Rindu

Tak terasa sang matahari sebentar lagi akan terbenam, Charlene hanya berguling - guling di atas tempat tidur nya, perutnya sangat lapar, bahkan di kamar tamu seindah ini air minum pun tidak disediakan.

Awalnya Charlene merasa takjub ketika diantar ke sebuah kamar yang sangat indah, kamar tersebut tampak elegan dan mewah bagi Charlene yang notabene seorang anak panti asuhan. Beberapa jam telah berlalu, tidak seorang pun datang mengantarkan minuman atau pun makanan padanya, perlakuan yang didapat oleh Charlene tidak lebih seperti seorang kriminal yang di penjara.

"Duhhh, perutku lapar sekali sampai sakit rasanya, Raja jahat itu benar - benar keterlaluan, ini sama saja dia mengurungku dan menyiksaku. Tidak tidak tidak, aku harus mencari jalan keluar."

Dengan berbekal ingatan lama pangeran Arlon, entah kenapa kaki Charlene terus melangkah sampai ke sebuah bangunan terpencil yang sederhana. Bangunan itu tampak tidak terawat dan berdebu, Charlene sedikit ngeri untuk memasuki bangunan itu.

"Arlon apakah dulu kau tinggal disini? Apakah perlakuan seperti ini yang didapatkan oleh mu dan ibumu sang permaisuri? Raja Arcton benar - benar keterlaluan."

Berbekal rasa penasaran, Charlene pun memasuki bangunan itu, tanpa sadar dia melihat sebuah taman, dengan kolam ikan yang sudah berlumut dan dikelilingi bunga serta rumput liar.

di dekat kolam tersebut dia melihat sebuah pohon apel dan sebuah pohon jeruk yang berbuah lebat.

Charlene sangat senang, setidaknya beberapa hari ini dia tidak akan mati kelaparan.

Dengan sigap dia melepas sepatunya, kemudian mengikat bagian bawah gaun nya, kemudian mulai memetik apel serta jeruk yang sudah tampak matang. Secara tidak sadar, Charlene bisa mengetahui terdapat lampu minyak di dekat kolam dan mengetahui cara menyalakannya.

Charlene menyalakan lampu tersebut, kemudian dia duduk di sebuah gazebo mini di dekat kolam sambil menikmati buah yang dipetiknya.

Tanpa Charlene sadari, sejak tadi ada seseorang yang mengamatinya dari kejauhan, tak lain dia adalah Raja Jason.

Langkah kaki Jason hampir tidak terdengar, dan dia sudah berada di belakang Charlene, secara perlahan dia berbisik di telinga Charlene, "Siapa sebenarnya dirimu?"

Charlene yang terkejut, berteriak sambil melempar buah yang digenggam nya ke wajah sang raja.

Jason meringis kesakitan ketika buah apel berukuran besar mengenai wajahnya.

"Raja maafkan hamba, hamba benar - benar tidak sengaja. Hamba sangat terkejut dengan kehadiran Raja."

Charlene segera berdiri dan hendak melarikan diri dari sana, sampai tangan Jason menahan kepergiannya. "Tidak semudah itu nona, kau belum menjawab pertanyaanku, siapa kau sebenarnya? Bagaimana kau bisa berada disini?"

Charlene sangat panik, bagaimana dia bisa menjawab pertanyaan sang raja, dia sendiri juga bingung dengan keadaannya sendiri.

"Ham-hamba tidak mengerti maksud paduka raja."

Jason memutar bola matanya, dia tampak kesal, "Jangan berpura - pura, letak istana ini jauh dari istana utama, bagaimana kau bisa sampai kesini bahkan duduk manis sambil menikmati buah yang ada disini."

"Maafkan hamba yang mulia, hamba kelaparan, awalnya hamba ingin mencari tahu letak dapur, tetapi hamba tersesat sampai ke istana ini, kemudian hamba melihat apel tergantung di pohon, secara naluriah hamba memetiknya dan memakannya."

Jason mulai mencerna kata - kata Charlene, "Bohong, seharusnya Dheen sudah menyuruh pelayan ku untuk mengantarkan makanan serta minuman untukmu."

Charlene paling tidak suka jika dirinya dituduh sebagai pembohong, "Yang mulia, jika anda tidak percaya silahkan cek sendiri ke dalam kamar hamba, bahwa di dalam kamar hamba tidak ada makanan atau pun minuman sama sekali."

Jason berdecak dan menyunggingkan senyuman, "Apakah tidak terlalu cepat untukmu mengundangku ke dalam kamarmu nona? Setampan itukah aku sampai membuatmu langsung mengundangku ke kamar tidurmu?"

Pipi Charlene bersemu merah, antara menahan malu atau menahan amarah karena dipermalukan, "Sudahlah, terserah anda saja yang mulia. Yang pasti saya tidak berbohong. Jika yang mulia tidak menyukai kehadiran hamba disini, maka hamba akan pergi sekarang juga. Permisi."

Ketika akan pergi tangan Charlene ditahan oleh Jason, "Tunggu dulu nona, aku belum mengijinkan mu untuk pergi. Duduklah dan temani aku berbincang, ada banyak hal yang ingin aku tanyakan padamu, dan yang terpenting kau belum menjawab pertanyaanku, siapa nama mu?"

Mau tak mau Charlene duduk bersama dengan Jason di gazebo tersebut, "Nama hamba Charlene yang mulia."

"Hmmm.. Lalu dari mana asalmu Charlene?"

"Hamba berasal dari sebuah desa yang cukup jauh dari sini. Dua tahun yang lalu desa hamba dibakar oleh Raja Arcton karena tidak sanggup membayar pajak. Seluruh orang desa sudah terbunuh, kecuali hamba yang dapat melarikan diri."

Baik Jason maupun Charlene cukup terkejut. Charlene tidak menyangka bahwa dia dapat berbicara selancar itu, sedangkan Jason terkejut bahwa sebelum dia kudeta ternyata Arcton telah membakar desa hanya karena masalah pajak.

"Lalu kamu tertangkap mafia dan mereka menjadikan mu budak?"

Charlene pun mengangguk, "Sebelum hamba dijual, hamba berhasil melarikan diri dan bersembunyi di dalam hutan yang mulia."

Jason terkejut, seorang wanita bisa bertahan hidup sendirian selama dua tahun di dalam hutan, pasti perjuangan yang sangat berat.

"Bagaimana caramu bertahan hidup sendirian di dalam hutan Charlene?"

"Keluarga hamba seorang pemburu yang mulia, selama dua tahun hamba berhasil bertahan hidup dengan cara berburu."

Jason tidak dapat membayangkan betapa sulitnya kehidupan yang wanita itu jalani. Secara tak sadar Jason mengangkat tangannya dan membelai lembut pipi Charlene, "Pasti sangat berat untukmu."

Air mata Charlene pun tak terbendung lagi, entah ingin meluapkan perasaan tertekan Arlon atau pun tekanan dirinya sendiri yang terdampar di negeri antah berantah ini. Charlene pun menangis sejadi nya sambil bersandar di bahu Jason.

Entah ada apa dengan dirinya, Jason pun tidak dapat menolak Charlene yang menjadikan nya tumpuan, Jason hanya terdiam saat Charlene meluapkan seluruh emosi nya.

Tanpa terasa matahari sudah sepenuhnya tenggelam dan digantikan oleh sang rembulan.

Charlene yang sudah tenang kini merasa mengantuk.

"Ayo aku antar kau kembali supaya kau tidak tersesat lagi."

Charlene hanya mengangguk, "Yang mulia, bagaimana yang mulia bisa sampai ke gedung ini? seperti nya gedung ini tak layak untuk seorang yang mulia Raja."

Jason tersenyum, "tidak apa - apa, aku hanya rindu dengan kenangan masa kecilku. besok aku akan menyuruh Dheen membersihkan gedung ini, dan kau bosan tinggal disini. Tidak usah menjadi pelayan Matilda lagi, pasti akan berat untukmu jika menjadi pelayannya."

Jason bisa membayangkan, betapa sering nya Matilda bersikap seenaknya pada pelayan keluarga nya, bahkan kerap kali dia melakukan kekerasan pada pelayannya.

"yang mulia, bolehkah aku membawa buah ini? Rasa nya mubazir jika ditinggalkan begitu saja." Charlene berkata sambil meringis.

"Bawalah, dan besok siang kau bisa pindah ke gedung ini."

Mata Charlene pun berbinar, dia tidak menyangka bahwa sang Raja berbaik hati padanya.

"Terima kasih yang mulia."

Dan mereka berdua pun berjalan berdampingan menuju istana utama.

Terpopuler

Comments

Rubby Aqillah

Rubby Aqillah

kok gw jdi jijik sama cerita ini sih

2023-05-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!