Kekalutan mulai membayangi wajah Charlene, bayangan menakutkan akan hewan buas di hutan liar ini mulai terbayang di benak nya, "Yang mulia yang tampan dan cerdas, hamba yakin yang mulia punya solusi nya." permohonan mulai terpancar di wajah cantik Charlene.
"Tidak, tidak dan tidak. Kesempatan emas tadi sudah kau sia - siakan nona."
"Ayolah yang mulia yang baik hati, kau pasti punya cara untukku pulang."
Dengan senyum jahil nya Jason mencondongkan wajah nya dan mengetuk pipi kanan nya, "pikirkan lah sebuah hadiah yang akan kau berikan padaku, maka aku akan membiarkanmu menunggang kuda bersamaku.
Wajah Charlene pun berseri, " Tunggu dulu"
Saat Jason masih mencerna apa yang akan dilakukan oleh Charlene, tiba - tiba sebuah mahkota yang terbuat dari bunga sudah berada di kepala nya.
"Kau tampak semakin tampan dengan mahkota bunga yang mulia."
sambil meringis Charlene berjalan ke arah kuda Jason, "Karena kau diam saja, aku anggap aku telah lolos dari ujian mu, dan aku akan menumpang padamu."
Jason tidak menggubris tawa jahil Charlene, karena pikirannya sedang melayang. 'Perasaan apa ini, sepertinya aku pernah mengalami ini, tetapi kapan dan dimana?'
Jason kembali teringat kenangan nya bersama Arlon sewaktu kecil, saat itu Arlon juga memberikan buket bunga serupa ini.
Kebisuan Jason membuat Charlene heran, "Ada apa yang mulia? Apakah hamba ada salah? Kenapa yang mulia diam saja?"
"Tidak ada, ayo kita pulang. Kita sudah banyak membuang waktu disini."
Jason kembali menarik diri dan membangun dinding kasat mata dengan Charlene, membuat hati Charlene kembali merana.
'Ada apa dengan pria ini? Kenapa sikapnya bisa berubah 360 derajat seperti ini?'
Mereka berdua berkuda dalam diam, sepanjang perjalanan tak satu patah kata pun keluar dari mulut mereka berdua.
Akhirnya mereka berdua sampai di pos jaga prajurit Iceberg, tampak di sana seekor kuda coklat sudah terikat di sebatang pohon.
Jason pun menurunkan Charlene di dekat kuda coklat tersebut, "Pulanglah dengan kuda coklat ini, jika kau mengikuti petunjuk para prajurit maka kau akan mudah keluar dari hutan ini."
"Yang mulia, kemana anda akan pergi?"
Jason menatap Charlene dengan dingin, wajah Arlon yang membayang di benak nya sudah meruntuhkan seluruh mood nya, "Bukan urusanmu, dan jangan lagi mencari masalah dan segera lah keluar dari dalam hutan ini."
Charlene menghela napas panjang, dia pun mengambil sikap memberi hormat pada Jason, "Baik yang mulia."
Tanpa menunggu reaksi Jason, Charlene mengambil kuda coklat nya dan segera berkuda meninggalkan Jason.
Jason menatap ke arah punggung yang kian menjauh, 'Ada apa denganku? Kenapa aku bisa melihat Arlon dalam diri wanita itu? Sudah jelas sekali dia wanita dan Arlon laki - laki.'
Jason melanjutkan perburuan nya, karena belum satu hewan pun dia dapatkan. Dia sudah hapal daerah hutan ini, dan dimana terletak tempat berkumpul nya para musang.
Matahari sudah hampir terbenam, para pemburu sudah kembali dengan hasil buruan mereka dan saling membubarkan diri.
Tidak terkecuali Sebastian yang telah kembali dengan membawa seekor rusa, "Hosh.. Hosh.. Aku lelah sekali Charlene."
Charlene hanya melirik sekilas ke arahnya, entah kenapa mood nya sudah benar - benar rusak hari ini,
"Haloo.. Charlene.. Ada apa denganmu? Apakah kau bersedih karena hanya membawa dua ekor kelinci? Hari ini bukanlah pertandingan, kau tak perlu sesedih itu."
Charlene hanya diam saja, kemudian berdiri dan meninggalkan Sebastian yang kelelahan.
Saat dia hendak mengambil kuda coklat yang akan membawanya ke istana, dia melihat dua sejoli.
"Jason! Apakah rubah ini benar untukku?" Matilda berseru gembira.
Jason melirik salah seorang prajurit, "Segera kau urus rubah ini, hati - hati jangan kau rusak bulu nya, dan segera berikan pada penjahit profesional agar membuatkan mantel bulu yang indah untuk Puteri Matilda."
Sang prajurit pun mengangguk dan segera melaksanakan perintah.
Melalui ekor matanya, Matilda melihat bayang-bayang Charlene sedang mengamati mereka dari kejauhan.
"Terima kasih Jason, kau pasti lelah? Aku tahu sangat sulit menemukan sarang rubah di musim gugur seperti ini."
Jason hanya terdiam, entah kenapa dia malah berburu rubah untuk Matilda.
"Bagaimana pun aku sangat menghargai hadiah mu ini Jason. Terima kasih"
Matilda pun memeluk Jason, dan mencium sekilas bibir nya.
Jason tidak bereaksi apa pun, dia hanya menganggukkan kepala nya dan membiarkan Matilda bergelayut di tangannya menuju kereta kuda yang akan membawa mereka pulang ke istana.
Air mata Charlene pun berjatuhan, sakit rasanya melihat mereka berdua. 'Jika kau memang tak menyukai ku kenapa dirimu tersenyum dan tertawa denganku? dan jika kau memang menyukai ku kenapa dirimu tiba - tiba bersikap dingin dan menjaga jarak denganku?'
Sebuah tangan memeluk bahu Charlene, Charlene pun menoleh dan mendapati Sebastian tersenyum ke arah nya. Dia menghapus air mata di pipi Charlene dan mengusap lembut untaian rambut nya yang tergerai.
"Jason itu bintang tertinggi di negeri ini, jangan lah kau berusaha mengambilnya, karena jika kau terjatuh akan sangat sakit sekali bahkan kau bisa terluka atau pun meninggal. Mengertilah bahwa dia bukan milikmu Charlene."
Setelah berkata demikian Sebastian pun meninggalkan Charlene untuk mengambil kudanya dan kembali ke kediamannya.
Dalam perjalanan pulang ke istana, Charlene terus melamun di atas kuda nya. Dia sudah bertekad akan menjauhi Jason, tapi kemana dia akan pergi. Tempat teraman di negeri ini adalah istana, selain aman makanan serta minuman pun sudah terjamin. Di zaman antah berantah seperti ini tempat terbaik untuk berlindung bagi Charlene hanya istana.
Sesampainya di istana Charlene segera menuju gedung utara, sayang nya dalam perjalannya dia dihadang oleh salah satu pelayan Matilda yaitu Shira.
"Aku akan berbicara langsung padamu Jauhi yang mulia raja! Aku disini berbicara bukan untuk membela tuan puteri ku, tetapi aku berbicara seperti itu demi kebaikanmu. Jika kau ingin hidup di luar istana aku dapat meminjamkan mu uang dan kau dapat menggunakan rumah kosong peninggalan orang tuaku. Jika kau berurusan dengan Puteri Matilda, banyak hal buruk yang akan terjadi padamu."
Charlene tidak menggubris perkataan Shira dan terus berjalan seolah - olah Shira tidak ada di hadapannya.
"Percayalah pada kata - kataku maka kau akan selamat." Shira kembali berkata meyakinkan Charlene.
Tersenyum sederhana Charlene pun berkata, "Seorang wanita telah dianugerahi naluri oleh yang maha kuasa. Maka aku akan mempergunakan naluri ku sebaik - baiknya."
Setelah berkata demikian Charlene pun pergi meninggalkan Shira yang dongkol dengan sikap nya.
Matilda telah berpesan padanya untuk memperingati Charlene, dan biasanya Matilda tidak pernah bermain - main dengan perkataannya. Dan ketika Matilda membenci seseorang maka bisa dipastikan orang tersebut akan terancam nyawa nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments