untuk sementara kita hanya bisa menunggu sampai sejauh mana budak sialan itu akan berlagak. Jika sampai aku membuat masalah maka Jason dapat membatalkan pertunangan kami kapan pun dia mau. Shira kau harus menyiapkan baju terindah untuk aku kenakan saat festival berburu besok. Aku harus menjadi yang tercantik di antara semua wanita yang hadir di sana."

"Hamba mengerti tuan Puteri."

Matilda masih meremas ujung gaunnya, dia tidak Terima Jason memperlakukan budak itu secara khusus.

"Shira, apakah budak berambut hitam itu masih berada di kamar tamu?"

"Lapor tuan Puteri, Raja Jason sudah memindahkan nya ke gedung utara."

"Maksudmu ke bangunan jelek itu?"

Shira pun mengangguk

"Tanpa pelayan dan fasilitas lain?"

"Betul tuan Puteri, setahu hamba yang mulia hanya menyiapkan bahan mentah saja disana. Tetapi tidak ada satu pelayan pun yang melayani nya, bahkan untuk makanan dan minuman pun tidak ada yang mengantarnya."

Matilda tampak lega mendengarnya, "Baguslah, budak itu memang cocok tinggal di bangunan jelek seperti itu, mana layak sebuah kamar tamu mewah untuk kelas rendahan seperti dirinya."

Shira dan pelayan lainnya hanya bisa diam saja. Sebetulnya sudah terdengar kabar di seluruh istana, bahwa raja Jason kerap mendatangi budak itu, bahkan ada yang bergosip bahwa budak tersebut adalah calon selir agung atau malah bisa jadi di merupakan salah satu kandidat permaisuri saingan Puteri Matilda.

Para pelayan tidak ada yang berani berkata jujur pada Puteri Matilda, mereka takut menjadi sasaran pelampiasan Puteri mereka.

Kediaman Sebastian

"Tuan Sebastian, untuk festival berburu besok lusa kuda mana yang akan tuanku pakai?"

Sebastian menghentikan pekerjaannya sejenak ketika asistennya berbicara

"Seperti nya aku tidak akan hadir. Aku malas mengikuti acara yang selalu menjadi ajang pamer para bangsawan."

Sebastian membayangkan para wanita bangsawan yang akan berjejer di bangku penonton, mereka akan memamerkan perhiasan serta gaun baru mereka, terlebih lagi cara mereka memandang nya, seperti singa kelaparan yang melihat seekor kijang. Sebastian pun bergidik dan merasa mual membayangkan hal itu.

"Baiklah jika begitu tuanku, Mr. Dheen memberi surat untukku, istana hendak meminjam kuda putih anda tuanku."

Sebastian mengernyitkan alis nya, "Tidak biasa nya istana kekurangan kuda. Apa aku tidak salah dengar?"

"Lapor tuanku, anda tidak salah dengar. Istana sedang mencari kuda jinak untuk dipinjamkan pada tamu Raja Jason. Kebetulan Mr. Dheen ingat jika kuda putih milik anda sangatlah jinak pada orang asing."

Senyum pun mengembang menghiasi wajah tampan Sebastian

"Besok lusa pinjamkan saja kuda putih itu dan siapkan si hitam untuk aku pakai di festival berburu besok."

Asistennya sangat terkejut saat mengetahui sang Marquis akan hadir di festival tersebut

"Anda akan hadir di festival itu tuanku?"

Dengan senyum lebarnya Sebastian pun menjawab, "Ya, tentu saja. Kenapa tidak? Aku tidak boleh melewatkan event kerajaan yang akan mempersatukan para bangsawan dengan rakyat jelata. Bukankah demikian?"

Asisten Sebastian terheran- heran dengan jawaban tuannya

"Ya, Tentu saja tuanku. Hamba akan melaksanakan nya."

"Ya.. ya.. ya.. pergilah.. Persiapkan semuaaaa nya.. Jangan sampai ada kesalahan."

Sebastian pun bersenandung melanjutkan pekerjaannya.

Gedung utara

Charlene menatap sepotong besar daging sapi, beberapa buah kentang dan wortel, serta bumbu yang sederhana. Tidak lepas dari pandangannya ada beberapa potong roti dalam keranjang itu.

Sejak awal Charlene sudah menegaskan pada Mr. Dheen untuk tidak usah melayani nya, bahkan menolak makanan yang akan dikirim, tetapi sebagai gantinya dia meminta bahan mentah untuk dia masak sendiri.

Charlene tidak mau menarik perhatian Matilda lagi, dia akan mendengarkan nasihat Sebastian maupun Jason.

Jika dia menerima perlakuan khusus dari asisten Jason maka dapat dipastikan dia akan menjadi musuh Matilda.

'Lagi pula siapa juga yang mau berebut pria dengan Puteri sombong itu, ikan di lautan masih banyak untukku.'

Charlene mulai menyiapkan masakannya, karena terbiasa hidup mandiri di panti asuhan, dia sama sekali tidak kesulitan untuk beradaptasi disini.

Dengan cekatan Charlene memasak daging sapi dan sayuran tersebut menjadi hidangan yang beraroma nikmat.

Ketika Charlene hendak menyajikan hidangan di atas meja makan, betapa terkejutnya saat melihat sangat Raja telah duduk manis di meja itu.

"Kenapa yang mulia datang lagi?"

"Apakah aku tidak boleh datang di salah satu bagian dari istana ku?"

"Bukan begitu maksud hamba, maksud hamba apakah yang mulia sangat menganggur sampai menyempatkan waktu berkunjung kesini?"

"Tidak juga, pekerjaan ku menumpuk. Tetapi aku butuh asupan makan untuk mengisi perutku."

Charlene hanya menggelengkan kepala saja, dengan cekatan dia menyiapkan dua porsi makanan, Charlene menjadi bahagia, setidaknya dia tidak menyantap makanannya seorang diri.

"Maaf jika masakan saya kurang enak yang mulia."

Jason baru pertama kali melihat hidangan yang disajikan di depannya.

"Apa nama masakan ini?"

"Itu hanyalah sup sapi dengan sayur yang mulia. serta sepotong roti panggang sederhana. Jika yang mulia kurang berkenan, buang saja makanan itu."

"Tidak bukan begitu maksudku." Jason pun mulai menyantap hidangan tersebut.

"Enak sekali, kau memasak semua nya sendiri?"

Charlene mengangguk, "Tentu saja, aku sudah terbiasa memasak sendiri yang mulia."

Jason sangat menikmati masakan sederhana itu, mereka mengobrol ringan sampai Jason kembali untuk mengurus pekerjaannya.

Terpopuler

Comments

Linda M

Linda M

saya bingung thor harus milih raja jacson atau duke sebastian

2022-04-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!