Sedingin Es

Sudah tiga hari berlalu, dan sampai sekarang Jason belum menemui nya.

Charlene bingung apa kesalahan dirinya, seolah - olah Jason menjauhi nya.

'Atau aku temui saja?'

Charlene pun membulatkan tekad nya untuk menemui Jason. Seperti biasa kedatangannya harus dilaporkan pada Mr. Dheen, baru diteruskan kepada Jason.

"Mr. Dheen apakah aku dapat menemui yang mulia Raja?"

"Mohon maaf nona Charlene, yang mulia raja tidak dapat ditemui."

"Apakah dia begitu sibuk? Aku hanya meminta sedikit waktu nya, tidak banyak lima menit pun cukup untukku."

Mr. Dheen tetap terdiam, dia takut salah bicara. Jason sudah memperingati nya, demi keamanan Charlene, maka Jason tidak boleh menemui nya dalam waktu dekat ini. Jason takut jika mata - mata Duke Lizt akan membahayakan nyawa nya.

Tatapan mata Charlene sangat tajam, dia terus mengawasi raut wajah Mr. Dheen.

"Apakah kau berbohong padaku? Katakanlah dimana aku harus menemuinya?"

"Nona, sebaiknya anda kembali dan beristirahat di ruangan anda sendiri. Yang mulia raja sedang sangat sibuk, beliau berpesan tidak mau diganggu siapa pun."

"Baiklah jika begitu, aku hanya ingin menyerahkan sup ayam buatan ku, semoga yang mulia mau menerima nya."

Mr. Dheen tak tega melihat Charlene. Dia pun menerima mangkok berisi sup tersebut dan mengantar nya ke ruang kerja Jason.

"Apakah dia sudah pergi Dheen?"

"Sudah yang mulia."

Kemudian Mr. Dheen meletakkan sup ayam tersebut di meja

Jason meletakkan berkas - berkas yang telah dipelajari nya, sebetulnya dia ingin sekali bertemu dengan Charlene.

Untuk saat ini biarlah dia mencicipi masakan Charlene saja.

Di tengah perjalannya, tanpa sengaja Charlene bertemu dengan Matilda.

"Wah, lihat siapa ini? budak yang sudah melupakan majikan dan berusaha merebut posisi majikannya."

Charlene tidak mau mencari keributan, dengan tenang dia hanya menunduk dan tetap berjalan mengabaikan Matilda.

Matilda semakin geram melihat kelakuan Charlene, dengan emosi dia menjambak rambut Charlene dan berteriak padanya, "Kemari! Kamu pikir kamu mau pergi kemana? Kamu ini hanya seorang budak mengertilah posisimu!"

Ketika genggaman Matilda di rambut nya melemah, Charlene membebaskan dirinya, dan memilih pergi dari tempat itu. Matilda tidak Terima dirinya diabaikan, dia menerjang ke arah Charlene hendak memukul nya. Charlene yang menyadari hal itu segera menghindar, akhirnya tubuh Matilda terjatuh ke lantai.

Charlene cukup puas dengan hal itu. Dia pun melenggang pergi.

Rasa benci Matilda pun bertambah, "Kenapa budak itu belum mati juga Shira?"

Shira hanya diam saja, dia takut salah bicara.

PLAK

tamparan keras mengenai pipi Shira.

"Aku sedang bicara padamu, kenapa kamu diam saja! Apa kau melaksanakan perintahku? Apakah pembunuh itu sudah dikirim ayahku!?"

"Maaf Puteri hamba tidak tahu."

Ketika Matilda hendak memukul Shira kembali, Jason datang ke tempat itu

"Ada apa ini?"

Matilda bergelayut manja pada Jason

"Lihatlah Jason, tadi budak berambut hitam itu mendorongku hingga terjatuh. Dan Shira tidak membantuku membalas budak itu "

Jason sangat mengetahui watak Matilda, rasa nya terlalu berlebihan. Tetapi jika dia tidak mengikuti permainannya, dia tidak bisa tahu apa yang ada dalam rencana Duke Lizt.

"Apa kau tidak apa - apa Matilda? Seberapa keras dia mendorongmu?"

Matilda sangat bahagia, "Aku tak apa - apa Jason. Kau memperhatikan ku aku sudah sangat senang. Jika kau menyayangiku seperti ini, aku bersedia menjadi wanita pemaaf dan lemah lembut."

"Apakah kepalamu juga terbentur? Bicara mu aneh sekali." Jason kemudian menutup mulutnya. Secara tak sadar dia mengkritik sikap Matilda, karena cara bicara Matilda membuatnya merinding. Beberapa pelayan di sekitar itu pun menahan tawa karena geli.

"Biar aku temui orang yang telah mendorongmu itu."

"Sudahlah Jason biarkan saja. Yang penting kau selalu ada untukku, itu sudah cukup."

Jason hanya menaikan satu alis nya. Dia berpikir harus segera pergi dari situ sebelum Matilda bertambah gila dan berkata yang lebih menjijikan lagi.

Tanpa berkata apa pun Jason langsung meninggalkan Matilda yang masih terpesona dengan raja nya itu.

Dengan senyum bahagia Matilda berkata pada Shira, "Kau lihat itu Shira? Jason tampak marah, pasti dia akan segera menghukum budak itu. Jason menyukai ku, benarkan Shira?"

Shira hanya tersenyum masam, "Jika tuan Puteri bahagia maka hamba juga ikut bahagia."

Di tempat lain Charlene sedang duduk di tepi kolam. Dia melempar nasi untuk para ikan sambil termenung.

Tiba - tiba, Jason memeluk nya dari belakang. "Apakah Matilda menyakitimu?"

Charlene hanya menggelengkan kepala nya, dia bukan tipe orang yang suka mengadu jika ada masalah.

"Maafkan aku. Charlene, untuk saat ini aku tak bisa mendekati mu. Saat ini ada kelompok pejabat yang hendak mencari kelemahan ku. Aku harus meminimalkan skandal apa pun. Apakah kau memahami ku?"

Charlene membalikkan badannya kemudian menatap ke dalam mata Jason. Tidak ada kebohongan di sana. Charlene mengerti pria yang berada di hadapannya ini adalah seorang raja. Mungkin jika di dunia modern pria seperti ini seperti CEO perusahaan besar atau Artis papan atas yang memiliki banyak musuh untuk menjatuhkannya.

"Charlene, aku menyukai mu." Charlene terbelalak karena pernyataan Jason terlalu mendadak.

Seperti nya dia harus berkata jujur pada Jason mengenai siapa dia sebenarnya dan tubuh siapa yang dia pakai sampai saat ini.

"Yang mulia, hamba sebenarnya.. uhmm bagaimana hamba harus menjelaskan nya."

"Tentang apa Charlene?"

"uhmmm tentang masa lalu hamba yang mulia. Sebenar-"

Perkataan Charlene terpotong dengan ******* bibir Jason, Jason memeluk Charlene semakin erat dan memperkuat ciumannya.

Kemudian saat napas Charlene sudah hampir habis, Jason melepaskan bibir manis nya.

"Biarlah masa lalu itu Charlene. Aku hanya ingin kita memulai semua nya dari sekarang. Yang perlu kita pikirkan adalah saat ini dan masa depan."

"Apakah yang mulia yakin?"

"Aku sangat yakin, aku tak peduli asal usul mu atau keluarga mu. Yang penting kau berada disini untukku."

Charlene memeluk Jason dengan erat,

"Charlene, aku ada satu permintaan untukmu. Mungkin ini terdengar egois."

Charlene hanya menatap Jason, menantikan kelanjutan ucapan dari bibirnya.

"Di depan semua orang aku belum bisa memberimu status apa pun. Tunggulah sampai membereskan Para pemberontak dan menyingkirkan Matilda, setelah itu aku akan menunjukkan ke semua orang bahwa kau lah wanitaku."

"Apakah kau benar menyukai ku?"

"Dengan sepenuh hati ku Charlene. Hanya kau yang berada di hatiku."

Ada sedikit kekuatiran di dalam lubuk hati Charlene, apakah benar semua ini. Apakah Jason tidak apa - apa aku menutupi semua masa lalu Charlene maupun Arlon.

Bagaimana jika dia mengetahui semua nya, dia tidak mau para pemberontak mengetahui kelemahannya. Tetapi secara tidak langsung aku dan masa lalu ku adalah kelemahannya.

Mungkin berpura - pura tidak saling mengenal di depan orang lain adalah cara satu - satu nya.

Charlene pun menerima semua keputusan Jason, karena dia pun merasa itu adalah jalan terbaik untuk saat ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!