Pertama Kali

Tak terasa waktu berlalu dengan begitu cepat, Jason sudah selesai menyantap makan malam nya. Hujan pun turun dengan deras sekali disertai dengan angin kencang, membuat Jason belum dapat pergi dari tempat Charlene.

"Yang mulia, hujan sangat lah deras, tidak memungkinkan untuk yang mulia pulang ke istana utama." Salah seorang pelayan Charlene memperingatkan Jason untuk tidak pergi saat ini. Tetapi memang hujan badai sangat kencang, tidak dapat di terobos.

"Jika hujan sedikit reda, infokan pada Dheen untuk tidak menungguku. Malam ini aku akan bersama dengan Charlene."

Kedua pelayan tersebut pun mengangguk. Detak jantung Charlene sedikit berpacu, apa maksud Jason dengan mengatakan akan bersama dengan nya.

'Charlene sadarlah. Mungkin yang dimaksud dia ingin bermain kartu atau semacam nya denganmu.'

Dengan kedua tangannya Charlene menepuk pipi nya supaya kembali ke kenyataan.

Jason tersenyum geli saat melihat kelakuan Charlene.

"Buatkan kami teh hangat dan antar ke kamar Charlene."

Jason mengajak Charlene menuju ke kamar Charlene, karena hanya kamar itu saja yang tidak bocor. Jason mengamati dengan seksama, kondisi bangunan itu memprihatinkan beberapa titik sudah bocor, tembok nya pun berjamur. Bahkan beberapa atap ada yang bocor.

"Charlene apakah kau mau pindah ke istana utama?"

"Tidak yang mulai, hamba cukup puas dengan tempat ini. Tempat yang hamba tempati dulu bahkan lebih jelek dari tempat ini."

Jason kembali merasakan hal aneh, jika memang tempat tinggal nya sangat jelek, sudah berarti Charlene berasal dari keluarga tidak mampu. Tetapi dari mana dia belajar memanah dan berkuda. Semua orang negeri ini tahu bahwa berkuda dan memanah merupakan keahlian yang hanya bisa dipelajari oleh Prajurit dan bangsawan.

'Sudahlah, aku sudah berjanji akan menerima semua masa lalu nya.'

Hujan badai tak kunjung reda, padahal teh jahe yang disajikan sudah hampir habis. Di tengah hujan badai yang gelap tersebut, lilin di kamar Charlene lama kelamaan bertambah redup.

"Charlene apakah para pelayanmu tidak pernah mengganti lilin di kamar mu ? Sepertinya lilin mu sebentar lagi akan padam."

Dan benar saja Lilin terakhir telah padam. Seluruh kamar Charlene gelap gulita.

Bersamaan dengan itu Petir menyambar diikuti dengan suara yang menggelegar.

Secara naluriah Charlene menjerit dan memeluk Jason.

"Maafkan hamba yang mulia. Hamba sangat takut dengan suara petir."

Ketika Charlene mulai menjauh dari Jason, suara petir menggelegar kembali.

Jason pun memeluk Charlene dengan erat dan menggiring nya ke tempat tidur.

"Tidur lah Charlene. Ketika kau terbangun besok, cuaca sudah kembali cerah dan mentari bersinar terang. Aku akan tidur di kursi, kau bisa memanggilku jika ada suara petir lagi."

Baru dia langkah Jason beranjak, suara petir menggelegar kembali.

"Yang mulia, hamba mohon tetaplah di samping ku."

Jason pun berbaring di samping nya dan mengusap lembut rambut Charlene sampai tertidur, kemudian Jason pun tidak dapat menahan kantuk nya dan ikut tertidur di samping Charlene.

Malam semakin larut, badai pun mulai reda diikuti dengan datang nya sang fajar.

Di kala sang mentari mulai muncul, Charlene membuka mata nya, dalam gelap dia melihat siluet Jason berbaring di samping nya.

Tangannya pun terulur menjelajah wajah Jason yang rupawan, mulai dari alis nya yang tebal, hidung mancung nya dan sampai bibir nya yang penuh.

Tanpa sadar Charlene teringat ciuman mereka kemarin sore, pipi nya pun bersemu merah kembali.

Saat Charlene hendak menarik tangannya, Jason membuka mata nya dan tangan Charlene tertangkap oleh Jason. Jason tersenyum sensual kemudian mencium lembut dahi Charlene, beranjak ke hidung nya, dan berakhir dengan ******* di bibir Charlene.

Charlene pun mengerang perlahan, ketika jemari Jason mulai menjamah bagian intim tubuhnya.

Subuh itu kedua insan tersebut saling beradu, saling menjamah, tidak ada lagi batasan di antara mereka dan mereka pun menjadi satu.

Bercak darah yang tertinggal di atas penutup ranjang menjadi saksi bisu pergumulan mereka pagi itu.

Jason mengecup ringan dahi Charlene, dan mengajak nya sarapan.

Charlene terlihat sibuk dengan noda darah yang menempel di sprei nya.

"Sudahlah Charlene, biarkan para pelayan yang membersihkan nya."

"Tidak! Pokok nya tidak yang mulia. Aku sangat malu."

"Malu atas apa Charlene? Semua orang juga paham apa yang kita lakukan. Atau kau bisa saja membuang sprei itu, aku akan menyuruh orang mengganti nya dengan yang baru. Ayo lah cepat kita sarapan, aku sangat lapar."

Charlene menggerutu selama jamuan pagi itu. Dia tak habis pikir bagaimana Jason bisa berpikiran semudah itu. Kenapa pria tidak merasa malu sama sekali atas apa yang sudah terjadi di antara mereka.

Setelah sarapan bersama Jason pun bergegas menuju istana utama. Pekerjaan telah menanti dirinya, tetapi Jason tetap ceria walaupun pekerjaan menggunung terlihat di depan mata.

Jason bahagia, dia telah menjadi yang pertama bagi Charlene, malam itu tak akan dilupakan oleh nya.

Seekor burung terbang menuju jendela di kediaman Duke Lizt. Sergio yang menyadari segera menangkap burung itu dan mengambil surat yang terikat di kaki burung, kemudian menyerahkan surat tersebut pada tuannya.

Duke Lizt membaca dengan seksama laporan mata - mata yang ditempatkan di istana.

"Kurang ajar!! Berani nya Jason berselingkuh dari anakku. Bahkan berani menghabiskan malam dengan seorang budak! Tidak akan aku maafkan!!"

Sergio sudah terbiasa menghadapi kemarahan tuannya, biasa nya orang yang dapat meredan emosi tuannya hanyalah almarhum duchess.

"Sergio, apakah Matilda mengetahui perihal mata - mata yang kita tempatkan di istana?"

"Tidak yang mulia."

"Baguslah, jangan sampai Matilda tahu jika raja brengsek itu telah menghabiskan malam dengan seorang budak."

Kemudian sangat Duke menuliskan surat untuk Jason

*Yang mulia Raja Jason,

Kapan anda akan menemui ku untuk membahas pernikahan yang mulia dengan Puteri ku?

Hamba menyadari jika yang mulia adalah lelaki muda yang sehat, pasti nya membutuhkan ranjang yang hangat.

Hamba sebagai seorang ayah sudah siap untuk menyerahkan Puteri hamba menjadi permaisuri yang mulia. Jika yang mulia ingin dipercepat waktu untuk menikahi anak hamba juga dipersilahkan.

Mohon hentikan kebiasaan yang mulia bermain dengan orang rendahan yang bahkan tidak sebanding dengan sepatu anak hamba. Jika yang mulia terus seperti ini, jangan salahkan hamba jika berbuat gegabah guna melindungi Puteri hamba.

Mohon pertimbangannya dan Terima kasih*.

Sergio segera kirimkan surat jni pada Jason. Aku ingin melihat sampai sejauh mana Jason akan bertindak.

"Baik tuanku."

Jason sudah menerima surat Duke Lizt, bagaikan tersambar petir di siang bolong, dia tidak menyangka jika Duke Lizt berhasil menempatkan mata - mata di sekitar nya.

"Dheen apakah kau dapat menangkap mata - mata yang di pasang Duke Lizt?"

"Mohon maaf yang mulia, tetap akan membutuhkan waktu yang lama. tapi hamba tetap akan mengusahakan mata - mata itu tertangkap."

"Laksanakanlah."

Jason mulai kembali waspada, tampaknya mulai sekarang dia harus menghindari Charlene sementara waktu.

Terpopuler

Comments

Elly Sari Narulita

Elly Sari Narulita

kayaknya si Dheen deh mata2nya

2022-11-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!