Hati

Di sudut hutan yang gelap, sekelompok pria berjumlah 6 orang tampak berdiskusi serius.

Mereka adalah orang - orang yang tidak suka dengan pemerintahan Jason, karena dianggap Jason hanyalah Raja boneka Grand Duke Lizt.

"Count, hari ini Raja Jason meninggalkan istana bersama dengan calon permaisuri nya."

Count Aland, seorang bangsawan muda yang berani memimpin pemberontakan melawan kekuasaan Duke Lizt. Dia hanya memainkan pisau belati nya dengan santai, "Apakah yang kau maksud calon permaisuri adalah Puteri semata wayang Duke Lizt?"

"Betul Count. Apakah kita bergerak?"

"Berapa jumlah prajurit yang mengikuti mereka?"

"Hanya dua orang pelayan wanita dan empat orang prajurit."

Senyum Count Aland mengembang di wajah tampannya, "Baiklah, kita akan lihat dulu situasi nya. Jika memungkinkan kita akan menyerang dari jarak jauh. Jangan sampai kita tertangkap, kita belum siap dengan keadaan seperti itu."

"Baik Count"

Rombongan Jason yang baru saja tiba di tepi danau tidak menyadari ada nya sekelompok orang yang mengawasi dari atas tebing.

Para prajurit Jason hanya memeriksa keamanan sekitar danau dari serangan hewan berbahaya. Shira dibantu oleh Charlene mulai menyiapkan persiapan untuk piknik, sedangkan beberapa prajurit menyiapkan kapal yang akan digunakan oleh Raja mereka.

"Jason, ayo cepat duduklah, mumpung apple pie ini masih hangat, rasanya akan lebih nikmat." Dengan senyum manis nya Matilda menarik lengan Jason agar dia duduk di samping nya.

Setelah itu Matilda menatap Charlene, "Heh budak! Pegang payung ku dan kipas ini. Aku sangat kepanasan."

Charlene mulai kesal dengan perilaku Matilda yang semakin keterlaluan. Dengan berat hati dia memegang payung itu dan mulai mengipasi Matilda. Saat angin berhembus agak kencang dan menggerakkan payung yang dia pegang, Charlene membiarkannya mengikuti arah angin, hingga akhir nya

PLAK

Suara gagang payung menghantam kepala Matilda terdengar, secara refleks Jason menahan tawa nya.

"Kau pasti sengaja! Dasar budak kurang ajar!"

"Maafkan hamba Puteri."

Tanpa mereka sadari, Count Aland yang mengawasi mereka pun menahan tawa nya. Dia dapat melihat jelas ekspresi Charlene saat dia sengaja memukulkan gagang payung itu ke kepala Matilda.

'Gadis itu sangat lah cerdas, dia tahu di depannya terdapat ular betina yang memang pantas untuk dipukul.'

Matilda masih memendam emosi nya, tangannya bergetar dan hendak memukul Charlene. Shira yang mengetahui hal itu menahan tuan Puteri nya, dia pun berbisik pelan, 'Mohon jaga sikap anda di depan yang mulia'

Matilda segera sadar, dengan mendengus kesal dia membiarkan Charlene untuk kali ini.

"Jason ayo naik kapal denganku."

"Aku sedang malas Matilda. Jika kau memang ingin menaiki nya, naiklah bersama Shira."

"Ayolah Jason, pemandangan dari atas kapal sangat indah. Sudah lama aku ingin menaiki kapal di danau ini."

Jason tidak menjawab bujuk rayu Matilda, dia hanya menatap nya dengan pandangan dingin. Seketika Matilda hanya terdiam.

Di sisi lain, Count Aland memberi aba - aba prajurit nya untuk membidik Jason dengan anak panah nya.

Charlene melihat sebuah anak panah sedang dilepaskan ke arah Jason, dengan setengah berlari Charlene memeluk Jason dari belakang. Anak panah itu menembus kulit punggung Charlene, diikuti dengan suara nya yang memekik menahan sakit. Jason melihat arah sumber datang nya anak panah. Dia melepas kan sinyal supaya prajurit tambahan segera datang, dan menyuruh para prajurit menangkap para penjahat itu.

Ketika melihat sinyal tersebut, count Aland dan anak buahnya melarikan diri ke dalam hutan.

"Charlene! Charlene!"

Kesadaran Charlene mulai menurun, dia menatap lembut ke arah Jason, "Akhirnya kau memanggil nama ku yang muli-"

Charlene pun jatuh pingsan.

Jason mengambil seekor kuda milik prajurit yang tersisa di tempat itu.

"Kalian antar Puteri Matilda pulang ke istana. Pastikan keselamatan nya. Aku akan pulang lebih dahulu."

Tanpa menunggu jawaban dari prajurit nya, Jason menaikkan tubuh Charlene ke atas kuda, dan membawanya kembali ke istana. Jason pun menghiraukan suara Matilda yang beberapa kali memanggil dirinya.

"Kenapa kau begitu bodoh Charlene, kenapa kau sebodoh itu menjadikan tubuhmu yang berharga sebagai tameng ku! Kau harus selamat, ini adalah perintah raja mu! Kau tak diperbolehkan pergi dariku!"

Jason memacu kuda nya dengan kecepatan tinggi, untung nya danau tersebut tidak terlalu jauh dari istana. Sesampai nya di istana, Jason bagaikan orang gila menyuruh semua pelayan mencarikan dokter istana.

Dia membawa Charlene ke dalam kamar nya, sambil menunggu dokter, Jason mencabut anak panah tersebut, membuka seluruh pakaian Charlene, dan menekan luka tersebut dengan kain bersih. "Ada apa ini, kenapa darah yang keluar banyak sekali! Kalian cepat panggil dokter kemari!"

Dokter istana pun datang dengan berlarian, dia memeriksa luka Charlene, kemudian membersihkan dan mengoleskan obat herbal pada luka itu. Tak lama kemudian pelayan datang membawa perban dan baju ganti Charlene.

"Bagaimana dok?"

"Tenang lah yang mulia, luka nya tidak dalam dan tidak ada infeksi sama sekali. Nona ini hanya jatuh pingsan karena kehilangan banyak darah."

Setelah Charlene selesai berganti baju, para pelayan membetulkan posisi tidur nya, wajah yang awal nya tertutup rambut panjang, kini sudah tersibak dan menampakkan kecantikannya.

Dokter istana tersebut terkejut saat melihat wajah nya. Jason pun menangkap gerak gerik dokter tersebut.

"Ada apa dok? Apa kah kau mengenal wanita ini?"

Bagaimana dia tidak kenal, hanya dialah dokter istana terpintar di Iceberg yang melayani keluarga istana terdahulu sampai saat ini. Dia tidak mungkin melupakan wajah pangeran Arlon yang sebenarnya bernama Puteri Charlene.

Dan dia pun tahu saat ini wanita di hadapannya seorang buronan.

"Maaf yang mulia, seperti nya saya salah orang."

"Apakah kau yakin? Cobalah mendekat dan lihat baik - baik." Jason masih berusaha menggali informasi dari dokter sepuh itu. Jason sangat yakin ekspresi dokter tadi seolah - olah dia tahu asal usul Charlene.

"Hamba benar - benar salah orang yang mulia."

"Ya sudahlah, kau boleh pergi."

"Terima kasih yang mulia, hamba undur diri"

Tak lama kemudian, Mr. Dheen masuk ke dalam kamar Jason.

"Yang mulia, anda tahu kan ini bukanlah ide yang baik? Sebaiknya anda memulangkan nona Charlene."

Samar - samar kesadaran Charlene mulai pulih, tetapi lebih memilih diam dan hanya mendengarkan percakapan mereka.

"Dheen, apakah aku tak boleh memilikinya di sisiku?"

"Yang mulia, anda tahu kan Duke Lizt tidak akan segan - segan dengan ancamannya. Kita sudah menangkap satu orang mata - mata yang ternyata adalah pelayan nona Matilda. Entah rencana licik apa lagi yang akan dilakukan oleh Duke Lizt."

"Tetapi aku benar - benar mencintai nya Dheen. Wanita ini adalah orang yang ku sayangi setelah almarhum ibu ku."

"Yang mulia, anda harus kuat. Perjalanan kita masih panjang. Hamba akan selalu menemani anda agar anda dapat berpikir jernih. Jika pasukan elite kita sudah kuat. Anda dapat bergerak, dan menghancurkan semua lawan anda."

"Ya aku tahu Dheen. Terima kasih atas nasihat mu. Minta lah beberapa pelayan membawa Charlene kembali ke kamarnya, dan mereka harus berhati - hati supaya luka nya tidak bertambah besar."

"Baik yang mulia."

Secercah kebahagiaan berkembang dalam hati Charlene, 'Sebesar itu kah perasaan mu padaku? Aku sekarang akan lebih memikirkan posisi mu Jason, aku rela kau cuekin di depan umum, yang terpenting di dalam hatimu selalu ada diriku.'

Terpopuler

Comments

kak rose🌹

kak rose🌹

maaf thor
kurang suka dgn karakter charlene
kek murahan gmn gtu

2022-04-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!