Vina membuka buku khusus milik nya, yang sebelumnya sudah ia tulis keinginan-keinginan nya. Ia kembali menulis.
"Bagian bagian dari ingatan masih teracak. Tokoh Vina pernah mempunyai hubungan dengan Avrenzo. Dari semua itu sepertinya, Vina hanyalah korban," pikirnya, laku kembali menulis poin-poin penting yang ada, selain dari ingatan, juga dari lingkungan sekitar yang memperlakukan nya berbeda-beda.
"Ini gak baik kalau gue menyimpulkan terlalu cepat," kata Vina, ia menggelengkan kepalanya, menyandarkan punggungnya pada kursi putar itu.
"Apa gue minta bantuan Red Blood? Tapi gak mungkin kan gue tiba-tiba datang ke markas, dengan keadaan gue kayak gini." Pikirnya. "Apa gue ke Keyla dulu kali yak," lanjut nya. Lalu ia tersenyum senang.
"Lagipula gue kangen sama adek gue itu. But, wait! Gimana cara jelasin nya ya ke dia." Vina memijit pangkal hidung nya.
"MAH, PAH, MAU KE BOGOR!!" Teriak nya tiba-tiba, lalu berlari ke luar kamar, dan turun ke bawah, ia dapat melihat orang tuanya sedang berangkulan sambil menonton televisi.
"Mah? Pah?" Panggil Vina. Keduanya menoleh pada Vina, dan tersenyum hangat.
"Ya, nak? Sini duduk dulu," ajak Maya. Vina pun duduk di antara Raditya dan Maya, membuat Raditya mendengus. Acara romantis-romantisnya diganggu oleh anaknya.
"Kenapa sayang?" Tanya Maya mengelus-elus kepala Vina.
"Aku boleh gak ke Bogor?" Tanya Vina to the point.
"Hah? Ngapain?" Tanya Raditya sedikit terkejut, begitupun Maya.
"Aku mau liburan, lusa kan hari Sabtu. Please.. boleh yaa," pinta Vina, Vina mengeluarkan jurus puppy eyes miliknya.
"Memang gak ada kota lain? Atau ke luar negeri gitu?" Tanya Raditya. Vina menggeleng.
"Mau ke Bogor, titik gak pake koma."
"Oke oke. Sabtu kita ke sana," jawab Maya. Vina kesenangan, lalu memeluk Maya.
"Tapi mah—" Raditya langsung terdiam melihat tatapan tajam istrinya.
"Berhasil!" Vina tersenyum senang.
...🥀🥀🥀...
Hari ini, Vina kembali menyapa kedua orang tua nya yang sudah duduk untuk sarapan, bahkan ia tidak perlu menoleh, ataupun melirik kedua abangnya.
"Ada yang hilang, tapi apa ya?" Tanya Carlos dalam benaknya.
"Dia benar benar berubah." Batin Calos, ia meremas sendok yang ada di tangannya.
"Oiya buat rencana besok, kamu mau menginap dimana?" Tanya Maya.
"Ada deh, udah ku Booking dua kamar kok," ujar Vina bersemangat, sembari mengunyah roti nya. Obrolan Maya dengan Vina membuat kening Carlos dan Calos menyernyit.
"Kalian mau kemana?" Tanya Carlos. Maya hanya menatap anaknya, lalu tersenyum.
"Mau pergi jalan-jalan, Vina mau liburan katanya," jawab Maya, Vina tidak perlu susah-susah menjawab nya.
"Kok kita berdua gak diajak?" Tanya Calos tak terima.
"Lagipula, kalaupun diajak, kalian juga pasti menolak. Lebih memilih geng motor kalian itu, daripada berlibur bersama keluarga, mau jadi anak berandalan kah?" Tanya Raditya menusuk. Carlos menggeram marah, dan berdiri dengan kasar.
"Kenapa bawa-bawa geng motor kami sih pah?!" Bentak nya. Calos mencoba menahan amarahnya.
"Jangan membentak orang tua seperti itu, Bang Carlos," kata Vina tiba-tiba yang sedari diam saja. Namun, ia masih sibuk dengan makanan nya.
"Anda ini mau ya, jadi orang pembangkang?" Pertanyaan menusuk dari Vina membuat Calos hilang akal, Calos memukul meja dengan keras dan berdiri.
"Lo diam aja!" Gertak Calos, matanya yang memerah menahan amarah menatap Vina yang masih santai meminum susu dari gelasnya.
"Calos. Carlos. Duduk!!" Perintah Raditya. Maid-maid dan Bodyguard yang berada di sana hanya terdiam melihat pertengkaran keluarga itu. Carlos dan Calos tidak mendengarkan.
BRAK...
"DUDUK DAN MAKAN DENGAN TENANG, CARLOS! KAU JUGA CALOS!" Suara tegas Raditya menggelegar, Maya mengusap bahu sang suami untuk menenangkan.
Carlos dan Calos duduk dengan tenang kembali, setelah melihat kemarahan sang ayah. Yang terdengar hanyalah suara nafas mereka yang berusaha diatur.
"Always drama tiap pagi," batin Vina.
...🥀🥀🥀...
Motor Vina sampai di parkiran sekolah nya, dan di belakang nya, kedua abangnya pun sampai. Vina hanya berjalan melewati mereka, tanpa melirik mereka.
Vina kembali menghela nafasnya, lagi dan lagi, tidak ada yang mau berdekatan dengan nya. Ia menelungkupkan wajahnya, namun pembicaraan orang di samping nya membuatnya tertarik untuk menguping.
"Eh tau gak, katanya ada anak baru!"
"Cewek kah? Atau Cowok?"
"Gak tau deh, tapi tadi gue liat sekilas pas lewat di depan ruang guru, cewek!"
"Wih, cantik gak ya, penasaran gue!"
"Gue harap tuh cewek gak deket deket sama si Vina deh, pembully soalnya, udah gitu sial mulu lagi."
"Iya ih bener."
Tangan Vina mengepal saat mendengar pembicaraan terakhir kedua orang tersebut, rahangnya mengeras menahan sesuatu yang bergejolak dalam dirinya. Dia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya perlahan.
"Sabar.. harap tenang Vin, ini ujian, ini ujian," gumam nya dalam hati. Lalu ia tidak mendengar riuh suara kelas lagi, yang ia tebak bahwa guru yang mengajar sudah datang. Sungguh malas untuk mengangkat kepalanya, ia pun membiarkan nya.
"Selamat pagi anak-anak, sebelum saya memulai pelajaran, ada hal penting yang ingin umumkan. Di kelas kita ada murid baru. Silahkan nak, masuk," ujar guru yang mengajar mempersilahkan murid baru tersebut.
Murid baru itu masuk, dan membuat seisi kelas terpana, kecuali Vina karena ia menelungkupkan wajahnya.
"Silahkan nak, perkenalkan diri mu," ujar guru itu sembari tersenyum. Murid itu mengangguk membalas senyuman gurunya.
"Hai teman-teman," sapanya. Suara nya sungguh halus.
"Hai!!" Satu kelas serempak menjawab sapaan itu, tentu Vina tidak ikut menjawab.
"Kenalin gue Sena Inara Galandra. Panggil aja Sena, ya. Gue pindahan dari sekolah Malang. Mohon bantuannya," kata nya memperkenalkan diri sembari tersenyum.
"Oke. Kalau gitu silahkan kamu duduk di bangku belakang sana ya, sebelah Vina. Vina? Angkat tangannya, nak," pinta gurunya.
Walaupun menelungkupkan wajahnya, ia tetap mendengar gurunya. Ia mengangkat wajahnya, wajah nya sedikit mengantuk, lalu mengangkat tangannya.
"Saya Bu." Mata menyipit, digosok pelan. Guru di depan menggeleng pusing melihat kelakuan Vina dua hari ini.
"Silahkan duduk nak." Sena pun berjalan menuju kursi yang ditunjuk. Ia duduk dan memperhatikan seseorang di sebelah nya.
"Boleh kenalan?" Tanyanya.
Vina yang tadi menelungkupkan wajahnya, mengangkat nya kepalanya perlahan.
"Eh.. Saha ini teh. Cantik bener?" Tanya Vina pada diri sendiri, belum mengumpulkan semua nyawanya.
"Emm... gue Sena. Nama kamu siapa?" Tanya nya mencoba mendekatkan diri. Mata Vina melotot lucu, tersadar dan menegakkan tubuhnya.
"Gue.. Gue Clarissa Davina, terserah Lo manggilnya apa," ujar Vina memperkenalkan dirinya, sembari tersenyum manis dan dibalas senyuman juga.
Mereka menjadi sedikit lebih akrab. Namun, Vina merasa risih dengan orang-orang yang memperhatikan nya. Mungkin untuk misi pertama, menurut nya akan sukses.
...🥀🥀🥀...
Salah. Teman sebangkunya itu susah diajak bersahabat, mengapa? Karena ia sudah disingkirkan oleh teman sekelas nya, untuk berkenalan.
Vina menggaruk tengkuknya, apa salahnya sebenarnya. Kenapa orang-orang melihatnya seperti itu, Vina belum mendapatkan semua ingatan nya. Siapa lagi yang dapat membantu nya untuk mengingat semuanya.
"Bahkan anak baru aja gak mau berteman dengan ku, ya." Gumam Vina.
"Lo kenapa?" Celetuk orang yang di samping Vina. Vina terlonjak kaget, dia berbalik melihat siapa yang mengagetkan nya. Sena.
"Jangan ngagetin, Na. Untung gue gak jantungan," kata Vina sembari mengusap dadanya.
"Ya sori." Sena menyengir. "Gue liat, Lo selalu sendiri. Bahkan pas istirahat, gue gak liat Lo di kantin, kenapa?" Tanya Sena sedikit kepo. Vina menyernyit, mereka berjalan beriringan, menuju parkiran.
"Sori. Tapi ini bukan urusan Lo." Jawab Vina, ia tidak mengira orang di sampingnya ini ternyata sekepo itu. Rissa sangat tidak suka dengan orang yang terlalu ingin tahu.
"Sori Vin. Tapi, gak bermaksud, gue cuman mau berteman sama Lo doang kok. Tentang tadi lupain aja ya, pertanyaan gue jangan dimasukin ke hati." Balas Sena. Vina tersenyum.
Setidaknya ia punya teman, setidaknya.
...🥀🥀🥀...
Sabtu. Hari yang paling ditunggu Vina. Sekarang ia dan juga orangtuanya dalam perjalanan menuju hotel yang disewanya. Perjalanan menuju ke sana memakan waktu 2 jam kurang.
Sampainya di Bogor, mereka pun masuk ke kamarnya masing-masing. Vina membereskan barang-barang nya, Vina berjalan ke balkon hotel nya.
"Akhirnya gue nyampe ke kota ini." Vina tersenyum memandang pemandangan di luar hotel itu. "Gue langsung aja kali ya tancap gas ke rumah." Ia mengambil tasnya.
Vina mengirimkan pesan ke orangtuanya meminta izin untuk pergi sebentar. Lalu, tanpa menunggu jawaban ia langsung berlari ke arah lift, dan turun ke lantai basement untuk memakai kendaraan yang dipakainya.
BRUMM...
Vina tidak sabar bertemu dengan sang adik. Untung lah dia berhasil mendapatkan penginapan yang jarak nya lumayan dekat dengan rumahnya.
Kira-kira dua puluh menit perjalanan menuju rumahnya. Vina sampai tepat di depan gerbang pintu nya. Satpam yang berjaga, menghampiri dirinya. Dan bertanya keperluan nya apa.
"Saya teman Keyla, pak." Setelah berbincang sebentar dengan satpam rumahnya, Vina diperbolehkan masuk. Mobilnya masuk ke halaman luas miliknya. Vina turun dan berjalan ke depan pintu megah itu.
TING.. TONG..
Bel dibunyikan beberapa kali, pada bel yang dibunyikan ke tiga kalinya, seseorang membuka nya. Vina tersenyum tipis, melihat siapa yang membuka pintu itu.
"Halo.. Keyla," sapa Vina tersenyum tipis.
Mata Keyla melotot kaget. "Siapa?!" Tanya nya dengan kaget, melihat orang asing yang berada di hadapan nya.
"Tamu kok gak disuruh masuk dulu sih, adikku," kata Vina tersenyum manis.
...🥀🥀🥀...
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Asyifa
transmigrasi jiwanya bukan pindah ke novel ternyata
2022-12-21
1
23
pada
2022-06-07
0