Chap 15 - Sebuah Romansa?

Bazar begitu ramai dan sesak. Para warga berdatangan untuk membeli barang yang dibutuhkan atau menjual barang dagangannya. Ada yang menjual kain atau pakaian, aksesoris, perlengkapan sihir, makanan, dan lain-lain.

Sementara itu Rakt dan Teressa masih saling malu-malu akibat insiden di mana Lug melemparkan daging tadi.

"S-sekali lagi, kumohon maafkan adikku," pinta Rakt sembari memohon dengan malu malu.

Meskipun Teressa semakin tak menyukai Lug, dia menjadi lebih terbuka dengan kakaknya anak itu. Dia jadi dapat lebih dekat orang lain apalagi lawan jenis.

Teressa tersenyum, "Berapa kali kau akan meminta maaf. Sudahlah, lupakan itu," ujarnya. Namun nyatanya gadis ini tak bisa melupakan insiden tadi, dia merasa dendam dengan apa yang Lug lakukan padanya. Itu juga sudah mempermalukannya di depan seorang laki-laki lain.

"Aku tahu wanita tak semudah itu untuk memaafkan, jadi aku ingin kau memaafkannya dengan tulus. Lagipula dia hanyalah anak-anak," tambah Rakt sembari memotong daging.

Tetapi di mata Teressa, Lug bukanlah seorang anak kecil. Dia sudah pernah melihat apa yang anak itu dapat lakukan.

Kini Rakt berada di dalam ruangan untuk memotong dagingnya. Dia mempersiapkannya dalam bentuk potongan rapi alias sate. Ada juga satu daging besar yang digantung di atas pembakaran.

Untuk mengatasi pelanggan adalah urusan Teressa. Untuk berkomunikasi mereka menggunakan sebuah lubang berbentuk persegi yang ada di dinding. Itu memang sudah dipersiapkan untuk berkomunikasi ataupun memeriksa pelanggan di luar.

Kemudian Teressa menoleh kepada lelaki yang sedang memotong daging tersebut. "Bukankah dari pagi kau terus membantuku? Apa kau sedang punya banyak waktu sekarang ini?" tanyanya.

Lantas Rakt menoleh padanya. Dia pun tersenyum, "Yaah- seperti itulah. Aku memang sedang punya banyak waktu hari ini," jawabnya.

Padahal sebenarnya Rakt itu tak memiliki pekerjaan yang pasti. Dia ingin sekali bekerja di bidang apapun asalkan dia mampu, tetapi tak ada seorangpun yang mau menerimanya. Dan kepala desa memaklumi hal tersebut, maka dari itu dia memberikan kompensasi khusus kepadanya karena banyak ditolak dari berbagai pekerjaan.

Kepala desa memberi Rakt sebuah pekerjaan untuk membersihkan perpustakaan desa. Dan dia juga diberi tempat tinggal yang sekarng ia tinggali ini.

Rakt bersyukur mendapatkan pekerjaan tersebut, meskipun bayaran yang ia dapatkan tidaklah besar. Cukup baginya makan untuk sehari itu adalah berkah yang patut disyukuri. Jadi dia tak mengeluh tentang apapun.

"Oh iya, Teressa, apa kau ingin kedai ini terus berjalan?" tanya lelaki itu sembari pandangannya tetap tertuju pada daging di yang sedang dipotongnya.

Teressa menoleh lagi padanya, dia menyunggingkan bibirnya dan memasang ekspresi bingung. "Aku tak tahu. Jika ada yang membantuku, aku mungkin akan terus membukanya," jawabnya.

Seketika itu Rakt berdiri dan menoleh padanya. "Apa kau serius? Kita bisa membukanya bersama, lagipula aku selalu punya banyak waktu yang kosong." ujarnya dengan semangat.

Bagi Rakt bekerja dan menghasilkan uang itu adalah kebutuhan dasar. Jika dia tak bekerja, maka tak ada uang yang datang padanya. Dia membutuhkan uang untuk menghidupi dirinya sendiri. Maka dari itu dia rela untuk mengambil pekerjaan walaupun upahnya sangatlah rendah. Dari prinsipnya itu yang membuatnya bekerja di perpustakaan desa sampai sekarang ini, dan gajinya itu tidaklah seberapa sementara cukup untuknya memenuhi kehidupannya sehari-hari.

Dan begitu dia mendengar apa yang Teressa katakan, dia menjadi semangat. "Mari kita buka toko kita bersama. Lagipula memulai semua ini juga tidaklah terlalu sulit," ujarnya lagi.

Teressa menimpali, "Tetapi daging ini adalah daging buruan adikmu seminggu yang lalu. Bagaimana kita bisa mendapatkannya lagi?"

Dengan penuh percaya diri, Rakt membusungkan dadanya dan berkata, "Aku lah yang mengajarinya sihir. Di desa ini juga aku adalah salah satu pemuda yang dapat menguasai sihir empat lingkaran. Berburu rusa dan domba liar saja itu sangat mudah. Bahkan serigala pun bisa aku buru."

Lantas Rakt keluar dan mendekati Teressa. "Jika kita sudah berhasil, kita bisa membelinya dari pedagang atau kita mungkin bisa ternak sendiri," ujar lelaki itu.

Wajah Teressa memerah. Dia berjalan mundur perlahan dan hampir terjatuh, "K-kau terlalu dekat ... Ini- ini terlalu sesak," ujarnya tergagap.

Rakt menyadarinya dan segera mundur menjauh. "Ah ... M-maafkan aku."

"Tak masalah."

Setelah itu, Teressa mengambil beberapa tusukan sate yang ada di papan kayu di sampingnya. Lantas diletakkannya di atas bara api dan membakarnya.

Sementara itu di rumah, Vans mengambil seluruh persenjataan buatannya yang ada di dalam ruang penempaan. Ia meletakkannya di atas sebuah pedati, pedati tersebut adalah miliknya. Dia mendapatkannya dari menjual kristal ajaib yang anak bungsunya dapatkan.

Mata uang yang digunakan adalah koin emas dan koin perak. Satu koin emas setara dengan seribu koin perak. Dan pedati tersebut seharga 1 koin emas. Vans mendapatkan lebih dari berpuluh-puluh koin emas setelah menjual kristal ajaib yang Lug berikan padanya.

Tepat ketika Lug masuk, dia mendapati ayahnya yang sedang sibuk sendiri. "Ayah, sedang apa kau?"

Vans menoleh. "Oh, Lug. Ayah sedang ingin mengirim pesanan seseorang dari kerajaan, lusa harus sudah diterima," jelasnya seraya kembali mengangkat pedang pedang yang terletak di atas meja yang lumayan lebar. "Ayah harus berangkat siang ini."

Akan ada sebuah penginapan di tengah hutan yang bertepatan dengan jalur menuju ke kerajaan. Itu adalah tempat bagi para pedagang yang ingin menjual barangnya di kerajaan. Vans hendak ke penginapan tersebut sebelum ke kota kerajaan, dan dia akan berangkat hari ini.

"Apa boleh aku ikut?" Tiba-tiba saja Lug mengajukan diri. Vans sedikit terkejut, tetapi kembali berbalik menyelesaikan urusannya.

"Lug, ayah bukan sedang ingin berjalan-jalan. Jadi kumohon mengertilah." Ujar Vans. "Mungkin banyak hal tak diinginkan terjadi selama perjalanan, ayah sangat cemas jika kau ikut denganku pergi," tambahnya.

Sudah jelas Lug tahu akan perihal tersebut. "Aku justru mengkhawatirkan keselamatan ayah," celetuknya.

"Apa?" Pandangannya terlempar dari pedang pedang yang ada di meja, sejenak teralih pada anaknya.

"Ayah akan baik-baik saja selama perjalanan. Kau jangan khawatir tentang itu." Vans kembali pada senjata tajam yang terletak di meja dan mengambilnya. "Tolong jangan banyak tanya lagi, ayah harus cepat," tambahnya.

Lug mendekat ke ayahnya. Dan ketika pria berjanggut tipis itu meletakkan pedangnya, anak itu segera menggenggam lengan ayahnya.

"Ayah, aku saja bisa menjaga diri ketika masuk ke dalam pedalaman hutan. Berburu saja menjadi hal yang mudah bagiku, dapat melindungi diri sendiri adalah sebuah kewajiban yang harus dipenuhi."

Vans menjadi goyah ketika melihat pandangan anaknya. Tetapi dia tetap menggeleng dan tak menginginkan Lug untuk ikut bersamanya.

"Dengar, Lug! Melawan hewan buas yang hanya menggunakan nafsunya itu berbeda dengan melawan manusia yang menggunakan akal pikirannya," jelas Vans seraya memegang bahu anaknya. Lantas mengambil beberapa barang yang tersisa dan lekas menyelesaikan urusannya.

Lug tersenyum, seakan ada awan yang membawakan kabar gembira kepadanya. "Pagi tadi aku melawan kakak Rakt dan aku menang."

"Aku tetap tak mengizinkanmu."

"Ayolah ayah, sempai kapan aku bisa melihat kerajaan?"

"Sampai kau bisa mengikuti penerimaan murid di akademi sihir kerajaan. Itu berarti kau harus menunggu tiga tahun lagi."

Lug semakin murung. Setiap alasan yang ia berikan, ayahnya dapat dengan mudah membalikkannya. Sebenarnya dia juga memahami kekhawatiran ayahnya.

Dan beberapa saat kemudian setelah saling mendiamkan satu sama lain, Lug kembali tersenyum.

KRIEEET

Ada yang membuka pintu dan itu adalah Nivi. Lantas dia bertanya kepadanya anak laki-lakinya itu apa yang sebenarnya terjadi. Wanita tiga kepala yang memiliki tampang anak muda itu turut bersedih dengan keputusan suaminya.

"Ayolah, sayang. Biarkan Lug ikut bersamamu," ucapnya merayu. "Bukankah dulu kau sering membawa Rakt ikut bersamamu?" tambahnya.

"Tapi itu kan pada saat Rakt sudah berusia tujuh tahun. Dia juga sudah menguasai tiga sihir dua lingkaran," ujar Vans tak senang.

Lug mengangkat alisnya. "Apakah ayah lupa kalau aku sudah menguasai sembilan sihir tiga lingkaran?"

Vans menoleh lagi pada anaknya. "Benar juga, aku lupa kalau kau punya kemampuan seperti itu, kau ini kan jenius yang melampaui kakakmu." Dia tertawa sekeras-kerasnya sampai tetangga yang melewati rumahnya pun mendengar gelak tawanya. "Hahahaha- sungguh aku semakin tua."

"Ayah mungkin saja sudah pikun," celetuk Lug.

Nivi menimpali, "Bukankah itu sudah dari dulu? Kau baru menyadarinya, Lug?"

Vans tertawa malu karena alasan panjang lebarnya untuk melarang anaknya ikut pergi bersamanya. Padahal itu hanya karena dia lupa bahwa anaknya lebih dari sekedar tak perlu untuk dikhawatirkan.

Lug menghela nafas. "Baiklah kalau begitu, aku akan mengemasi pakaianku terlebih dahulu."

Lantas dia pergi dan mengemasi barang-barangnya yang ada di dalam kamarnya. Sementara Nivi masih berdiam diri di dalam ruang penempaan bersama suaminya. "Kau lihat? Anakmu malah merajuk, penyakit pikunmu itu ... Kuharap kau segera sembuh," ujarnya sembari memeluk tangan Vans.

"Yaaah- mau bagaimana lagi? Aku sudah semakin menua, aku juga tak menginginkannya." sahut Vans menaruh tatapan hangat pada istrinya. "Aku ini menginginkan masa muda kita kembali," tambahnya.

Kemudian mereka saling menatap hangat masing-masing. Kehangatan menyelimuti kebersamaan mereka berdua. Lalu mereka berpelukan dan saling berciuman.

"EKHEMM!!!"

Tiba-tiba saja Lug kembali. Dia juga sudah membawa barang-barangnya yang dia bungkus rapi di dalam koper kecilnya.

Nivi dan Vans terkejut. Mereka langsung menjauh dan wajah mereka memerah.

"Sepertinya aku masuk di saat yang tidak tepat, maaf." Lantas Lug berbalik dan menutup pintunya dengan perlahan.

"Tunggu, Lug!"

Nivi berusaha mencegah anaknya untuk pergi, namun Vans menggenggam erat tangannya dan menahannya. "Dia sepertinya sudah paham. Anak itu memang ingin memberikan kita waktu untuk menghabiskan momen ini bersama," ujarnya dengan senyuman penuh kehangatan.

Nivi menatap ke arah suaminya itu. Tatapannya terlempar lagi pada pintu yang ditutup anaknya tadi.

"Sudahlah Nivi."

Nivi dengan cepat memeluk Vans hingga menjatuhkannya. Tetapi suaminya itu malah pingsan setelah terjatuh.

"S-sayang?" Mata wanita itu berkaca-kaca. Hatinya langsung dipenuhi dengan ketakutan yang amat sangat luar biasa.

"Huaaaaa ... Kumohon, sayang- jangan tinggalkan aku ... Aku tidak sengaja mendorongmu sampai terjatuh seperti ini ... Huaaaaa ... " Wanita itu menangis di tempat.

Tangisan Nivi membuat Vans terbangun kembali. "Aaaghhh! Kau berisik sekali," serunya tak tahan mendengar tangisan yang tak mengenakkan telinganya.

"Sa-sayang? Kau ... Belum mati?"

"APA KAU MEMANG SENGAJA INGIN MEMBUATKU MATI?!!!"

Nivi hanya tertawa kecil sembari menyeka lendir di hidungnya. Ketika hendak berdiri, Vans menahannya dan langsung mencium bibirnya.

Tingkah laku mereka diperhatikan oleh anaknya, Lug, dari balik pintu ruang menempa. Dia ingin sekali tertawa terbahak-bahak, tetapi tak ingin kedua orang tuanya itu kehilangan memontumnya. Lug justru hanya tersenyum sembari memejamkan mata merasakan bagaimana harmonisnya keluarganya itu.

Lalu dia pergi dari sana dengan perasaan riang gembira, lantas kembali ke kamarnya.

Di kamar, Lug sudah melihat Nagisa yang tertidur dengan sangat nyenyak karena tidurnya masih belum cukup ketika berada di goa. Kemudian dia menulis sesuatu di secarik kertas dengan menggunakan bulu yang terdapat tinta di ujungnya.

Setelah itu meninggalkannya di meja dan meninggalkan label besar dengan tulisan tebal yang bertuliskan, teruntuk Nagisa.

Lantas Lug pergi dari kamar. Nagisa terbangun sejenak. "Kakak Lug?" bisiknya bertanya yang kemudian tertidur kembali.

Setelah menutup pintu, Lug menoleh ke belakang dan tersenyum. Lantas pergi dari sana sembari menunggu ayahnya selesai dengan 'persiapannya' bersama ibunya.

Bersambung!!

Terpopuler

Comments

Mochamadribut

Mochamadribut

up lagi

2022-06-16

0

John Singgih

John Singgih

ngakak waktu baca bagian ini

2022-05-05

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chap 1 - Pergi Berburu
3 Chap 2 - Batasan Sihir
4 Chap 3 - Pulang
5 Chap 4 - Latihan
6 Chap 5 - Hujan Lebat
7 Chap 6 - Fana
8 Chap 7 - Qei
9 Chap 8 - Ketakutan Nagisa
10 Chap 9 - Hari Ulang Tahun Qei
11 Chap 10 - Makhluk Mistik
12 Chap 11 - Sihir Transformasi
13 Chap 12 - Keluarga Laurent
14 Chap 13 - Luis
15 Chap 14 - Rakt
16 Chap 15 - Sebuah Romansa?
17 Chap 16 - Keharmonisan
18 Chap 17 - Rakt dan Teressa
19 Chap 18 - Panahan
20 Chap 19 - Tragedi Memalukan
21 Chap 20 - Amukan Rakt
22 Chap 21 - Dua Rusa
23 Chap 22 - Teressa
24 Chap 23 - Lug dan Nagisa
25 Chap 24 - Tiga Tahun
26 Chap 25 - Es Krim
27 Chap 26 - Sesosok Monster?
28 Chap 27 - Metode Baru
29 Chap 28 - Ulang Tahun Lug
30 Chap 29 - Pernikahan Rakt dan Teressa
31 Chap 30 - Seleksi
32 Chap 31 - Seleksi (2)
33 Chap 32 - Pertandingan yang dahsyat
34 Chap 33 - Akademi Sihir Kerajaan
35 [Arc Keluarga Azamuth] Chap 34 - Tertidur
36 Chap 35 - Bermasalah
37 Chap 36 - Tersedak
38 Chap 37 - Mengungkapkan Identitas
39 Chap 38 - Kutukan Zephyr
40 Chap 39 - Pusing
41 Chap 40 - Perpustakaan Sihir
42 Chap 41 - Raini Eveline
43 Chap 42 - Raini Eveline (2)
44 Chap 43 - Berlatih Tanding
45 Chap 44 - Bualan Semata
46 [Arc Keluarga Azamuth: Berakhir] Chap 45 - Sihir Lima Lingkaran
47 Pengumuman
48 Chap 46 - Ujian Perburuan
49 Chap 47 - Ujian Perburuan (2)
50 Chap 48 - Makan Bersama
51 Chap 49 - Performa Lug
52 Chap 50 - "Refleks yang bagus"
53 Chap 51 - Melawan penyembah Dewa Iblis
54 Chap 51.5 - Melawan penyembah Dewa Iblis
55 Chap 52 - Melawan penyembah Dewa Iblis (2)
56 Chap 53 - Hilangnya Lug
57 Chap 54 - Kesedihan Mendalam
58 Chap 55 - Kesedihan Mendalam (2)
59 Chap 56 - Kesedihan Rakt
60 Chap 57 - Kalung Misterius
61 Chap 58 - Keceriaan yang kembali perlahan
62 Chap 59 - Pholine Quint
63 Chap 60 - Pholine Quint [Akhir Volume I]
64 Vol II Chap 1 - Seorang Gadis Ranker Perak
65 Vol II Chap 2 - Informasi Penting
66 Vol II Chap 3 - Kemenangan Raini
67 Vol II Chap 4 - Kemenangan Raini (2)
68 Vol II [Arc Ranker] Chap 5 - Kelopak Bunga
69 Vol II Chap 6 - Nona Muda Claudia
70 Vol II Chap 7 - Duke Claudia
71 Vol II Chap 8 - Kesepakatan
72 Vol II Chap 9 - Keberangkatan
73 Vol II Chap 10 - Berpamitan
74 Vol II Chap 11 - Keberangkatan Nagisa
75 Vol II Chap 12 - Dataran Exter
76 Vol II Chap 13 - Pusaran Angin Seribu Lengan
77 Vol II Chap 14 - Pusaran Angin Seribu Lengan (2)
78 Vol II Chap 15 - Kehadiran Nagisa
79 Vol II Chap 16 - Monster Mistik dan Blasteran
80 Vol II Chap 17 - Makhluk Mistik dan Blasteran (2)
81 Vol II Chap 18 - Dunia Kekacauan Arus Waktu
82 Vol II Chap 19 - Mendapatkan Pusaran Angin Seribu Lengan
83 Vol II Chap 20 - Menempuh Waktu
84 Vol II Chap 21 - Pertemuan Kembali
85 Vol II Chap 22 - Kembali menjadi Nio
86 Vol II Chap 23 - Rencana Nio
87 Vol II Chap 24 - Ingatan Alice
88 Vol II [Arc Ranker: Berakhir] Chap 25 - Ingatan Alice (2)
89 Vol II Chap 26 - Nagisa dan Nivi
90 Vol II Chap 27 - Pengungkapan Kisah Nagisa
91 Vol II Chap 28 - Aktivitas Mesum
92 Vol II Chap 29 - Percakapan di atas meja
93 Vol II Chap 30 - Jalan-jalan di taman
94 Vol II [Arc : Kehancuran Semesta] Chap 31 - Peristiwa Dahsyat
95 Vol II Chap 32 - Kepercayaan
96 Vol II Chap 33 - Kepercayaan (2)
97 Vol II Chap 34 - Nio di kerajaan Da Nuaktha
98 Vol II Chap 35 - Pertemuan Kembali
99 Vol II Chap 36 - Perasaan Yang Harus Diungkapkan
100 Vol II Chap 37 - Janji
101 Vol II Chap 38 - Kerinduan Terpendam
102 Vol II Chap 39 - Hari Pernikahan Lug
103 Vol II Chap 40 - Menemui Zephyr
104 Vol II Chap 41 - Dunia Iblis
105 Vol II Chap 42 - Vampir Humanoid
106 Vol II Chap 43 - Lich
107 Vol II Chap 44 - Lich (2)
108 Vol II Chap 45 - Bertemu dengan Empat Ranker Langit
109 Vol II Chap 46 - Dua Ghoul
110 Vol II Chap 47 - Naga dan Phoenix
111 Vol II Chap 48 - Pedang Penghubung Dunia
112 Vol II Chap 49 - Zwachievior
113 Vol II Chap 50 - Zwachievior (2)
114 Vol II Chap 51 - Yinsha
115 Vol II Chap 52 - Kehadiran yang mengejutkan
116 Vol II Chap 53 - Kepercayaan Baru
117 Vol II Chap 54 - Sambaran Petir Hitam
118 Vol II Chap 55 - Sikap Protektif Yinsha
119 Vol II Chap 56 - Retakan Dimensi
120 Vol II Chap 57 - Sambutan Dewa Leo, Dewa Konstelasi Kelima
121 Vol II Chap 58 - Kehadiran Tiga Dewa Konstelasi Lain
122 Vol II Chap 59 - Ramalan
123 Vol II Chap 60 - Keputusan Terbaik
124 Next or New
Episodes

Updated 124 Episodes

1
Prolog
2
Chap 1 - Pergi Berburu
3
Chap 2 - Batasan Sihir
4
Chap 3 - Pulang
5
Chap 4 - Latihan
6
Chap 5 - Hujan Lebat
7
Chap 6 - Fana
8
Chap 7 - Qei
9
Chap 8 - Ketakutan Nagisa
10
Chap 9 - Hari Ulang Tahun Qei
11
Chap 10 - Makhluk Mistik
12
Chap 11 - Sihir Transformasi
13
Chap 12 - Keluarga Laurent
14
Chap 13 - Luis
15
Chap 14 - Rakt
16
Chap 15 - Sebuah Romansa?
17
Chap 16 - Keharmonisan
18
Chap 17 - Rakt dan Teressa
19
Chap 18 - Panahan
20
Chap 19 - Tragedi Memalukan
21
Chap 20 - Amukan Rakt
22
Chap 21 - Dua Rusa
23
Chap 22 - Teressa
24
Chap 23 - Lug dan Nagisa
25
Chap 24 - Tiga Tahun
26
Chap 25 - Es Krim
27
Chap 26 - Sesosok Monster?
28
Chap 27 - Metode Baru
29
Chap 28 - Ulang Tahun Lug
30
Chap 29 - Pernikahan Rakt dan Teressa
31
Chap 30 - Seleksi
32
Chap 31 - Seleksi (2)
33
Chap 32 - Pertandingan yang dahsyat
34
Chap 33 - Akademi Sihir Kerajaan
35
[Arc Keluarga Azamuth] Chap 34 - Tertidur
36
Chap 35 - Bermasalah
37
Chap 36 - Tersedak
38
Chap 37 - Mengungkapkan Identitas
39
Chap 38 - Kutukan Zephyr
40
Chap 39 - Pusing
41
Chap 40 - Perpustakaan Sihir
42
Chap 41 - Raini Eveline
43
Chap 42 - Raini Eveline (2)
44
Chap 43 - Berlatih Tanding
45
Chap 44 - Bualan Semata
46
[Arc Keluarga Azamuth: Berakhir] Chap 45 - Sihir Lima Lingkaran
47
Pengumuman
48
Chap 46 - Ujian Perburuan
49
Chap 47 - Ujian Perburuan (2)
50
Chap 48 - Makan Bersama
51
Chap 49 - Performa Lug
52
Chap 50 - "Refleks yang bagus"
53
Chap 51 - Melawan penyembah Dewa Iblis
54
Chap 51.5 - Melawan penyembah Dewa Iblis
55
Chap 52 - Melawan penyembah Dewa Iblis (2)
56
Chap 53 - Hilangnya Lug
57
Chap 54 - Kesedihan Mendalam
58
Chap 55 - Kesedihan Mendalam (2)
59
Chap 56 - Kesedihan Rakt
60
Chap 57 - Kalung Misterius
61
Chap 58 - Keceriaan yang kembali perlahan
62
Chap 59 - Pholine Quint
63
Chap 60 - Pholine Quint [Akhir Volume I]
64
Vol II Chap 1 - Seorang Gadis Ranker Perak
65
Vol II Chap 2 - Informasi Penting
66
Vol II Chap 3 - Kemenangan Raini
67
Vol II Chap 4 - Kemenangan Raini (2)
68
Vol II [Arc Ranker] Chap 5 - Kelopak Bunga
69
Vol II Chap 6 - Nona Muda Claudia
70
Vol II Chap 7 - Duke Claudia
71
Vol II Chap 8 - Kesepakatan
72
Vol II Chap 9 - Keberangkatan
73
Vol II Chap 10 - Berpamitan
74
Vol II Chap 11 - Keberangkatan Nagisa
75
Vol II Chap 12 - Dataran Exter
76
Vol II Chap 13 - Pusaran Angin Seribu Lengan
77
Vol II Chap 14 - Pusaran Angin Seribu Lengan (2)
78
Vol II Chap 15 - Kehadiran Nagisa
79
Vol II Chap 16 - Monster Mistik dan Blasteran
80
Vol II Chap 17 - Makhluk Mistik dan Blasteran (2)
81
Vol II Chap 18 - Dunia Kekacauan Arus Waktu
82
Vol II Chap 19 - Mendapatkan Pusaran Angin Seribu Lengan
83
Vol II Chap 20 - Menempuh Waktu
84
Vol II Chap 21 - Pertemuan Kembali
85
Vol II Chap 22 - Kembali menjadi Nio
86
Vol II Chap 23 - Rencana Nio
87
Vol II Chap 24 - Ingatan Alice
88
Vol II [Arc Ranker: Berakhir] Chap 25 - Ingatan Alice (2)
89
Vol II Chap 26 - Nagisa dan Nivi
90
Vol II Chap 27 - Pengungkapan Kisah Nagisa
91
Vol II Chap 28 - Aktivitas Mesum
92
Vol II Chap 29 - Percakapan di atas meja
93
Vol II Chap 30 - Jalan-jalan di taman
94
Vol II [Arc : Kehancuran Semesta] Chap 31 - Peristiwa Dahsyat
95
Vol II Chap 32 - Kepercayaan
96
Vol II Chap 33 - Kepercayaan (2)
97
Vol II Chap 34 - Nio di kerajaan Da Nuaktha
98
Vol II Chap 35 - Pertemuan Kembali
99
Vol II Chap 36 - Perasaan Yang Harus Diungkapkan
100
Vol II Chap 37 - Janji
101
Vol II Chap 38 - Kerinduan Terpendam
102
Vol II Chap 39 - Hari Pernikahan Lug
103
Vol II Chap 40 - Menemui Zephyr
104
Vol II Chap 41 - Dunia Iblis
105
Vol II Chap 42 - Vampir Humanoid
106
Vol II Chap 43 - Lich
107
Vol II Chap 44 - Lich (2)
108
Vol II Chap 45 - Bertemu dengan Empat Ranker Langit
109
Vol II Chap 46 - Dua Ghoul
110
Vol II Chap 47 - Naga dan Phoenix
111
Vol II Chap 48 - Pedang Penghubung Dunia
112
Vol II Chap 49 - Zwachievior
113
Vol II Chap 50 - Zwachievior (2)
114
Vol II Chap 51 - Yinsha
115
Vol II Chap 52 - Kehadiran yang mengejutkan
116
Vol II Chap 53 - Kepercayaan Baru
117
Vol II Chap 54 - Sambaran Petir Hitam
118
Vol II Chap 55 - Sikap Protektif Yinsha
119
Vol II Chap 56 - Retakan Dimensi
120
Vol II Chap 57 - Sambutan Dewa Leo, Dewa Konstelasi Kelima
121
Vol II Chap 58 - Kehadiran Tiga Dewa Konstelasi Lain
122
Vol II Chap 59 - Ramalan
123
Vol II Chap 60 - Keputusan Terbaik
124
Next or New

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!