Cinta Sepihak

Matilda masih duduk di meja makan menunggu kedatangan Jason, sudah hampir dua jam dia menunggu tanpa kabar dan kejelasan.

"Mr. Dheen, apakah yang mulia Raja sesibuk itu sampai tak meninggalkan kabar sedikitpun?"

Dheen pun bingung dengan Raja Jason hari ini, banyak hal tak terduga terjadi hari ini.

"Hamba pun tidak menerima kabar apa pun tuan Puteri."

Matilda hanya bisa diam, dia tidak berani memprotes Dheen lebih jauh, karena dialah satu - satunya penghubung komunikasi dirinya dengan Jason.

Tak lama kemudian Jason pun memasuki ruang makan, Matilda yang sudah jenuh menunggu akhirnya mengeluarkan protesnya, "Kenapa kamu lama sekali Jason? Apa kau lupa untuk menemaniku makan?"

Jason hanya melirik ke arah Matilda, dan hal itu membuat wanita itu terdiam seketika.

Jason yang cukup puas dengan hal itu langsung menuju ke kursi nya dan bersiap untuk makan malam.

"Dheen apakah kau sangat sibuk hari ini?"

"Rutinitas hamba hanyalah rutinitas harian seperti biasanya Yang mulia."

Jason mengernyit, "Lantas kenapa kau tidak memerintahkan pelayan untuk menyajikan makanan atau pun minuman pada tamu ku hari ini?"

Dheen terkejut, "Lapor yang mulia, Puteri Matilda menawarkan diri untuk menyediakan segala keperluan nona itu, jadi hamba kira semua keperluannya sudah tercukupi."

BRAK

Jason memukul meja makan dihadapannya "Lancang! Bukankah tadi pagi aku menyuruhmu untuk menyiapkan segala sesuatu nya, kenapa kau melemparkan tanggung jawab mu pada Matilda?"

Di ujung meja makan, Matilda sudah sangat ketakutan, dia tidak menyangka Jason akan mengetahui hal ini. 'Sialan, apakah budak itu melaporkan pada Jason?'

Dheen menyerahkan selembar surat yang dikirimkan padanya pagi ini, Matilda bergetar hebat saat Jason membaca surat itu, dengan satu lirikan tajam membuat Matilda ketakutan.

"Kenapa kau bersikap seperti anak kecil Matilda? Aku rasa kau sudah cukup umur untuk berpikir secara matang. Apakah kau tahu tindakanmu itu keterlaluan?"

"Cukup Jason! Kenapa kau selalu memarahiku? Apakah kau pernah menganggapku? Aku selalu merasa kau tidak pernah mencintaiku."

Jason menatap Dheen, dan Dheen yang memahami situasi segera mengosongkan ruang makan, hanya tersisa dua orang yang sedang berdebat.

"Tidak Matilda, aku tak pernah mencintaimu. Pernikahan kita hanya akan menjadi pernikahan politik saja bagiku. Lagi pula bukankah kau hanya menginginkan posisi permaisuri saja? Apakah benar yang kau rasakan dalam hatimu itu adalah cinta?"

"Tidak Jason, aku benar - benar mencintaimu. Kau tidak boleh membatalkan pertunangan kita Jason, kita tetap akan menikah kan? Jangan karena permasalahan seorang budak rendahan membuatmu mengingkari janji yang kau sebutkan sendiri pada orang tuaku."

"Dengar Matilda, Pernikahan akan tetap berlangsung, tetapi satu hal yang harus kau pahami, aku tidak suka jika urusanku kau campuri, apa kau paham?"

Matilda menangis, akan tetapi Jason tetap tidak peduli dan memilih untuk meninggalkan ruang makan.

"Budak sialan!! ini semua kesalahanmu, lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu."

Shira sang pelayan pribadi hanya bisa menenangkan Puteri nya, "Tenang lah Puteri, anda tidak boleh gegabah atau rencana anda akan berantakan."

"Ya, kau benar Shira, sekarang bukan saat yang tepat, posisi permaisuri negeri ini hanyalah milikku, hanya milikku saja."

Keesokan hari nya dua orang pelayan datang membawa sarapan untuk Charlene, dan bukan hanya itu mereka pun menyiapkan bak mandi untuk Charlene serta gaun yang indah untuk dikenakan.

Charlene tidak menyangka akan mendapat perlakuan yang istimewa seperti itu, seumur hidup baru kali ini dia mengenakan gaun yang indah.

Charlene pun bercermin, dia sendiri tidak mengenali sosok yang terpantul dalam cermin, bagaikan seorang dewi berambut hitam sangat cantik sekali.

Tak lama kemudian Dheen datang menemui Charlene, "Nona Charlene, yang mulia Raja Jason meminta anda untuk menempati Istana Utara, tempat permaisuri terdahulu tinggal."

Mata Charlene pun berbinar, hatinya terasa lebih tenang tinggal di tempat yang sederhana daripada di kamar tamu yang megah ini.

Ketika sampai di depan istana Utara, betapa terkejutnya Charlene melihat bangunan sederhana tersebut sudah rapi dan bersih, bahkan kolam ikan yang semula sudah berlumut kini kembali bersih dengan enam ekor ikan berenang di dalamnya, bunga - bunga di taman pun terlihat indah,

"Mr. Dheen apakah kau yang membersihkan semua nya? Terima kasih banyak."

Dheen hanya menganggukkan kepalanya

"Sesuai perintah yang mulia Raja nona. Dan sekarang aku akan undur diri, silahkan beristirahat nona."

Charlene merasakan kebebasan, sejak awal dia datang ke dunia antah barantah ini, dia selalu merasa sebagai seorang tawanan, baru kali ini dia dapat menempati rumah sendiri dan melakukan hal sesuka hatinya. 'Apakah ini rumahmu Arlon? Hatiku menghangat dan sendu ketika berada di sini. Ahh seandainya ada busur dan panah, bisa menjadi pelampiasan rasa stress ku.'

Secara naluriah kaki Charlene terus melangkah ke halaman belakang rumah, disana terdapat halaman kecil yang telah diubah menjadi tempat latihan memanah, kemudian di balkonnya terdapat sebuah peti yang memiliki gembok, berdasarkan ingatan Arlon, Charlene dapat mengetahui letak kunci untuk membuka gembok tersebut. Ketika peti itu terbuka, banyak terdapat anak panah di dalam peti itu dan sebuah busur yang sangat bagus.

Charlene mengambil busur itu dan memulai latihannya kembali, gadis itu selalu merasa bahagia ketika sedang memanah, benar - benar merasakan dia sedang berada di dunia nya. Semua target berhasil dipanah dengan sempurna, Charlene sangat puas dengan hal itu. Sampai terdengar suara seseorang bertepuk tangan

Plok Plok Plok Plok

Charlene tidak menyangka sedari tadi aksi memanahnya dilihat oleh seseorang, Marquis Sebastian.

"Hebat sekali keterampilan memanahmu nona Charlene, bahkan aku pun mungkin tidak dapat meraih nilai sempurna seperti dirimu."

Charlene merasa canggung dengan kehadiran Sebastian yang tiba - tiba, "Hanya ketrampilan dasar yang diajarkan orang tua ku, sir"

Sebastian menatap dengan menyelidiki mata gadis itu, berusaha menemukan kebohongan disana tetapi justru membuat Sebastian semakin terpesona, Charlene sangat berbeda dengan gadis bangsawan yang kerap di temui. Pada umumnya para gadis bangsawan akan mengejar nya, berkelakuan genit dan berbicara dengan aksen manja yang berlebihan. Tetapi berbeda dengan Charlene, saat dirinya melihat kemampuan Charlene memanah, Sebastian tersihir dengan kecantikan serta aura Charlene yang terlihat mandiri dan pemberani.

"Apakah kau selalu berkata jujur Charlene? Tetapi kau hebat juga, dalam waktu dua hari kau bisa mengubah nasibmu dari seorang budak menjadi tamu istimewa kerajaan. Apakah kau tahu bangunan ini milik siapa?"

'Bagaimana mungkin aku tak tahu. Jelas ini merupakan penjara mewah sang Putera mahkota gagal, yang kerap dicibir oleh para bangsawan di Iceberg.'

Charlene hanya menggelengkan kepala nya.

Sebastian tersenyum hangat, "Dulu disini tinggal seorang pangeran yang berhati lembut, sang Putera mahkota yang sering di cap gagal oleh negeri Iceberg. Tetapi apa kau tahu Charlene? Sebenarnya sang Putera mahkota tidak seburuk itu, dan sama seperti mu, dia sangat suka berlatih memanah dan kemampuannya bisa dibilang terbaik di negeri ini."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!